3 - Dibalik Senyum

879 75 3
                                    

H A P P Y
R E A D I N G

*****

Kini Zura tengah berbaring terlentang di kamarnya. Ia pikir kamarnya akan berwarna hitam putih atau abu abu, tapi dugaannya salah besar. Kamar Zura ternyata berwarna pink dengan gambar kuda poni dan hiasan dinding yang didominasi warna cerah. Keperempuanan banget, pikirnya. Ia akan merenovasi kamar yang kini menjadi miliknya, mengubah semuanya hingga tak menyisakan ruang untuk mengingat masa lalu.

Ia terkekeh mengingat kejadian tadi saat di ruang tamu bersama teman teman Abangnya.

Beberapa menit sebelumnya....

Dengan amat terpaksa Zura meminum obatnya. Mengabaikan tatapan heran dari orang-orang disekitar. "Eh, kalian tahu gak kenapa obat itu pahit?" tanyanya setelah menelan dua butir obat berwarna putih dan pink pucat.

Iyan tersenyum lebar. "Karena yang manis cuman lo," balasnya diiringi tatapan mata yang langsung tertuju ke manik tajam Zura.

"Kiw kiw, cukuruk," ledek Arga yang membuat Zura terkekeh.

"Apa, sih, Yan? Gue nanya beneran kali," terang Zura.

Iyan tertawa canggung. "Obat udah ditakdirkan menjadi pahit, maybe," imbuhnya.

"Tapi kayaknya lebih pahit hidup kita deh," celetuk Ricko lalu tertawa.

"Lo aja, kali. Gue mah always happy!" sanggah Iyan.

Setelah selesai meminum obatnya, Zura menatap keempat cowok tampan yang tengah sibuk menatap TV yang menampilkan film Lenong Legenda. "Sebagian besar bahan kimia dalam obat berasal dari tumbuhan hingga pada dasarnya bersifat pahit, kata American Chemical Society."

"Rasa pahit diperkirakan telah berevolusi sebagai pencegah menelan zat beracun. Karena obat-obatan bisa menjadi racun dalam jumlah yang cukup tinggi, maka ada baiknya jika obat-obatan terasa pahit dan tidak enak. Yang enak itu, makan seblak super pedas ditemani orang tercinta," jelas Zura diakhiri kekehan kecil.

Agil tersenyum tipis mendengar penjelasan singkat dari Zura. "Ada obat yang rasanya manis, lo tau apa?" celetuknya bertanya.

Kini, fokus keempat cowok itu beralih menatap Zura yang tengah berfikir.

"Obat yang rasanya manis itu, minum obat sambil liatin wajah tampan gue," jawab Iyan tersenyum malu-malu.

Iyan meringis ketika lengannya ditabok oleh Arga. "Diem, deh. Lagi cerdas cermat dadakan nih!" bisik Arga kesal.

"Ibuprofen adalah salah satu obat yang memiliki rasa manis karena dilapisi permen dengan lapisan gula. Ibuprofen dapat mengiritasi lambung sehingga melapisinya dapat mencegah obat terurai hingga mencapai usus." Zura mengedipkan sebelah matanya setelah menjawab pertanyaan Agil dengan mudah.

Iyan dan Arga saling pandang lalu mendekat kearah Zura. Mereka berdua mengecek keadaan Zura yang menurutnya sangat aneh dan tidak biasa. Apakah Zura sedang dirasuki oleh sosok ilmuan kimia?

"Lo waras, Ra? Sejak kapan lo pinter, Woy!" desak Iyan tak percaya.

"Lo amnesia, kan? Apa amnesia bisa buat orang jadi pinter? Kalo iya, gue pengin amnesia!" celoteh Arga diluar satelit.

Zura tertawa renyah. "Apalah kalian apalah!" candanya.

"Dih gatel," seru Jesica sinis.

ZU(I)RATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang