Bab 35

5.8K 652 13
                                    

Di ruangan yang kini di penuhi dengan keheningan, dua orang yang kini duduk di sofa yang sama saling diam, tidak ada yang membuka suara lagi. Sang pria bahkan kini hanya diam dengan kepala yang ribut karena kini sibuk menyusun kata-kata yang tepat agar tidak menyakiti gadis di sebelahnya ini.

Tangan Juna yang sedari tadi menggenggam handphone milik Dian kini sudah lemas dan menaruh handphone milik sang gadis di tempat semula. "Saya..." Ujar Juna namun menutup mulutnya kembali karena masih bingung menyusun kata yang tepat.

"Menurut saya hubungan kita saat ini udah jelas Di. Mungkin emang saya nggak ada omongan sama kamu terkait hubungan kita, tapi kamu bisa liat kan sikap saya dan perlakuan saya ke kamu selama ini ya karena saya tertarik sama kamu," Juna menatap serius Dian yang kini juga menatapnya balik.

"Kamu tau sendiri umur aku saat ini aku nggak mau menjalin hubungan kalo cuma main-main aja."

"Awalnya saya mikir kalau hubungan kita ya cukup jelas dengan kertarikan kamu dan juga ketertarikan saya kepada kamu, menurut saya hal itu udah cukup menandakan kalau kita ada di sebuah hubungan. Dan kalau kamu nanya hubungan kita tujuannya apa ya saya berharap hubungan ini berarah ke hal yang serius."

"Saya minta maaf kalau hubungan kita ini buat kamu bingung karena tanpa ada penjelasan yang jelas dari saya. Saya kira selama ini kamu berpikir yang sama kaya saya dan kamu ngomong kaya gini sekarang ke saya nyadarin saya kalau selama ini ternyata apa yang saya pikir kan nggak sepenuhnya benar." Juna mengambil tangan Dian dan menggenggamnya dengan erat.

"Kalo dipikir-pikir saya ternyata sama brengseknya ya sama cowo yang kirim pesan nggak jelas ke kamu ya," Ucap Juna sambil menunduk dan terkekeh kecil.

Setelah mendengar penjelasan dari Juna membuat hati Dian lega dan juga berdebat di waktu yang sama karena penjelasan yang diberikan Juna. Dian menarik tangannya yang ada di genggaman Juna membuat pria itu terkejut dengan tindakan Dian, namun yang dilakukan Dian selanjutnya adalah dengan memberikan pelukan kepada Juna.

"Makasih penjelasannya, kamu ngebuktiin bahwa yang selama ini pikiran buruk aku salah," Gumam Dian.

Juna membalas pelukan Dian dan mengusap punggung dan juga rambut wanita yang kini ada di dalam pelukannya. "Kamu nggak perlu mikiran hal-hal buruk, pikirin hal-hal baik aja biar kedepannya hanya hal-hal yang baik yang terjadi," Balas Juna.

"Kalau gitu sekarang kita makan ya, cacing diperut aku udah pada demo minta dikasih makan," Ucap Dian mencoba melepaskan pelukannya, namun Juna menahannya.

"Tunggu dulu, biar aja kaya gini dulu," Ujar Juna.

Setelah berpelukan lama kini keduanya makan dengan tenang, tidak ada lagi kekhawatiran yang mengganjal di hati Dian yang ada kini adalah perasaan senang yang tidak dapat dibendung saking senangnya.

"Berarti aku sekarang boleh bilang kalau kamu pacar aku kan?" Tanya Dian saat keduanya masih menyantap makanan untuk mengisi perut keduanya.

Juna yang melihat ekpresi Dian ketika bertanya tak bisa menahan kegemasan terhadap gadis di depannya ini. Juna kemudian mengusap kasar rambut wanita itu sambil mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan yang Dian tanyakan.

Setelah keduanya selesai makan kini Juna berinisiatif mengantarksn Dian untuk balik ke tempat wanita itu bekerja. Sampai di depan tempat Dian bekerja Juna menahan Dian yang akan keluar dari mobilnya. Dian menatao Juna sebagai pertanyaan mengapa pria itu menahannya untuk turun.

"Kamu hari minggu ini ada acara?" Tanya Juna.

"Nggak ada, aku di rumah kok hari minggu," Jawab Dian.

"Mama hari minggu di rumah juga?"

"Iya, hari minggu juga ada mas Dean nginep."

"Hari minggu saya ke rumah ya sama Julian dan orang tua aku." Dian yang mendengar ucapan Juna lantas membeku di tempat.

"Maksudnya?"

"Hari minggu ini saua mau nunjukin ke kamu kalau aku mau serius sama kamu, mungkin hal-hal baik juga akan kita omongin di hari minggu nanti," Jawab Juna.

"Maksudnya apa sih? Kamu mau ngelamar aku gitu?" Tanya Dian terkejut dengan jawaban Juna.

Juna tertawa pelan mendengar pertanyaan polos yang dikeluarkan Dian. "Bisa dibilang kaya gitu," Ujar Juna dengan senyum ciri khas pria tersebut.

Tbc...

SUDDENLY BEING MOM // #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang