Bab 22

11.8K 1.2K 28
                                    

Dian menyalakan handphonenya dan sudah banyak panggilan telpon dari keluarga dan teman terdekatnya, bahakan teman - teman di kantornya yang lama menanyakan hal yang sama. Dian tertunduk lesu karena masalah yang dihadapinya sekarang.

"Jennifer sialan banget," gumam Dian kesal.

Dian keluar menuju dapur dan membuka kulkas untuk mencari tahu apakah ada makanan yang bisa dia makan karena perutnya keroncongan. "Sial banget hidup gue hari ini," ucap Dian kemudian terduduk di depan Kulkas sambil menangis, matanya sudah bengkak karena menangis semalaman, kepalanya juga sudah pusing memikirkan jalan keluar dari permasalahannya ini.

Dian yang kini menangis terdiam ketika mendegar bunyi bel dari pintu luar. Dian bangkit dari duduknya dan menghapus air matanya. Dian membuka pintu dan terkejut oleh Juna yang datang dengan Julian yang ada digendongan pria itu. 

Juna menatap Dian dengan kaget karena penampilan Dian yang luar biasa berantakan, mata yang bengkak dengan air mata yang menggenang disana, belum lagi muka pias Dian. Juna yakin pasti perempuan ini menangis semalam hanya dengan melihat mata perempuan itu saja.

"Tante Di, Are you oke?" Tanya Julian yang juga menyadari penampilan Dian yang berantakan.

"No, I'm not oke," Jawab Dian dengan air mata yang kembali jatuh karena pertanyaan polos dari Julian.

Juna menghela nafas kemudian membawa Dian dan Julian untuk masuk ke dalam. Juna yang juga membawa totebag berisikan makanan untuk dimakan bersama dengan Dian.

jujur, juna bingung harus menenangkan Dian seperti apa, apalagi kini Juna memeluk Dian yang menarik nafasnya beberapa kali untuk menghentikan tangisnya. Juna akhirnya lebih memilih mengambil piring untuk menempatkan makanan yang dia bawa dari rumahnya.

"dari malem kamu belum makan ya?" tanya Juna ketika dia sudah menuangkan makanan untuknya, Julian dan Dian.

Dian menggeleng untuk jawaban dari pertanyaan Juna. "ini makan dulu, kalau kamu nggak makan nanti kamu sakit yang ada," ucap Juna dan dituruti oleh Dian karena jika ada masalah seperti ini pelampiasan yang dia butuhkan adalah makan, perutnya juga sudah terasa perih karena tidak makan semalam.

"tante Di, jangan nangis lagi ya, aku bakalan lindungi tante dari orang - orang jahat," ujar Julian dan diangguki oleh Dian yang kini sedang memakan makananya.

ditempatnya Juna sedikit bersyukur karena Dian memakan makanan yang dia bawa.

"kamu nggak usah khawatir, siang ini saya bakal klarifikasi tentang hubungan saya dan Jennifer dan ngebuat clear masalah ini," ucap Juna.

"karena saya haru pergi siang ini, saya titip Julian disini ya," ucap Juna lagi. 

setelah apa yang Jennifer perbuat Juna langsung menghubungi perempuan itu dan mengajak perempuan itu berbicara empat mata. Juna memutuskan hubungan keduanya jelas karena kelakuan Jennifer yang menyebabkan anaknya terluka, dia kira kedunaya akan akrab seiring jalannya waktu, namun seiring jalannya waktu malah anaknya yang terluka secara psikis dan fisik. setelah berhubungan lama dengan Jennifer baru ini Juna melihat kulit asli perempuan itu. Jennifer perempuan yang manipulatif dan power abuse.

"kamu tenang aja, setelah hari ini, semua akan baik - baik aja," ujar Juna kemudian mengusap kepala Dian sebelum JUna bangkit dari duduknya dan menaruh piring kotor ke wastafel.

Dian terdiam karena perlakuakn Juna, apa maksud pria itu? tanya Dian dalam hatinya

***

Dian kira Juna yang akan memberikan klarifikasi mengenai rumor yang beredar mengenai Dian, pria itu dan juga Jennifer, namun nyatanya yang kini mengklarifikasi malah Jennifer, padahal yang membuat rumor itu melebar juga perempuan itu sendiri. disana Jennifer berkata bahwa selama ini dia ternyata salah sangka dengan hubungan Juna dan Dian, kemudian perempuan itu juga meminta maaf atas kegaduhan yang dibuatnya.

'aku ngacam dia dengan cctv saat Julian jatuh, makannya dia mau klarifikasi' Dian membaca pesan singkat yang diberikan Juna dan menjadikan jawaban mengapa Jennifer muncul untukmemberikan klarifikasi dari kegaduhan yang dibuat perempuan itu.

tak lama dari pesan singkat yang di kirim Juna, Dean, kakak laki - lakinya menelponnya dengan panggilan Video. Dian menarik nafasnya dan kemudian mengangkat panggilan itu.

"kamu dimana?" tanya Dean dengan muka marah yang sangat kental.

Dian diam beberapa detik setelah menyadari bahwa kakak pertamanya itu marah besar. "kamu ngertikan kalau semua orang khawatir sama kamu?" dian baru mau membuka mulutnya untuk menjawab, namun Dean sudah menyerobot kembali.

"kasih lokasi kamu sekarang mas mau samperin kamu," ucap Dean lagi kemudian mematikan panggilan Videonya. Dian menghembuskan nafasnya, dia lupa, dia masih utang penjelasan dengan keluarganya karena selama ini yang keluarganya tahu dia tidak pernah dekat dengan siapapun dan dengan adanya berita seperti ini maka membuat keluarganya terkejut dan menuntut penjelasan dengan Dian.

TBC....



SUDDENLY BEING MOM // #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang