Bab 28

9.3K 919 10
                                    

Dian menarik ingus yang ada di hidungnya, sudah hancur imagenya di depan Juna, dia sudah tidak ada harapan dengan laki - laki tersebut karena rasa malu yang sangat besar karena kejadian siang tadi. Tak hanya kakinya yang sakit, kini juga tenggorokannya yang sakit dan suaranya menjadi serak karena sakit yang Dian rasakan ketika tukang urut yang dipanggil ibunya memijat kakinya yang keseleo dan membuat Dian tidak bisa menahan teriakan kesakitannya.

"Udah lah dek, ga usah nangis lagi, sudah ga diurut juga, kamu jangan lebay," Ujar ibunya yang membuat Dian semakin gondok, bukannya dia durhaka atau bagaimana kini dia sudah tidak memiliki muka di depan Juna dan ibunya malah berbicara seperti itu.

"Mama ga tau rasanya," Balas Dian dengan suara terbata karena lama menangis, Dian menangis juga bukan hanya karena kakinya yang sakit tapi juga meratapi nasibnya yang sangat sial.

"Kamu mau makan apa?" Tanya Juna tiba - tiba. Dian diam mendengar pertanyaan Juna tidak menjawab.

"Jawab dong dek," Ujar Wanda karena melihat anaknya diam saja di atas kasur.

"Aku lagi diet," Jawab Dian singkat.

"Diet, diet, kamu harus makan, lagi sakit juga," Balas Wanda mendengar jawaban sang anak.

"Aku ga nafsu makan ma," Jawab Dian.

"Makan sedikit aja Di," Ucap Juna namun Dian hanya diam.

"Mau apa?" Tanya Juna lagi.

"Apa aja," Jawab Dian akhirnya.

"Bangunin aku kalau makananya dateng, aku mau tidur," Ucap Dian kemudian membalikan badannya dan kini membelakangi Wanda dan Juna.

"Sudah Juna tinggalin aja Dian sendirian dulu, moodnya lagi ga bagus," Ucap Wanda.

"Iya tante," Jawab Juna kemudian mengikuti Wanda meninggalkan kamar Dian yang kini telah rapih tidak berantakan lagi setelah dibersihkan oleh Wanda.

Sejam kemudian Dian bangun dari tidurnya dan menemukan Juna yang duduk di kursi lantainya sambil menonton televisi di kamarnya.

"Mas," Panggil Dian karena dia mengira masih dalam mimpi karena melihat Juna yang kini berasa di dalam kamarnya.

"Sudah bangun?" Tanya Juna dan Dian hanya diam karena menyadari kalau dia tidak mimpi melihat Juna kini di depannya, namun kejadian yang terjadi beberapa jam yang lalu langsung menyerang ingatannya dan membuat muka Dian kembali memerah karena malu.

"Mau langsung makan?" Tanya Juna lagi dan Dian masih diam.

Juna duduk di pinggir kasur Dian. "Kok ditanya malah diam?" Tanya Juna lagi karena tidak mendapatkan respon dari Dian.

Dian masih tidak menjawab dia menutupi matanya dengan bantal tidak ingin melihat keberadaan Juna. "Kamu kenapa Dian?" Tanya Juna dan Dian masih saja bergeming.

"Kamu jawab dong, biar saya tau kamu kenapa, kalau kamu ga bilang kan saya ga tau," Ujar Juna.

"Aku malu sama kamu," Ucap Dian dengan suara kecil, namun Juna masih bisa mendengar suara Dian yang kecil.

"Jangan tutupin muka kamu pake bantal dong, nanti kamu susah nafasnya," Juna menarik bantal yang Dian gunakan untuk menutupi muka gadis itu.

"Kalau gini kan saya bisa lihat muka kamu," Mendengar ucapan Juna jantung Dian berdetak kencang. 'Ngeri banget nih duda,' ucap Dian dalam hati.

"Mau makan sekarang?" Tanya Juna dan Dian langsung menggeleng cepat karena moodnya untuk makan tidak ada.

"Terus kamu mau apa?" Tanya Juna lagi dan Dian tidak bisa menjawab karena bingung juga menjawab Juna seperti apa.

Dian hanya diam, dia kini sudah duduk sambil bersandar di sandaran ranjangnya. "Masih sakit kakinya?" Tanya Juna lagi dan Dian mengangguk, kini Dian berubah menjadi robot yang hanya bisa mengangguk dan menggeleng.

"Makan dulu ya, kamu kan belum makan dari pagi kata tante Wanda," Dian rasanya ingin membungkam Juna saja karena perhatian dari pria itu membuat kaki Dian menjadi lembek seperti jelly saking melting nya perempuan itu karena perhatian yang diberikan oleh Juna.

"Mau disuapin?" Tanya Juna dengan nada bercanda untuk mencairkan suasana namun jantung Dian makin menggebu dengan pertanyaan Juna. Dia sudah mau menyerah dengan Juna karena insiden dia jatuh di kamarnya dan membuat Juna melihat kamarnya yang seperti kandang babi, namun pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Juna membuat Dian semakin susah untuk menyerah.

"Nggak usah," Jawab Dian singkat.

"Gitu dong makan," Ucap Juna ketika melihat Dian yang melahap makanannya. Ketika sudah melihat Dian memakan makannya Juna mengusap pelan pucuk kepala Dian yang membuat Dian yang sedang makan langsung membeku ditempat. Memang rambutnya yang diusap namun kewarasan Dian benar - benar sudah hilang dikarenakan perilaku yang dilakukan Juna yang kini dengan santai duduk di kursi lantai dan kembali menonton televisi. Gila. Rasanya Dian ingin gila karena hari ini hatinya seperti rollercoaster dan semua dikarenakan pria bernama Juna.

Tbc..

Haduhh bisa aje nih bapaknya Julian🤭

SUDDENLY BEING MOM // #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang