7

9 2 0
                                    

Sehari setelah kepergian Mike, Jack dan Lauren. Byla disibukkan dengan persiapan pementasan drama untuk acara perpisahan. Ia teringat jika hari ini Mir berjanji akan memberikan sesuatu. Tapi apapun itu, dia tidak boleh terlalu senang. Byla telah terikat sebuah perjanjian yang tidak boleh ia langgar.

"Kak Byla!! Seru Diana yang mendekati Byla dengan gaun cantik berwarna merah muda.

"Wah... kau cantik sekali," puji Byla.

"Aku sudah tahu. Tapi aku grogi...." Diana memegangi kepalanya dan mengetuk – ngetukkan kakinya.

"Tarik nafas dalam – dalam, pejamkan mata, tenangkan pikiranmu dan hembuskan keluar," kata Byla, "Lakukan berulang kali sampai rasa grogimu hilang."

"Bagaimana kalau tidak hilang?" tanya Diana yang mulai sedikit tenang.

"Kita batalkan pertunjukkan dramanya," jawab Byla sembari tersenyum, "Kau peran utama disini. Berusahalah dengan baik."

Byla menepuk pundak Diana dan melihatnya pergi menuju meja rias sembari kembali membaca naskah. Ia melihat jam tangannya, pertunjukkan tinggal lima menit lagi. Dan semua persiapan telah selesai.

"Semuanya bersiap!" seru Byla, "Kita lakukan yang terbaik!!"

"Ya!!!!!"

Waktu terus bergulir, dan pementasan dimulai. Tirai panggung dibuka dengan sebuah musik ceria. Byla berdiri dibelakang panggung yang gelap namun bisa mengawasi bangku penonton dengan seksama. ia melihat Mir, duduk diampit oleh Nyonya Hans dan Tuan Hans. Byla tersenyum.

Mir... semoga kisah kita lebih baik dari skenario drama ini.

@@@@@

Sejak awal pementasan, Mir sudah mengerutkan dahinya dan duduk dengan tidak tenang. Skenario yang dimainkan entah kenapa terasa begitu familiar dengan kehidupannya. Dan ternyata benar, Byla menulis kisah hidup mereka meski tidak ada yang sadar bahkan mungkin Byla tidak sadar jika naskahnya mengandung sebuah kebenaran. Kenyataan jika memang Mir mencintai Byla dan tidak bisa mengungkapkannya. Mir serasa ditusuk oleh ribuan pisau berkarat yang telah menusuk luka lamanya. Ia tersentak, seakan – akan Byla menantangnya untuk mengatakan perasaannya yang sesungguhnya.

Semangat Mir terdongkrak dengan cepat, ia mempunyai pikiran untuk mengungkapkan rasa cintanya dengan harapan Byla akan menerimanya dan kisah mereka tidak perlu seperti drama ini. Tanpa terasa drama itu berakhir dengan tragis, Mir menoleh ke ibunya yang sibuk membersihkan airmatanya. Semua orang diruangan itu berdiri dan memberikan tepuk tangan dengan senyum kepuasaan dari hati mereka. Mir ikut berdiri dan bertepuk tangan. Tidak berapa lama semua pemain dan kru keluar memberikan penghormatan kepada penonton. Mir melihat Byla, berdiri ditengah dan tersenyum dengan lebar.

"Ibu," Mir mentowel pundak ibunya.

"Apa?" tanya ibunya dengan tidak sabar, tatapan matanya tidak bisa lepas dari Byla.

"Kalian pulang dulu saja. Aku akan pulang dengan Byla," kata Mir.

"Baiklah dan ini," nyonya Hans mengeluarkan beberapa lembar uang dan menjejalkannya kepada Mir, "Traktirlah semua anggota klub drama itu. Mereka benar – benar hebat!"

Mir menerima uang itu dan tersenyum. Ia mencium pipi ibunya dan kemudian keluar dari barisan penonton menuju belakang panggung. Tidak lupa membawa tas dimana didalamnya berisi gaun buatannya untuk Byla. Ia segera menghampiri Byla dan secara spontan memeluk Byla dihadapan semua anggota klub drama.

"Hebat sekali pertunjukkannya," puji Mir yang masih belum melepas pelukannya.

"Terima kasih," balas Byla, "Bisa kau lepas pelukanmu."

It Is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang