"Jauhi mas Andre! Ini hal terakhir yang aku minta dari Kakak," perintah Siska saat menggandeng tangan Tiara yang akan masuk ke dalam mobil.
Siska tak peduli apa yang akan Andre katakan nanti. Tetapi, yang jelas ia akan membuat wanita itu menjauh dari kehidupan rumah tangga mereka.
"Bukan aku yang butuh Andre, tapi anak-anak," balas Tiara berusaha melepas cengkraman Siska yang semakin kuat.
"Mas juga bakal punya anak dan aku gak mau membagi ayah dari anakku ke siapapun!" bentak Siska.
Derai air mata Tiara tak henti-hentinya mengalir. Perkataan demi perkataan membuat luka tak bisa lagi disembuhkan. Namun, selama ini Tiara bisa berdiri dengan kakinya sendiri, jadi mungkin tanpa Andre pun ia tetap bisa bertahan.
"Ok." Singkat, Tiara mengakhiri semuanya karena detik itu ia tahu jika Andre berada di sana dan mendengar pembicaraan mereka dari awal.
Siska begitu senang, berbeda dengan apa yang Andre rasakan.
Sedikitpun ia tak mengerti, kenapa ia sangat sesak melihat Tiara bersama air mata yang merembes dari wajah cantik itu?
Seharusnya, ia sadar sejak dulu bahwa setetes air yang berharga tersebut selalu turun karena dirinya."Siska! Hentikan! Kau mengacaukan semuanya!" hardik Andre setelah menahan emosinya sedikit.
Pria itu langsung berdiri membelakangi Tiara. Sejenak, Tiara heran apa yang sedang mantan suaminya itu perbuat? Kenapa dia malah membela dirinya?
"Mas? Jangan buat aku malu! Mas harusnya ada disisi aku, bukan dia!" Kesal Siska menunjuk Tiara dengan jari telunjuknya.
"Kamu udah gila ya? Bisa-bisanya nyuruh aku berhenti berhubungan dengan anakku sendiri?"
Siska seketika mengernyitkan dahinya, ditambah banyak tamu yang menonton pertengkaran mereka, termasuk ibu mertua dan ibu kandungnya.
Kenapa suaminya mempermalukan ia seperti ini?"Kamu bakal punya anak, mas! Apa salah aku ngerasa cemburu kalau kamu lebih perhatian sama anak mantan istri kamu?! Hah?!" Siska berkaca-kaca menatap suaminya dengan penuh kesedihan.
Setidaknya, ia ingin Andre berada dipihaknya supaya orang tidak menganggap ia sedang dicampakkan. Apalagi, Tiara tidak pantas mendapatkan perhatian dari Andre. Siska sungguh tak terima.
"Cukup. Kita bisa bicarakan ini berdua. Ok?" Andre mengesampingkan rasa egoisnya dan lebih memilih berdamai.
Jika ia melanjutkan perdebatan ini, itu sama saja membongkar kelakuan Siska dan Andre tak sudi membuat istrinya semakin larut dalam cibiran.
"Aku gak mau, mas! Jawab pertanyaan aku di sini! Emang apa sulitnya?" Siska tetap tak mau menyelesaikan masalah ini.
Ia semakin menjerit seperti orang gila dan berusaha menarik Tiara dari belakang Andre dengan kasar.
Tiara spontan terkejut, namun Andre buru-buru menghalangi Siska."Arrrggghhh!!! Dia menghancurkan semuanya!!!" teriak Siska yang sudah sangat kacau.
Bahkan, riasan dan gaun putih yang dipersiapkan 6 jam lalu hancur lebur bersama isakan tangis Siska yang tak tahu lagi harus melakukan apa agar Andre bersimpati padanya.
"Sayang, tenangkan dirimu! Kau sedang hamil, jangan marah-marah!" ungkap tante Rida yang mendekati menantunya dan mengelus punggungnya pelan.
Tatapan kecewa tersampaikan saat tante Rida melirik Andre yang sangat kebingungan.
Dibanding menuju kearah sang Ibu, Andre malah berbalik badan dan menanyakan kondisi Tiara.
Raut mukanya berubah drastis ketika menatap wanita tersebut."Maafkan aku," ujar Andre, namun Tiara menggelengkan kepalanya langsung.
"Untuk apa? Bukankah perkataan itu lebih baik kau tujukan pada Siska?" tanya Tiara balik dengan kebencian dimatanya.
"Kumohon, jangan larang aku menemui anak-anakku!"
Tiara tidak tahu harus membalas apa karena perasaannya sedang sangat buruk.
Ia ingin pergi saja, namun kakinya tak mau diajak kompromi. Sepertinya ia terlalu tegang sejak tadi."Biar aku ngantar kamu pulang," tawar Andre belum bisa menghilangkan rasa resahnya.
Tetapi, Tiara buru-buru menggeleng, sudah sangat malas menambah gosip.
Entah panggilan apa saja yang akan mereka sebutkan untuk dirinya, ia tak mau ambil pusing.
Setidaknya, kedua anak-anaknya tersebut tak mengetahui hal ini."Kamu yakin bisa pulang sendiri?" Andre sekali lagi menanyakannya, mungkin yang terakhir.
Tiara mantap mengangguk dan segera menuju ke tempat mobilnya di parkiran, walau semua pandangan tetap menusuk terhadapnya.
Lama-kelamaan suasana kembali normal, tetapi para tamu undangan memilih pergi dan yang tersisa hanya beberapa, berbeda sekali jumlahnya.
Plak!
Siska menampar pipi Andre dengan keras. Sorotan matanya menyala-nyala siap menghabisi pria itu.
"Aku kecewa padamu!" bentak Siska menarik kerah kemeja Andre.
Andre mencoba mengunci tangan Siska supaya diam, namun yang malah ia dapatkan adalah gigitan dan cakaran bertubi-tubi.
"Astaga! Hentikan sayang! Kau menyakiti suamimu." Sang Mama melerai putrinya agar menjauh dari Andre.
Tante Rida pun menghampiri Andre dan mengecek kulit tangannya yang mengeluarkan darah.
Andre terkekeh ketika Ibunya itu memandangi wajahnya. "Ini luka biasa, tetapi bagaimana caranya aku menyembuhkan luka istriku?"
Andre sama sekali tak mengerti, apa yang sebenarnya sudah ia lakukan? Hatinya menyuruh untuk membela Tiara, tetapi pikirannya berkata sebaliknya. Walau akhirnya, ia mengikuti kata hati itu.
"Bagaimana jika Tiara memisahkanku dengan Nana dan Nino? Aku tidak mau juga Ibu." Andre melanjutkan omongannya.
Tante Rida memahami kebimbangan yang tengah dirasakan oleh putranya. Namun, apakah boleh ia menyakiti salah satu dari wanita tersebut?
"Sudahlah, sebaiknya kau tenangkan dulu Siska. Ia sedang hamil sekarang," suruh tante Rida yang takut cucunya kenapa-napa.
"Baiklah." Andre mengiyakan dan menuju ke dalam rumah, di mana Siska berada.
Sementara, tante Rida menangis tersedu-sedu di luar. Sekuat tenaga ia berusaha menahan suaranya.
Di sisi lain, Tiara melakukan hal yang sama. Berhenti di pinggir jalan dan meluapkan kegundahan hatinya.Drrtt ... drrtt ...
"H-halo?" Tiara mengangkat telepon tersebut.
"Hai, apa aku menganggumu?" tanya Adam, orang yang menelepon.
"T-tidak, ada apa? Apa kau mau pesan kain?"
"Bukan, aku cuma mau menanyakan apa kau ada di rumah? Karena aku mau mengantarkan makanan untukmu, sekalian membayar utangku," jelas Adam.
Tiara mengusap air matanya dan menghela napas sebentar, "Tentu, tapi apa kau bisa menungguku beberapa menit? Karena aku masih ada di luar."
"Ok."
Tiara kemudian meminta izin mematikan telepon dan mengencangkan laju mobilnya. Sebisa mungkin, Tiara akan sampai dalam waktu 15 menit.
"Jangan menangis! Kau benar-benar gila," batin Tiara terus-menerus.
***
"Andre, dia memintamu masuk ke dalam," ucap Ibu mertuanya saat mendapati Andre baru saja datang.
Tanpa penolakan, Andre menuju kamar. Tangannya sudah mengepal erat, pandangannya sedikit linglung, napasnya begitu kencang terhembus.
"Si–"
Cup!
Siska mendaratkan bibir mungilnya, seketika mata Andre melebar dan istrinya itu semakin memperdalam ciumannya.
Andre sekuat tenaga mendorong Siska, tetapi terhalang oleh Siska yang mengalungkan tangan dilehernya."Apa Tiara lebih baik untuk urusan ini?" Siska bertanya di sela-sela ciuman, melirik sekilas wajah tampan suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Lain : Di Antara Kita
Romance"Aku mencintaimu," kata pria itu lembut untuk wanita di hadapannya. "Kau sudah punya istri, kau seharusnya malu mengatakannya." ~~~~ Setelah perceraiannya dengan Andre, Tiara kembali memulai hidupnya bersama kedua anaknya. Namun, hati dan ingatanny...