11

10 2 0
                                    

Setengah tahun berlalu, tanpa Mir membuat Byla agak malas menjalani kehidupannya didesa kecil itu. Ia didera perasaan rindu yang semakin hari semakin menjadi, beruntung ia mempunyai kegiatan agar tidak terlalu disibukkan dengan perasaan rindunya dan yang lebih hebat entah bagaimana, Mike datang setiap akhir bulan dan menghabiskan waktu tiga hari bersamanya. Meskipun, Byla berharap itu adalah Mir.

"Byla!!" seru Saphire dari depan kelas yang membuat seluruh teman dikelasnya menengok kepada Byla.

"Ada apa?" tanya Byla, "Kau tidak perlu berteriak seperti itu kan."

"Lihatlah.. ibuku memberiku tiket menonton pertunjukkan drama di kota," Saphire memamerkan tiga tiket ditangannya.

"Lalu?" tanya Byla.

"Kita akan pergi menonton, kita akan menginap ditempat kakakmu dari hari jumat, sekalian berlibur," jawab Saphire.

"Aku akan meminta ijin pada ayah dan ibu dulu," kata Byla, "Terima kasih atas undangannya."

"Sama – sama, aku senang bisa membahagiakanmu," Saphire menyenggol pundak Byla dan tersenyum.

"Kenapa tiketnya ada tiga? Kau mau ajak siapa lagi?" tanya Byla.

"Tentu saja Samuel," jawab Saphire.

Byla mengangguk – angguk mengerti dan mengerlingkan matanya penuh arti kepada Saphire yang hanya disambut dengan senyuman tidak dan wajah tidak mengerti oleh Saphire.

@@@@@

Hari sudah larut ketika Mir baru saja pulang dari tempat kerja rahasianya. Ia menyalakan lampu diruang tengah dan mendapati rumah kosong, kakaknya Lauren sibuk bersama dengan Mike. Mengikuti Mike kemanapun, mengatur jadwalnya, mengatur semua persiapan Mike. Ia merindukan kakaknya yang dulu, tapi ppercuma jika ia hanya menyesalinya dan mengingkan hal yang tidak mungkin terjadi. Kakaknya sudah sibuk dengan pekerjaan yang ia pilih dan Mir juga akan melakukan hal yang sama. Dalam waktu setengah tahun, ia sudah bisa membuat butik kecil, sederhana dengan uang hasil kerja sambilannya.

Mir membuka buku gambar yang selalu ia bawa kemanapun, memandangi gambarnya semasa kecil. Hatinya begitu bahagia, melihat senyum digambar Byla yang ia buat, pastinya akan lebih bahagia jika ia benar – benar bisa melihat senyum itu.

Tiba – tiba suara pintu berderit terdengar, Mir melongok ke pintu depan dan melihat kakanya datang dengan wajah yang kelelahan dan tidak senang.

"Ada apa?" tanya Mir, "Mike memecatmu!"

"Tidak, dia baru saja menaikkan gajiku!" balas Lauren dengan ketus.

"Lalu ada apa?" tanya Mir lagi.

"Byla akan kesini bersama dengan Saphire dan Samuel," jawab Lauren.

"Sejak kapan kau membenci Byla?" alis Mir terangkat menatap kakaknya, "Kau cemburu pada dia karena Mike menyukainya."

"Aku tidak cemburu!" seru Lauren, "Kau tidak pernah mengerti kekhawatiranku."

"Apa yang kau khawatiran?" tanya Mir lagi, "Ada yang kau sembunyikan benar kan!"

Lauren terdiam, ia mengacuhkan Mir dan pergi menuju dapur. Mir mengikuti Lauren yang mengambil air minum dengan tergesa – gesa.

"Aku melakukannya demi kebaikan semuanya," kata Lauren setelah menegak minumannya.

"Kebaikan apa? Kalau hanya gaji besar aku tidak butuh! Aku bisa mencari uang sendiri," kata Mir.

"Ini bukan tentang uang!" Lauren membanting gelas nya kemeja sampai pecah dan melukainya.

"Aish... kau ini," Mir segera mengambil saputangannya dan membersihkan luka kakaknya.

"Aku tidak ingin ada yang terluka," kata Lauren, "Baik kau ataupun Byla."

"Tapi jangan lukai dirimu seperti ini," balas Mir masih dengan tekun membersihkan luka kakaknya yang kemudian ia balut dengan perban yang ia ambil dari kotak kesehatan, "Sebenarnya apa yang kau takutkan? Apa yang sudah Mike perbuat padamu?"

"Aku merasa bersalah pada Byla karena telah memaksanya membuat perjanjian denganku," kata Lauren yang kini meneteskan airmata, "Aku pikir Mike tidak separah itu."

"Hei hei hei," Mir memegangi pipi Lauren dan menatap kedalam matanya, "Katakanlah dengan jelas."

"Tidak bisa," Lauren menepiskan tangan Mir dan pergi meninggalkannya.

Mir hanya bisa menatap kakaknya pergi menuju kamarnya yang ada dilantai atas. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakan kakaknya. Perjanjian apa yang telah mereka buat dan kenapa kakaknya begitu tersiksa, ia tidak mengenal Mike dengan baik tapi Lauren ia mengenalnya dengan baik dan ini pertama kalinya ia melihat Lauren kehilangan kendali seperti itu.

@@@@@

Siang Hari, Byla, Saphire dan Samuel sudah berdiri didepan rumah Lauren dan Mir yang ada dikota. Rumah mewah dengan halaman rumah yang lebar. Byla memandangi sekitarnya dan tidak mempercayai apa yang ia lihat, rumah ini bahkan lebih bagus dari rumah yang ada didesa.

"Hei, kalian sudah datang," sambut Lauren dengan tersenyum manis.

"Kami akan merepotkan selama tiga hari ini," kata Saphire.

"Tidak masalah," kata Lauren membukakan pintu rumahnya lebar – lebar.

"Rumahmu bagus sekali kak," kata Byla, "Gaji menjadi manager artis besar ya."

"Iya, apalagi kalau kau dapat artis yang baik hati macam Mike," balas Lauren.

"Mike!!" seru Saphire dan Samuel bersamaan.

"Jangan – jangan Mike, aktor terkenal itu," tebak Samuel.

Lauren mengangguk bangga.

"Wah.. bisakah aku bertemu dengannya?" pinta Saphire, "Aku penggemarnya."

"Dia tidak akan keberatan menghabiskan waktu tiga hari bersama kalian jika ada Byla," jawab Lauren.

Saphire dan Samuel menatap Byla yang berdiri dengan salah tingkah.

"Jadi, Byla tidak bercerita pada kalian," kata Lauren, "Sudahlah, kamar Byla dan Saphire ada dilantai dua dekat tangga. Kamar Samuel disamping kanannya, samping kiri kamar Mir."

Byla melihat Lauren meliriknya ketika menyebut nama adiknya.

"Aku harus pergi, karena ada urusan. Anggap saja rumah sendiri," kata Lauren yang terburu – buru mengambil kunci mobilnya dan menghilang.

"Baiklah, aku mau istirahat," kata Samuel mengangkat bawaannya dan berjalan keatas.

"Ayo Saphire," ajak Byla.

"Ada hubungan apa kau dengan Mike?" tanya Saphire sinis.

"Hubungan yang rumit," jawab Byla.

"Kau pacaran dengan Mike!" seru Saphire.

Byla terdiam, ia tidak pernah diajari berbohong oleh orang tuanya atau oleh orang tua angkatnya.

"Iya kan!" seru Saphire, "Apa sih hebatnya kau? Kenapa semua orang menyukaimu?"

"Jangan tanyakan kepadaku," Byla menggeleng lemah, ie mengangkat tasnya dan berjalan keatas.

"Seharusnya aku tidak pernah mau menerima ajakanmu!" kata Saphire, "Aku hanya terluka jika bersamamu!"

"Apa madsudmu?" tanya Byla, "Kau menyesal menjadi sahabatku?"

"Iya!" jawab Saphire, "Aku sangat menyesal. Selama ini aku pikir dengan menjadi sahabatmu, Mir akan melihat kepadaku dan mencintaiku. Tapi tidak, dia sama sekali tidak melihatku dan hanya melihatmu."

"Dia tahu mana yang tulus dengan yang tidak," kata Byla, "Kau menyalahgunakan kebaikanku yang menawarkan persahabatan tulus. Kau tidak akan mendapatkan seorangpun laki – laki jika bersikap seperti itu."

"Diam kau gendut!!" maki Saphire, "Aku membencimu!! Enyah dari hadapanku!!"

"Baik," Byla mengangguk dengan mantap, ia mengambil tas kecilnya dan keluar dari rumah.

"Hei!! Byla!! Kau mau kemana?" tanya Samuel yang berlari kebawah mendengar keributan keduanya.

"Kemana saja," jawab Byla.

It Is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang