Chapter 1

787 49 11
                                    

--Happy reading--

🌻🌻🌻

Luna menggigit bibirnya saat ia menatap bingung pada cangkir yang diberikan Ginny padanya.

"Ini akan membuat sakit kepalamu berkurang," Ginny tersenyum pada Luna.

"Ingatkan aku untuk tidak minum lagi," keluh Luna sambil mengusap pelipisnya.

"Luna, kau selalu bilang seperti itu setiap minggu dan kemudian ketika akhir pekan—"

"Well, itu berarti kau tidak mengingatkanku dengan baik, kan?" Luna menyela. Ginny hanya berdecak seraya melangkah pergi untuk mencuci piring.

"Ya, ya, terserah kau saja," gerutu Ginny sambil mengeringkan mangkuk.

Luna menatap sahabatnya itu dan tersenyum. "Kenapa kau tidak menggunakan sihir, bukankah itu akan lebih cepat?"

"Aku tidak punya pekerjaan lain sekarang. Selain mengeringkan piring atau mendengarkan keluhan tentang sakit kepalamu," cengiran menghiasi wajah Ginny.

Luna hanya memutar matanya dan menyesap minuman yang diberikan Ginny padanya.

"Apa kau merasa..." Sebelum Ginny bisa menyelesaikan kalimatnya, Luna berlari keluar dari dapur menuju ke kamar mandi, "...lebih baik?" lanjutnya berteriak, tertawa.

"Diamlah, Ginny," gerutu Luna, menyandarkan kepalanya di dinding ubin porselen.

Ginny mendorong pintu kamar mandi hingga terbuka, ia tersenyum lembut, "Rememdium," gumamnya sambil mengarahkan tongkatnya pada Luna, membuat temannya itu tiba-tiba merasa jauh lebih baik.

"Kenapa kau tidak melakukannya sejak awal?" protes Luna, menyipitkan matanya ke arah Ginny.

"Aku harus bersenang-senang selagi bisa; aku akan menikah besok jika kau ingat. Aku butuh sesuatu untuk mengalihkan pikiranku dari hal itu!" Ginny tertawa. Tapi tiba-tiba matanya melebar dan tubuhnya membeku, "Aku akan menikah besok..."

Luna berdiri dan berjalan ke arah Ginny, meletakkan tangannya di bahu sahabatnya, "Rileks, Ginny," Luna tersenyum.

Ginny tiba-tiba berkedip, menatap Luna. "Besok aku menikah!" serunya, melompat-lompat kegirangan. "Besok aku akan dikenal sebagai Mrs Ginny Potter."

"Sebenarnya Mrs Ginevra Molly Potter." koreksi Luna.

Ginny melempar tatapan tajam ke arah Luna, "Jangan panggil aku seperti itu! Aku sudah menyuruh Harry untuk meminta pendeta menyebutku 'Ginny'. Demi nama Merlin, kenapa ibuku harus menamaiku Ginevra?" Ginny bergidik. Luna hanya tertawa, berjalan keluar dari kamar mandi.

🌻🌻🌻

Keesokan paginya, Luna dibangunkan oleh kepanikan Ginny. Baik Ginny dan Luna kini menginap di penginapan yang hanya beberapa blok jauhnya dari gereja.

"Aku tidak bisa melakukan ini," gerutu Ginny.

Luna masih setengah tertidur. "Melakukan apa?" Ia bergumam, menyeka matanya.

"Makan sandwich ini, Luna." jawab Ginny sarkastis. "Menurutmu apa yang sedang kubicarakan, tentu saja tentang aku yang akan menikah dengan Harry," gerutu Ginny, mondar-mandir di depan Luna.

"Tenang, Ginny," gumam Luna, "Wajar kalau gugup—"

"Ini bukan gugup! Ini rasanya seperti bunuh diri! Aku tidak bisa melakukannya, Luna, aku tidak bisa!"

Luna akhirnya berdiri dan berjalan ke arah Ginny, memegang tangan sahabatnya itu, "Ginny, tarik napas, 1, 2, 3, hembuskan, 1, 2, 3," ulangnya mencoba menghibur Ginny. "Apa kau sudah lebih tenang?" Ginny menganggukkan kepalanya tanpa suara. "Bagus, sekarang duduklah dan aku akan menata rambut dan merias wajahmu."

Broken Vows | Druna | END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang