Bab 3

1 0 0
                                    

POV Author

Dafa menggerakkan dua jari tangan kanannya ke arah matanya dan kemudian ke arah Rea. Seolah-olah dia mengatakan melalui matanya 'jangan kabur, kita perlu bicara'.

Tubuh Rea terasa kaku saat melihatnya. Ini adalah pertama kalinya ia melihat Dafa seseram itu melalui tatapan matanya.

"Rea!" Panggil Cassie.

Panggilannya membuat Rea tersadar dan Cassie mengatakan 'jangan bodoh' tanpa suara dan kembali berlatih dengan timnya. Rea menundukkan kepalanya. Begitu bodoh karena sudah mengatakan hal seperti itu. 'Kenapa kamu yakin sih, kalo Dafa suka sama kamu?' rutuknya dalam hati.

Rea dan Dafa saat ini berada di gedung olahraga. Gedung olahraga ini begitu luas dan penuh dengan peralatan olahraga lainnya. Dan beruntungnya ada jendela yang cukup lebar untuk ventilasi udara.

"Ini sudah kedua kalinya lo tanya begitu. Sekarang. Kenapa? Kenapa lo berpikir gue suka sama lo?" Tanya Dafa.

Dafa yang Rea kenal tidak sedingin seperti ini. Ditambah dengan hanya ada mereka berdua di gudang ini dan aura Dafa begitu intimidasi sampai-sampai Rea tidak berani menatap matanya. 'Kenapa ini begitu dominan? Aku pikir dominan hanya ada di film yang disukai oleh Cassie?' rutuknya dalam hati.

"Karena kamu suka gangguin aku"

"Gue gak gangguin lo aja, gue gangguin semuanya. Lo jangan kegeeran"

"Kalau begitu apa alasannya? Apa alasan kamu suka gangguin aku?"

"Gue suka gangguin lo karena gue memang suka gangguin lo. Gak ada alasan lain. Jangan berpikir karena gue cuma gangguin lo, lo itu spesial"

"Oke. Ayo kita selesaikan ini dengan cara negosiasi"

"Oke. Apa kesepakatan nya?"

"Sekali gangguin lagi, kamu gak dapet contekan dari aku"

"Heh. Contekan bisa gue dapat dari siapa aja. Gak cuma lo aja yang gue minta"

Udara seketika terasa panas. Pelipis Rea bahkan sudah mulai mengeluarkan keringat. Padahal hari ini tidak ada olahraga.

"Ada lagi gak?"

"....."

"Kalo belom ada, giliran gue. Ayo ciuman setiap gue minta"

"Kamu gila!" Seru Rea sambil mendorong dada Dafa agar menjauh.

"Kenapa? Lo gak pernah?"

"Pikirkan baik-baik keputusan lo" kata Dafa.
Langkah kakinya yang panjang membawa ke pintu.

"Gue kasih lo kesempatan buat mikirin keputusan ini sampai hari Senin. Lo bisa kasih tau gue buat batalin negosiasi bodoh ini"

Pintu tertutup dan meninggalkan Rea seorang diri sendiri.

Hari berlanjut menjadi Minggu dan Andrea masih berkutat dengan projek Fisikanya. Rian nanti sore akan datang ke rumahnya. Sejujurnya Andrea tidak terlalu pintar mengotak atik peralatan ini. Ini adalah tugas Rian. Andrea hanya melihat dan memberikan arahan sesuai dengan buku panduan. Selain itu ia bertugas membuat laporan proyeknya.

Halaman belakang merupakan tempat favoritnya di rumah ini. Ayahnya membuat interior halaman belakang dengan luas. Semua dikelilingi dengan berbagai macam tanaman. Bagian sisi kiri terdapat rumah kaca yang disampingnya terdapat kolam ikan koi. Bagian  sisi kanan adalah satu set meja dan kursi taman berwarna putih yang terbuat dari besi.  Ia dan Ayahnya setiap hari Minggu pagi selalu duduk di sana untuk menikmati teh.

Duduk di teras belakang halaman rumahnya yang dilapisi kayu membuat dia nyaman duduk berbagai posisi sambil mengerjakan tugas. Ditemani oleh kucing peliharaannya si Putih yang tidur berbantalkan pahanya. Putih adalah hadiah ulang tahun dari Ayahnya. Dia memang suka dengan kucing, terbukti dengan feed Instagramnya penuh tentang kucing. Mungkin Ayahnya tidak sengaja melihat. Ia menamainya si Putih karena hanya itu yang terpikirkan di kepalanya saat melihat bulu seputih salju menutupi semua sisi tubuhnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KUEBIKOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang