Chapter 2

375 32 3
                                    

--Happy reading--

🌻🌻🌻

Luna sedang duduk di ruang tunggu di rumahnya, menatap foto pernikahannya dengan Neville. Ia mengenakan gaun putih yang indah, ia ingin memakai gaun berwarna biru tapi keluarga Neville cukup tradisional dalam keseluruhan skenario pernikahan. Sejak perang selesai, Neville sudah sangat yakin dengan perasaannya; Luna ingat bagaimana pemuda itu berlari ke arahnya untuk menyatakan cintanya.

"Luna, Luna!" teriak Neville dengan sedikit darah dari luka goresan mengalir di pipinya.

"Neville? Apa yang terjadi?"

"Kita menang, Luna. Dia mati, Voldemort mati!"

Luna langsung melompat ke pelukan Neville, senang bahwa perang akhirnya berakhir, bahwa Neville aman.

"Aku mencintaimu, Luna," bisik Neville di telinga Luna.

"Dan aku juga mencintaimu," Luna tersenyum.

"Tidak, bukan cinta seperti yang kau pikirkan. Aku benar-benar mencintaimu. Aku sangat mencintaimu. Sangat mencintaimu. Aku ingin menghabiskan seluruh hidupku bersamamu," seru Neville, menatap tepat ke mata Luna.

"Apa maksudmu, Neville?" Luna berbicara dengan pelan.

"Perasaan itu selalu ada di sini, sejak kita bertemu di kereta bertahun-tahun yang lalu. Aku mencintaimu Luna; katakan padaku kau juga mencintaiku?"

Luna memandang Neville dengan tidak percaya, matanya terbuka lebar. Ia membutuhkan waktu untuk mempertimbangkan apakah ia benar-benar mencintai Neville sebagai seorang pria atau ia hanya mencintai Neville sebagai teman. "Aku juga mencintaimu, Neville," ucap Luna akhirnya, meskipun tidak seratus persen yakin apakah ia benar-benar mencintai Neville sebagai seorang pria.

Luna mengangkat tangannya untuk melihat cincin berlian kecil yang ada di jarinya, tersenyum pada dirinya sendiri. "Aku memang mencintainya," bisik Luna pada dirinya sendiri seraya melihat cincin yang berkilauan itu. Ia kemudian menatap jam dan mendapati bahwa saat itu sudah jam 2 siang, "Aku sebaiknya mengirim pesan pada Ginny dan menanyakan bagaimana malamnya."

Saat Luna berdiri dari kursi, ia mendengar suara terdengar dari lorong.

"Siapa?" panggil Luna, menghentikan langkahnya saat suara langkah kaki mulai mendekati pintu dan pintu perlahan terbuka.

Neville menjulurkan kepalanya sambil menyeringai lebar.

"Neville!" seru Luna, berlari dan memeluk pemuda itu.

"LuLu, aku merindukanmu."

"Kau bilang kau tidak akan kembali sampai bulan depan?" tanya Luna sambil mencium pipi Neville.

Neville tertawa, "Aku hanya tidak bisa jauh darimu, aku sangat merindukanmu. Aku sudah menemukan apa yang aku butuhkan dan langsung memesan tiket pesawat pagi untuk kembali," Ia mengacak-acak rambut Luna. "Sekarang, dimana makan malamnya?"

"Ini belum malam, baru jam 2 siang," Luna tersenyum.

"Bagus, itu artinya kita bisa makan malam di luar."

"Tapi Neville, ini baru jam 2 siang!" Luna mengulangi dengan geli.

"Baik, kita tunggu sampai jam 7 malam. Apa yang bisa kita lakukan untuk mengisi waktu?"

"Oh, kurasa aku ada ide," Luna terkikik.

Mata Neville tiba-tiba berbinar, "Dan apa itu?" tanyanya.

Luna mencondongkan tubuh, bibirnya mendekati telinga Neville, "Kita bisa pergi berbelanja," ucapnya nyaris tidak berbisik.

Broken Vows | Druna | END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang