Bab 5 - Kebohongan

0 0 0
                                    

"Tidak, dia langsung tidur lagi. Nanti kalau dia terbangun aku akan memberitahunya kepadamu," ucap Tiara berbohong.

Meski, merasa bersalah dan bodoh, tetap saja Tiara tak mau mengucapkan yang sesungguhnya.
Biarkan saja Andre sakit hati mendengar perkataannya, bukankah mereka dulu juga saling menyakiti? Hal seperti ini sangat wajar seharusnya.

"Katakan pada Nino, Ayah menyayanginya!" Andre berucap dengan nada penuh permohonan.
Sebagaimana mestinya kasih sayang seorang ayah diberikan.

Jika Tiara bisa menangis, ia mau menangis saat itu juga.
Beberapa tahun lalu, Andre begitu sulit menerima kehadiran Nana dan Nino. Hanya Tiara yang menginginkan anak dalam rumah tangga mereka, berbanding terbalik
dengan Andre yang membenci segala hal tentang anak.

Namun, demi Tiara, Andre rela mengiyakan ajakan program kehamilan. Sampai akhirnya, Nana lahir dan disusul Nino setelahnya.
Kehidupan rumah tangga mereka mulai kacau saat-saat kehadiran Nino.

Hingga, ketika bercerai Andre melepaskan seluruh hak asuh kepada Tiara dengan mudah. Bahkan tak menghubungi Tiara selama 5 bulan.

"Emm ... baiklah. Aku akan memberitahunya nanti," balas Tiara yang tanpa pamit langsung mengakhiri sambungan.

Tangisnya memang tak terdengar, tetapi orang-orang tetap mengasihaninya. Seakan ia adalah makhluk paling menyedihkan. Namun, ia sendiri tak bisa menyangkalnya, mengingat betapa memalukannya saat suami yang ia cintai memberikan surat perpisahan tanpa alasan. Padahal, ia kira semua baik-baik saja.

***

Hari-hari berlalu, kesehatan Nino mulai berangsur membaik, Tiara sangat lega bisa membawa putranya kembali ke rumah.
Sekarang, dirinya sedang mengemasi barang-barang bersama Nana yang sejak tadi ikut membantu.

Entah kenapa, putrinya itu tiba-tiba mau melakukan pekerjaan yang sama sekali tak pernah ia sentuh. Serasa aneh bagi Tiara, meski disisi lain juga ada rasa bangga.

"Ke mana Nino? Dia belum balik juga?" Heran Tiara mencari keberadaan Nino yang katanya ke toilet sebentar tadi.

"Mungkin dia buang air besar." Nana menjawab asal dan tetap fokus melipat pakaian milik Nino.

Tiara berusaha yakin karena Nino punya kebiasaan membuang sisa-sisa makanan setiap pagi dalam tubuhnya.
Sekitar semenit setelah pembicaraan singkat Tiara dengan Nana, Nino akhirnya datang bersama Andre yang membawa banyak bingkisan dikedua tangannya.

"Mama! Ayah datang!" Girang Nino meraih tubuh Tiara dengan cepat.

Tiara agak tersentak melihat Andre yang berhari-hari tak ke sini tiba-tiba hadir seperti mimpi buruk.
Akan tetapi, mimpi indah bagi kedua anak-anaknya.

Nana langsung menyambut Andre dengan pelukan hangat. Tiara bisa merasakan kebahagiaan benar-benar terpancar didepan matanya.

"Aku tidak tahu kalau kau akan menjenguk Nino." Suara Tiara yang cukup tertekan ditelinga Andre.

"Aku menghubungimu barusan, kau mungkin belum membacanya." Andre menunjukkan layar ponsel berisi satu panggilan tak terangkat.

Tiara seketika mengecek ponselnya dan memang benar semua yang diucapkan. Tiara sendiri yang seharusnya berpikir sebelum mengeluarkan pertanyaan barusan.

"Astaga! Memalukan!" gumam Tiara merutuki dirinya.

Disamping itu, Andre melirik kearah Tiara, tatapannya sama sekali tak mau lepas dari sang wanita.
Indah rasanya jika mereka masih bersatu. Tak ada yang perlu dibatasi karena mereka saling memiliki.

"Apa kau sudah meminta izin pada Siska?" tanya Tiara ketika mendekat pada Andre agar suaranya tidak tersampaikan ke telinga kedua anaknya.

"Sudah, dia memperbolehkannya," jawab Andre tersenyum supaya Tiara merasa lega.

Tiara pun percaya pada omongan pria itu. Jikalau Siska memberikan izin, itu tandanya ia tak perlu terlalu cemas.

"Bermainlah dengan anak-anak!" suruh Tiara memandang Andre penuh senyuman.

"Kau juga harus ikut." Andre mengajak balik Tiara.

"Tentu."

***

Gaun bermotif bunga warna jingga begitu pas ditubuh mungil Tiara yang hari ini akan menghadiri undangan dari mantan mama mertuanya.
Walau ada rasa enggan, Tiara akan tetap mendatanginya.

Senyum merekah di depan cermin, kala Tiara mencoba menenangkan dirinya dan memilih senyuman yang akan ia berikan nanti.

Sesudah semua persiapan selesai, Tiara menghampiri kedua anak-anaknya, meminta mereka menjaga rumah dengan baik saat ia pergi.

"Mama bawa oleh-oleh ya!" pinta Nana yang sama sekali tidak tahu jika Ibunya akan pergi ke tempat istri baru Ayahnya sendiri.

Gejolak batin sedikit memukul Tiara setelah mendengar permintaan Nana dibarengi senyuman kecil.
Bukankah ia terlalu jahat merahasiakan kebohongan ini? Putrinya bahkan bahagia disaat Ayahnya akan segera mempunyai anak lain yang mungkin juga menggantikan posisinya.

"Kalau Mama ingat ya," balas Tiara singkat ketika menyentuh dagu Nana.

Wanita itu lalu menyetir mobilnya, melaju ke rumah Ibu mertuanya dengan hati yang sudah hancur berkeping-keping.
Ia tak bisa senang, tetapi terpaksa menyembunyikan supaya tak ada satupun yang tahu.

Sekitar 45 menit perjalanan, akhirnya ia sampai di tempat tujuan. Sejujurnya, ia agak tertegun melihat ramainya acara tersebut tak seperti yang ada dipikirannya.
Berapa banyak tamu undangan yang hadir? Tiara rasa lebih dari 50.

"Ah sial!" umpat Tiara lemas menyadari dirinya salah mengambil keputusan.

Dengan langkah berat, Tiara tetap melanjutkan tujuan awalnya. Bersama hadiah bayi yang terbungkus oleh kertas warna-warni, Tiara berusaha percaya diri.

"Eh, bukannya itu Tiara? Mantan istri pertama Andre?" celoteh salah satu Ibu-ibu yang tak asing juga bagi Tiara.

Seketika semua pandangan langsung tertuju padanya. Ia menjadi pusat perhatian hanya dalam sekejap kedatangannya. Berbagai perkataan buruk juga terdengar ditelinga Tiara.

"Kok kuat ya dateng ke acara mantan suaminya, aneh."

"Biasalah sok kuat, nanti di rumah juga nangis."

"Lebih cantik istri Andre sekarang dibanding dia."

Perbandingan macam apa itu? Tiara benar-benar tidak tahu apa yang ada dalam otak orang-orang yang pernah mempermalukannya dulu.

"Ara!" panggil tante Rida yang begitu girang.

"Kukira kau tidak mau ke sini," lanjutnya lagi dengan perasaan enteng.

Tiara memaksakan lengkungan dibibirnya, meskipun kala itu ia sangat tidak ingin tersenyum.

"Ini kado buat cucu tante." Tiara segera menyerahkan hadiah yang ia bawa tanpa banyak omong.

"Padahal, kau tidak perlu membawakan hadiah seperti ini."

"Tidak papa, aku hanya mau melakukannya."

Tante Rida lalu mengajak Tiara untuk berkumpul bersama keluarga yang lain sekalian makan-makan.
Karena terpaksa, Tiara tidak sanggup menolaknya.

"Kakak!" Siska memanggil dengan suara kencang dan melambaikan tangannya.

Andre yang ada disamping istrinya cukup syok. Demikian, para tamu yang kembali menatap Tiara. Sekali lagi, wanita dibalik senyuman iblis itu berani mempermalukan dirinya.
Tiara tak ada pilihan lain selain mendekati Siska dan berniat mengucapkan selamat sebelum pergi.

"Terima kasih untuk undanganmu. Semoga anakmu bisa lahir dengan selamat dan sehat. Kau pasti senang punya anak diluar nikah," ucap Tiara keceplosan.

"Hah?" Siska tak percaya, kali ini wanita yang ada dihadapannya membalikan situasi.

Sedangkan, Andre terdiam mengetahui kalau Siska tak memberitahunya tentang undangan Tiara.

"M-maaf, aku benar-benar tidak sengaja," ujar Tiara yang kemudian keluar dengan berurai air mata.

Siska yang masih tak terima segera mengejar langkah wanita itu tanpa Andre bisa hentikan.

Wanita Lain : Di Antara KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang