Bab 1 - Menikah Kembali

1 0 0
                                    

"Kamu janji bakal ke pernikahanku, kan?" Lagi-lagi pertanyaan itu terlontar dari mulut pria berambut hitam dengan poni kebelakang tersebut.

Seulas senyuman kembali terlukis dibibir mungil wanita yang sejak tadi duduk disebelahnya. Tangan putihnya menggenggam undangan pernikahan bernuansa bunga sakura yang jelas sekali milik dari sang pria.

"Tentu. Kau membuatku terus mengulang jawaban ini, ndre," balasnya dengan pukulan kecil dilengan mantan suaminya.

"Jangan ajak anak-anak! Aku takut mereka lihat pernikahan Ayahnya sendiri." Andre memohon.

Tiara yang mendengar hanya bisa mengangguk. Tinggal 5 hari lagi pria yang pernah ia cintai melepas status dudanya. Sementara, ia belum terpikirkan mencari pengganti sang pria.

Rasanya, Tiara susah menerima kenyataan ini. Apalagi, kedua putra dan putrinya, apakah mereka dapat menerima semua ini?

"Ndre, jadi suami yang baik ya," ucap Tiara memaksakan raut bahagia diwajah yang hampir akan menangis.

Tetapi, Andre tak mengatakan apa-apa selanjutnya dan hanya fokus menatap matahari terbenam di taman saat itu. Bola matanya lalu melirik sekilas kearah Tiara. Namun, tepat ketika Tiara mengeluarkan air mata dari kelopaknya.

"Maaf." Satu kata yang terucap saat kedua mata mereka saling memandang, Andre pun juga merasakan hal yang sama dengan Tiara.

5 bulan kemudian ...

Bingkai foto berisikan jepretan Ibu dan 2 anak menjadi pemandangan pertama di rumah baru keluarga Tiara.

Hasil kerja kerasnya selama 2 tahun terbayarkan setelah melihat impiannya terwujud.

"Pokoknya Nana mau kamarnya disitu! Nino cari kamar lain," rengek Nana, putri sulung Tiara yang sedang berebut ruangan dengan adiknya.

Tiara mengelus dada lagi mendapati mereka berdua bertengkar. Padahal, pembagian kamar sudah Tiara bicarakan kepada kedua anaknya tersebut berminggu-minggu yang lalu. Namun tetap saja tak membuahkan hasil.

"Mama udah bilang, Nana harus ngalah. Kenapa masih keras kepala sih?" tegur Tiara jengkel.

"Kenapa Nana yang harus ngalah? Kenapa gak Nino?" balasnya sedikit teriak.

"Na, Nino udah sering ngalah. Justru kamu yang harus coba ngerti sekarang," jelas Tiara menahan emosi.

Entah darimana sifat manja dan keras kepala ini dibawa, Tiara benar-benar tak habis pikir.
Apa ia salah mendidik putrinya ini?

"Nino pakai kamar yang itu aja gapapa, Ma," timpal Nino yang akhirnya buka suara.

Nana langsung histeris senang dan melompat kesana kemari layaknya anak kecil, padahal tahun ini ia akan menginjak bangku kelas 2.

Nino sendiri lebih muda 5 tahun dari Nana, tetapi pemikirannya lebih dewasa dibanding Kakaknya itu.

"Yakin?" tanya Tiara sekali lagi agar tidak terjadi kesalahpahaman.

"Iya Ma," jawab Nino memasang senyuman manisnya.

Tiara kemudian mengecup puncak kepala Nino dengan haru. Pasti sulit menyerahkan kamar pilihan pertamanya untuk sang kakak.

"Mama akan membantumu menghias kamar, ok?"

"Ok."

Sebelum Tiara sempat berbalik badan untuk menemani Nino, Nana lebih dulu merangkul tangan Tiara.

"Apa Ayah akan ke sini hari ini?" tanya Nana penasaran.

"Sepertinya, tetapi mama tidak janji."

"Boleh aku pinjam ponsel Mama? Aku ingin menghubungi Ayah," pinta Nana menarik-narik tangan Tiara.

Wanita Lain : Di Antara KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang