state 4

94 18 92
                                    

Happy Reading

"udah gak beres nih."
Cercanya dengan berjalan gontai menuju ruangan tertutup itu,

"Bi ... Sabina ...."

"Keluar Lo! Berhenti adegan kuda-kudaan Lo, sialan! Gue bawa apa yang Lo minta kemarin!" Teriaknya lagi,

"Siapa, Na?" Tanya seorang pria dari dalam.

"Cecunguk gue."

"Oh"

Usai jawaban singkat yang keluar, pria itu kembali mengulum daun telinga wanitanya.

"Stop it, El!" Cegahnya, dengan menghindar.

"Ayo mandi!" Ajaknya, dengan menarik lengan pria tersebut.

....

CKLEK

Suara pintu terbuka, mengalihkan atensi 2 orang yang sudah lama berada disana.

Sabina keluar menghampiri perusuh, yang sudah datang dari beberapa jam yang lalu.

Dengan memperlihatkan wajah sinis nya, ia menyapa.

"Gak bisa banget, ya Lo!" Sungutnya, dengan menyikut.

"Lo lama anjeng. Apaan yang gak bisa? Gue udah nunggu berjam-jam Sialan!"

Sadar akan kesalahannya, ia terdiam dan melenggang menghampiri 2 orang berbeda jenis itu.

"Elsabina"

ucapnya, dengan mengulurkan tangan dengan manusia 1 jenis dengannya.

"Ruri Handani."

Jawab seseorang itu dengan menerima uluran tangan.

"Musuh Geru."

Handni, hanya mengangguk dan tersenyum ramah.

"Ayo, duduk disofa aja Han!"
Ajaknya.

"Well, setelah denger cerita hidup Lo dari Geru. Gue sengaja nyuruh dia bawa Lo kesini." 

Ucapnya dengan beberapa kalimat yang membuat Handni, mengkerut kan dahi.

"Cerita apa Ger?"

Handni, merotasi kan kepalanya sehingga bertatapan langsung dengan pria di depannya.

Geru kikuk, dengan menggaruk tengkuk nya yang tak gatal, ia meminta bantuan kepada sahabatnya agar gadis itu saja yang menjawab.

"Geru cuma bilang, dia gak tega kalo nanti nya liat Lo. Pulang kuliah, kerja. Terus harus mikir lagi uang kossan dapet Darimana kalau kebutuhan kampus Lo banyak."

Jedanya, setelah menghela nafas ....

"Dan kalau gue pikir-pikir, gue juga butuh temen. Rumah gue lumayan muat untuk menampung dua orang. Jadi, gak ada salah nya gue minta Lo dibawa kesini untuk tinggal bareng gue."

Sambung sabina, yang memberikan penjelasan secara detail.

Gadis yang menjadi objek pembicaraan hanya diam. Handni, menyenderkan kepalanya pada sofa yang ia duduki lalu,

" Gue juga butuh tempat tinggal gratis, untuk meringankan kebutuhan gue."

"Tapi Lo juga bukan siapa-siapa. Jelas, gue merasa berhutang budi ... Dan gue gak suka itu, Sabina."

Ucapnya, dengan penuh kebimbangan.

" Gue gak merasa dihutanngin, Han. Apalagi sama Budi. " Jawabnya dengan terkekeh.

Dengan membuka matanya. Handni, hanya mendelik mendengar sahutan itu tanpa berniat memperbaiki posisi duduknya.

Sabina terkekeh dengan sikap jutek yang ditunjukkan calon sahabat nya ini.

"Fyi, gue orang yang gak suka bawa orang asing ketempat gue. Karna, gue orang yang  paling butuh namanya privasi."

"Dan dengan gue minta, Lo kesini. Itu artinya Lo lulus, dari kategori penjilat maybe juga orang rese." Sarkasnya.

"Cihh ... Gue rasa. Lo penjilat yang sebenarnya deh, Bi?"

Jawab Handni, membuat gadis didepannya menggeram lalu terkekeh.

" Gue tarik kalimat terakhir gue sebelumnya."

"By the way, welcome home." Sabina, berdiri lalu merentangkan tangan ....

"Thanks, Bi." Handni, dengan senang hati menerima pelukan itu.

"Makasih, makasih udah jadi orang baik di hidup gue" ucapnya lagi, dengan tulus.

See you the next chapter
Thank you!

STATEMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang