Bab 17

14.1K 1.4K 46
                                    

Dian memakan sarapannya dengan muka mengantuk, semalaman dia masih harus mempelajari pekerjaan barunya dan baru bisa tertidur ketika tengah malam. Sebelum pergi berlibur Dian harus pindah kembali ke rumah ibunya karena rencananya ketika kakak pertamanya menikah apartment akan digunakan Dean dan Ayla, calon kakak iparnya.

Dian menatap handphonenya yang memiliki notifikasi dari Juna. Pria itu memberikan video CCTV rumahnya ketika Julian terjatuh dan juga ketika Dian datang ke rumah pria itu. Dian hanya membacanya dan tidak membalas apapun, percuma juga perkataan pria itu masih sangat membekas di otaknya dan memikirkan kembali perkataan pria itu. Lagi pula Juna hanya memberikan sebuah chat singkat saja tanpa ada kata maaf yang tertulis dalam chat tersebut.

"Dek, kalo makan jangan sambil main handphone," Ucap Wanda kepada sang anak.

"Iya ma," Jawab Dian kemudian mematikan handphonenya dan memakan kembali makananya.

Setelah selesai memakan sarapannya, Dian langsung membawa piring kotor ke tempat cuci piring dan mencucinya. Setelah piring bersih dicuci, Dian langsung membereskan barang - barang yang mau dia bawa ke tempat kerjanya.

Dian mengambil tas kerjanya dan kemudian berpamitan kepada ibunya sebelum keluar rumah dan pergi diantar oleh anak ibu Retno, orang yang membantu ibunya menjaga rumah.

"Mbak ke toko bukunya mas Dean kan?" Tanya Aryo. Dian mengangguk.

"Iya," Jawab Dian kemudian duduk di jok motor.

***

Juna memegangi kepalanya yang pusing. Kepalanya rasanya mau pecah apalagi ketika melihat kelakuan Jennifer yang dia lihat di CCTV. Mulai dari perempuan itu yang membuang kado dari Dian, lalu sikap acuh perempuan itu terhadap Julian yang terekam semua di CCTV memberikan tamparan keras kepada pria itu.

Juna menatap Julian yang kini sudah diperbolehkan pulang dan akan pulang pada pagi hari ini dan akan segera pulang ke rumah. Endah juga sudah ada dan siap membantu Juna beberapa hari ke depan, ya hanya beberapa hari ke depan, karena dalam ke adaan seperti ini Endah malah ingin mengundurkan diri menjadi pengasuh Julian karena perempuan itu akan segera menikah dan pindah ke kampung halaman perempuan itu.

"Pi, suruh tante Di ke rumah," Ucap Julian. Juna hanya diam, hubungan dia dengan Dian tidak sebaik sebelumnya bahkan menjadi buruk. Chat yang dia kirim ke Dian pagi ini juga hanya di baca oleh wanita itu dan tidak memberikan balasan apapun.

"Tante Di pasti lagi kerja nak," Balasan Juna membuat Julian cemberut. Juna menghela nafas, dia menyadari bahwa kata - kata yang ia lontarkan ke Dian sangat tidak pantas dan sangat wajar jika perempuan itu merasa sakit hati dengannya. Tapi, bagi Juna mengucapkan maaf sangat sulit sekali, ego dan gengsinya terlalu tinggi.

Julian hanya diam sepanjang perjalanan ke rumah membuat Juna menghela nafas beberapa kali dan mencoba untuk tuk memutar otak. Jika dia dengan tidak tahu malunya meminta Dian untuk menemui Julian makan dia akan menjadi orang paling tidak tahu malu.

Juna menatap Julian yang kini hanya diam sambil menatap jendela luar. "Tante Di," Teriak Julian tiba - tiba. Julian melihat Dian yang baru turun dari boncengan seorang pria. Juna menatap ke arah pandangan Julian. Mobil keduanya masih terus berjalan.

"Pak rahmat berhenti," Ucap Julian.

"Nggak bisa berhenti Julian, kalau berhenti disini melanggar aturan," Balas Pak rahmat karena dia melihat rambu - rambu dilarang berhenti pada jalan ini.

"Nanti di depan puter balik aja pak," Ucap Juna dan diangguki oleh pak Rahmat.

Mobil mereka akhirnya berhenti di depan toko buku. "Julian, kamu disini aja, papi yang ke dalam," Ucap Juna.

Juna keluar mobil dan langsung pergi ke dalam toko buku. Dan ketika masuk ke dalam toko buku Juna melihat Dian yang kini sedang mencari - cari buku bersama seorang pria di sampingnya. Juna mengerutkan dahinya.

"Dian," Panggil Juna. Dian yang merasakan dipanggil langsung menoleh ke arah Juna. Dian sedikit terkejut melihat Juna yang kini ada di depannya, namun perempuan itu hanya diam.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Juna basa - basi.

"Kerja," Jawab Dian singkat. Juna baru teringat bahwa gadis di depannya ini memang sudah tidak lagi bekerja kantor milik sepupunya.

"Di toko buku ini?" Tanya Juna dan Dian mengangguk.

"Julian ada di depan," Ucap Juna. Dian mengerutkan dahinya.

"Dia lihat kamu tadi di depan toko buku ini," Ucap Juna mencoba untuk meluruskan kebingungan Dian.

"Aryo, aku keluar dulu ya, kamu cari aja buku yang kamu mau, nanti biar aku yang bayar," Ucap Dian kemudian pergi keluar. Aryo hanya mengangguk sambil terus memperhatikan Dian yang kini sudah pergi menjauh. Sedangkan Juna menatap pria bernama Aryo itu yang sedang sibuk menatap Dian yang pergi menjauh.

Tbc...

SUDDENLY BEING MOM // #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang