Prolog

284 8 13
                                    

Happy Reading

"Thankyou untuk setiap peran Lo yang sangat amat membelenggu Gar."

"Hidup Lo milik Gue Aletta." Sahutnya dengan menatap manik indah didepannya. Gestur tubuh pria itu lebih maju, dan bahkan hampir tidak memiliki jarak Diantara kedua wajahnya. Dengan sigap, refleks awal yang hanya memiringkan kepala, lalu ....

" No, gue nggak mood." Sahut nya menghindar.

"Lo nolak gue beib?" Desisnya begitu rendah.

"Enggak, gue gak pernah nolak. Lo selalu ngebuat gue berada dalam rasa aman kan?"

"Yahhhh, apapun untuk kamu."

Perempuan yang dinamai  Ta atau Aletta memandang jengah atas jawaban sekaligus pertanyaan yang menyebalkan dari pria dihadapannya.

"gombalan Lo ngga masuk, udah tua!" Jawabnya yang terdengar begitu garing, jika orang-orang yang memahami arti disetiap kalimat nya.

"Syuttt ...." Sanggah nya dengan mendekatkan jari telunjuk ke bibir lawan bicaranya, tanda untuk memberhentikan kalimat panjang yang ujungnya akan menyakiti hati dan melelahkan pikiran mereka.

"Gue janji Ta, kita gak akan selamanya stuck dihubungan tanpa arah ini. Kasih gue waktu..., waktu untuk berdamai dengan keluarga. Meyakinkan diri sendiri bahwa gue nyaman memeluk Islam bersamaan dengan bahwa perpindahan yang nantinya akan terjadi, benar untuk ketaqwaan gue terhadap Tuhan. Bukan semata-mata hanya karna cinta."

Sahutnya, dengan kalimat panjang ....

"Trust me, everything Will be fine. Promise ...."

Entah kenapa, hanya kalimat itu yang menjadi harapan untuk mereka kedepannya.

Yang menjadi lawan biacara, menghela nafas seolah-olah ini bukanlah sebuah ujung tandus yang nantinya akan menyakiti keduanya.

"Gue yakin kok, Lo nggak akan biarin kita selesai." Kelakarnya menepuk pelan dada bidang sang kekasih

"Semoga." Sebuah sahutan yang hanya mampu diucapkan dalam hati.

"Can i kiss you?" Pintanya tanpa persetujuan yang Langsung membawa gadisnya kedalam pelukan.

Aletta mendelik. Harusnya berlandaskan kalimat perizinan untuk melakukan adegan itu, dilakukan berdasarkan kata iya dari dirinya.

Faktanya iyaa atau pun tidak Sagara tetaplah sipemaksa yang harus mendapatkan keinginannya.

Langkahnya terhenti, sembari memperbaiki selempang yang bertuliskan nama gadis tersebut.

"I love you. Today, tomorrow, then everytime. Officially S.H sayang!" Ucapnya, lalu mencium hangat kening kekasihnya.

Adegan itu, tertahan cukup lama. Sampai akhirnya ....

"Jangan, buat gue makin sulit, Gar. Gue takut, takut Tamara nggak akan diterima dikeluarga Lo."
Keluhnya menyembunyikan wajah pada bidang yang selalu memberikan kehangatan untuknya.

"Gue, gak sekuat itu kalau satu waktu. Elo berubah pikiran dan ninggalin gue. Lo Masih ada keluarga. Lo bukan gue, yang sedang menjalani hidup tak beraturan. Gue Masih ada Tamara yang memang harus diperjuangkan, anak gue nggak punya siapa-siapa selain ibunya ini."

Sambung nya dengan suara yang begitu lirih di akhir kalimat.

"Untuk sekarang, kita egois dulu yah?" Gara, mengucapkan itu dengan sorot mata sendu namun dengan ketegasan dan kegetiran disetiap kalimat nya.

"Gue janji, ini bukan hanya tentang kita. Tamara akan selalu ada dimanapun gue dan Lo berada, dia juga anak gue. Jadi tolong jangan bilang dia cuma punya Lo!" Tulusnya menobatkan pengakuan untuk anak dari kekasih.

Pada akhirnya, lagi dan lagi iman mereka terkalahkan dengan perasaan besar yang menjadi dasar berjalan nya hubungan tersebut.

Tinggalkan jejak, agar tangan ini lebih giat mengetik lebih banyak part lagi.
ILY 38.000

STATEMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang