Bab 1

1 0 0
                                    

Jakarta, 2013

POV Andrea

Kehidupan cinta pada masa remaja sulit dilupakan, banyak bilang yang begitu. Cinta pertama bahkan cinta monyet sekalipun membuat kita lupa. Contohnya laki-laki dan perempuan sebut saja sepasang manusia yang berdiri berhadapan di tengah lapangan sekolah. Perlu diingatkan bahwa sekarang tengah dilanda hujan. Sepertinya sepasang manusia itu lupa bahwa kesehatan itu lebih penting. Mengingat besok salah satunya akan sakit.

"Mulai lagi mereka"

"Wow!"

"Hujan woi!"

Ini adalah jam pulang sekolah. Banyak yang menunggu hujan reda untuk pulang. Jika balik lagi kita melihat sepasang manusia itu, berbagai seruan buat mereka seperti biasa tidak dihiraukan. Seolah bumi ini hanya milik mereka berdua.

"Lama-lama capek juga liatnya"

Aku menoleh siapa yang berada disampingku. Rian, si ketua kelas di kelasku. Bijaksana dan tidak memiliki rasa bersalah karena menghilangkan pulpenku yang tak terhitung.

"Hmm..."

"Serius gitu aja respon lo?"

"Ya... trus gimana? Males komentar tentang mereka"

"Iya juga sih, gue bahkan eneg banget sampe pengen muntah"

"Hahaha apaan sih"

"Gitu dong, jangan serius-serius amat"

Rian memang bisa diandalkan. Dia cowok yang percaya diri, ngobrol sama semuanya. Tapi dia pelupa. Aku gak yakin dengan itu. Tapi Rian benar-benar seseorang yang pelupa. Rian duduk didepanku dan selalu atau bisa dibilang everyday pinjam pulpen, pensil, tipex, penghapus, penggaris yang selalu hilang secara ajaib.

Suatu hari aku pernah marah dengannya bahkan sampai hampir menangis. Apalagi kalau bukan alat tulis yang selalu hilang karena dia. Maka dari itu, karena sudah males banget pinjam kan dia pulpen atau lainnya. Setiap dia pinjam, namanya selalu aku catat beserta harga pulpen atau lainnya yang dia pinjam. Jadi, kalau sewaktu-waktu hilang, Rian harus bayar denda. Dan...yah, setelah itu Rian gak pernah lagi pinjam. Tapi terkadang Rian pinjam sambil memohon dan setelah itu.... Hilang.

"Lama banget hujannya, sampai rumah pengen rebahan, terus selimutan, jangan lupa makan mie kuah isi cabe yang banyak, telor sama kacang atom, sambil nonton drama korea"

Itu Cassie, teman sebangku. Dia paling gak suka nonton bergenre horror, thriller dan Sci-fi. Dia suka film bergenre romance, drama bahkan yang berbau sex. Contohnya Fifty Shade of Gray. Siapa yang tidak kenal dengan film itu, bahkan Cassie mengajakku untuk menonton bersama. Karena kita berdua memiliki rasa penasaran yang tinggi, Cassie pernah sekali mengajakku untuk menonton pornografi. Kalian bisa membayangkan bagaimana reaksi kita berdua.

"Itu makanan biar bisa cepet buang hajat" kataku.

"Heh, kok gitu sih ngomongnya? Padahal yang di lapangan lagi kasmaran" kata Cassie.

"Bentar lagi juga putus"

Aku dan Cassie kompak langsung menoleh ke Rian.

"Kenapa? Emang bener kok, yang laki-laki buaya, terus yang perempuan ular. Sama-sama saling gak bisa dikalahkan. Ntar kalau sudah ada korban, mereka kembali lagi kayak pasangan yang romantis"

"Toxic" kataku pelan.

"Iya benar, toxic relationship" kata Rian sambil memandangku.

Seperti yang kalian lihat sepasang manusia yang berada di lapangan bernama Alvin dan Bella. Mereka berpacaran dari tahun pertama masuk sekolah sampai saat ini di kelas sebelas. Kisah mereka seringkali menjadi gossip, issue, news dan lainnya yang selalu dibicarakan di sekolah. Tahun pertama memang sedang dimabuk asmara tetapi dibulan bahkan tahun selanjutnya, hubungan mereka putus dan nyambung lagi. Mereka berdua saling menyerang kecemburuan satu sama lain dan berakhir dengan jalan cerita melanjutkan hubungan. Seperti "Bella maafin gue, ayo kita lanjutkan hubungan ini. Gue sayang sama lo" dan si perempuan menjawab "Gue maafin lo, gue juga sayang sama lo". Kurang lebih seperti itu.

KUEBIKOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang