POV Andrea
Ini adalah hari Sabtu, menjalani sekolah seperti biasa. Jam pelajaran tidak ada yang kosong. Seharusnya hari Sabtu mendapatkan jam pelajaran yang sedikit longgar hanya saja sekolahku yang berbeda. Tetapi karena kejadian kemarin, sikap Dafa yang makin menjadi terhadapku.
Aku merasa tidak ada salahnya untuk bertanya. Lagi pula, aku tidak terlalu membawa perasaan. Jika diingat kejadian kemarin aku teringat dengan perkataan Cassie.
"Serius lo nanya gitu?"
Aku mengangguk dengan polosnya.
"Hah... Gue bilang gitu, bukan berarti lo tanya langsung ke orangnya Rea sayang. Harus ada aba-abanya"
"Gak usah ada aba-aba, langsung aja kenapa sih biar jelas. Lagian aku yakin dia gak suka sama aku"
"Yakin lo? Lo bilang reaksi dia cuman 'uhuk uhuk' doang, habis itu berdiri di depan warung"
"Udah lah males mikirin, belajar dulu bentar lagi ulangan matematika peminatan"
"Padahal gak berminat sama matematika, kenapa namanya matematika peminatan sih?"
Pergantian jam pelajaran aku habiskan dengan menundukkan kepalaku di atas meja dan kedua tangan terlipat sebagai bantal. Soal ulangan matematika peminatan masih terbayang dipikiranku. Kepalaku terasa panas sehabis perang.
'Duk duk duk' suara gebrakan meja di sampingku cukup keras. Aku melihat Dafa duduk di bangku Cassie. Dia bercanda dengan Roy, Bagas dan termasuk Rian. Istirahatku terganggu olehnya. Aku merasakan getaran di saku jas ku. Cassie in calling.
"Iya Cas?"
"Please minta tolong beliin gue pembalut, gue gak tau kalo hari ini datang bulan. Biasanya sih pas tanggal tua"
"Kamu dimana sekarang?"
"Toilet"
"Roknya?"
"Bentar gue liat dulu"
"Ada sedikit sih, tapi nanti bisa gue tutupi pakai jaket"
"Yakin kamu?"
"Menurut lo gimana?"
"Lebih enak pakai yang baru sih"
"Gue ada rok ganti baru. Ada di loker gue, kuncinya ada di tas bagian depan"
"Oke"
Tas Cassie ada di kolong meja, aku sedikit susah mengambilnya karena ada Dafa. Saat mengambilnya tidak sengaja aku melihat pergelangan tangan Dafa yang berada di atas meja Cassie. Itu karet hitamku kemarin, dia tidak mengembalikannya. 'Huh' aku meniup poniku ke atas dengan kesal. Tetapi sepertinya Dafa menyadari keberadaanku.
"Apa?" Tanyaku bosan.
"Kenapa lo?" Dafa mengerutkan dahinya. Jelas dia bingung karena aku menampilkan wajah yang menyebalkan dan muak dengan kelakuannya.
"Boleh minta karetku?" Tanganku menengadah dihadapannya. Aku sudah memintanya dengan baik-baik.
"Oh ini? Punya lo kayaknya kemarin gak sengaja jatuh di jalan. Ini punya Bella, barusan gue ambil"
Siapa yang membodohi siapa, aku tau itu karetku karena ada hiasan bunga putih di karetnya. Lagian apa gunanya Dafa mengambil karet hitam itu. Rambut dia kan pendek.
"Yaudah aku bisa beli yang baru" kataku dan berlalu pergi.
Saat meninggalkan kelas aku masih bisa mendengar teman-temannya menyorakinya.
"Anaknya marah tuh Daf!"
"Kasih aja kenapa sih, lagian lo gak butuh kan"
"Rambut lo pendek yakali make gitu"
KAMU SEDANG MEMBACA
KUEBIKO
RomanceAndrea berharap memiliki kehidupan SMA yang menyenangkan, mempunyai teman, belajar bersama, pergi keluar bersama, belanja bersama, menonton bersama dan hal lainnya. Tetapi masalah dari orang terdekatnya perlahan muncul ke permukaan dan menceritakan...