Bab 13

12.5K 1.4K 41
                                    

Dian menepuk - nepuk kartu tanda pengenal nya ke tangannya ketika berada di dalam lift, dia akan ke lantai bawah untuk mengambil paket yang dibelikan Dean untuknya dan langsung terdiam ketika pintu lift terbuka di lantai tiga dan menemukan Juna yang kini sedang menatap dirinya dengan ke kagetan yang sama.

Sudah seminggu kejadian di rumah sakit itu terjadi, namun ketika melihat Juna seperti saat ini masih saja membuat Dian sakit hati dengan sosok pria dia depannya ini. Pintu lift akan tertutup otomatis karena Juna yang hanya diam saja sambil terus menatap Dian yang ada di depannya, namun Juna menahan pintu lift yang akan tertutup dan langsung masuk ke dalam lift itu. Kini di dalam lift itu berisikan Juna dan Dina saja.

Kenapa saat dia menggunakan lift malah bertemu dengan juna? Padahal dia sangat jarang turun ke lantai bawah menggunakan lift, namun karena kakinya yang masih perih membuat Dian memilih untuk memakai lift. Juna melirik ke lutut Dian yang kini masih di tutupi dengan plester namun pria itu tetap diam saja.

Sampai di lantai satu Dian langsung keluar, begitupun dengan Juna. Dian berjalan ke arah resepsionis untuk mengambil paketnya. Dian mengambil paket dan langsung kembali ke dalam lift kembali dan pergi ke lantai 2, tempat kerjanya berada.

Dian duduk di kursinya sambil mengingat kembali perlakuan dan perkataan Juna kemarin di rumah sakit kepada dirinya, namun Dian menggeleng mencoba melupakan kejadian buruk itu.

***

"Papi, tante Di hate me ya?" Tanya Julian dengan wajah sedih, dia sudah sangat mengharapkan kehadiran Dian. Dan Julian juga ingin mempertanyakan kenapa Dian tidak memberikan kado seperti yang dijanjikan wanita itu.

Juna yang ditanya oleh Julian hanya diam. "Papi, jawab aku," Ucap Julian. Kini keduanya sedang ada di atas kasur bersiap untuk tidur setelah Juna selesai membacakan buku cerita kepada Julian.

"Papi nggak tau," Jawab Juna dingin yang membuat Julian langsung membalikan badannya dan menangis.

"Aku bukan anak yang nakal pi, why tante Di hate me?," Tanya Julian dengan menangis.

"Nak, sudah yuk kota tidur," Ajak Juna mencoba untuk menenangkan Julian.

"Aku mau ke rumah tante Di pi," Ucap Julian dan membuat Juna harus memejamkan matanya.

"Ini sudah malam nak, kita tidur ya," Ucap Juna kemudian memeluk Julian agar anaknya itu menghentikan tangisnya.  Namun Julian tidak menghentikan tangisnya dan terus menangis sampai - sampai tertidur karena kelelahan menangis. Juna merutuki Dian, perbuatan macam apa yang Dian lakukan sehingga membuat anaknya sampai menyukai perempuan bertopeng itu.

Setelah Julian tertidur Juna langsung ikut tertidur juga, dia besok harus kembali ke kantor sepupunya untuk masalah design villa dan juga renovasi yang akan dilakukan sepupunya dan Juna juga harus menambah stock kesabarannya ketika bertemu perempuan bernama Dian itu.

Pagi hatinya Juna langsung pergi ke kantor sepupunya untuk memberi design yang sudah dia buat sehabis itu dia akan langsung pergi.

Saat masuk ke dalam lift sudah berisikan kedua wanita yang Juna tahu adalah orang yang selalu bersama dengan Dian namun Juna tidak melihat keberadaan perempuan itu. Namun Juna tidak ambil pusing dan langsung masuk ke dalam lift itu.

"Gue lagi bad mood banget, kenapa Dian resign mendadak ya?" Tanya perempuan berambut sebahu kepada teman disebelahnya dan Juna mengetahui dari name tag yang dikalungi perempuan itu bernama Ariel.

"Iya ih, katanya dia nggak mau kerja di toko buka abangnya, tapi tiba - tiba berubah pikiran," Ucap Luna.

"Ya gue kalo jadi Dian sih ya bakal langsung mau, jadi manager, dari pada disini kerja lembur bagai kuda," Balas Ariel.

"Iya sih," Pembicaraan keduanya berhenti ketika pintu lift terbuka. Juan terdiam, baguslah jika perempuan bertopeng itu sudah tidak bekerja disini, maka dari itu dia tidak perlu berpapasan dengan perempuan itu lagi.

Juna turun dari lift saat sudah berada di lantai tiga dan langsung masuk ke dalam ruangan milik sepupunya dan ketika masuk dia mendapatkan sepupunya sedang memijit kepalanya.

"Hai, jun," Juna mengerutkan dahinya saat melihat Brenda yang kini terlihat sangat kelelahan.

"Kenapa lo?" Tanya Juna sambil membuka laptop dan juga memberikan beberapa berkas kepada Brenda.

"Capek gue, anak buah andalan gue tiba - tiba ngundurin diri, udah gue tahan tetap aja keluar," Ucap Brenda.

"Dian?" Tanya Juna dan Brenda langsung mengangguk.

"Emang apa bagusnya sih dia?" Tanya Juna sinis dan membuat Brenda mengerutkan dahinya.

"Ya dia paling bisa gue andalin, kerjanya bagus, anaknya baik nggak neko - neko," Juna yang mendengar itu hanya menggelengkan kepala tidak percaya.

"Sama anak lo aja dia baik, kenapa geleng - geleng gitu lo?" Tanya Brenda bingung.

"Dia suka sama gue," Jawab Juna dan membuat Brenda menatap Juna bingung. "Terus?" Tanya Brenda.

"Ya dia baik sama Julian karena mau dekatin gue," Jawab Juna.

"Yang penting baik kan, nggak kaya pacar lo?" Ucap Brenda kemudian mendengus.

"Maksud lo apa sih?" Tanya Juna tidak suka.

"Ya pikir aja sendiri," Balas Brenda. Dan membuat Juna terdiam.

Tbc...

SUDDENLY BEING MOM // #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang