13

11 2 0
                                    

Malam telah beranjak, Byla teringat kalau malam ini pertunjukkan drama akan dimulai. Tapi tidak ada yang bisa dilakukannya, ia hanya bisa memainkan ayunan dan berusaha melupakan semua kejadian buruk yang terjadi hari ini. Tiba – tiba bayangan seseorang mendekat padanya, ia mendongakkan wajahnya dan melihat Saphire telah berdiri didepannya dengan Samuel yang berdiri jauh didekat taksi.

"Semenjak kecil aku tidak pernah punya sahabat," kata Byla mulai bercerita tanpa disuruh siapapun, "Hanya ditemani oleh kak Lauren. Apa kau tahu bagaimana rasanya roti isi yang dimakan sendiri dibelakang gedung sekolah? Apa kau tahu rasanya berusaha dekat dengan semua orang tapi dijauhi hanya karena kau sedikit gemuk. Mereka tidak mengerti aku dengan baik tapi malah mencemoohku. Berat badanku hanya tujuh puluh dan itu masalah untuk para gadis yang ramping sehingga tidak mau aku dekati. Aku tidak pernah punya apapun didunia ini."

Byla menatap Saphire yang masih berdiri didepannya.

"Yang aku punya hanya imajinasi," kata Byla, "Aku berimajinasi, memiliki seorang sahabat yang bisa dengan tulus menemani hidupku, aku bahkan tidak masalah jika ia hanya memanfaatkanku. Aku berimajinasi membangun sebuah sekolah drama bersama sahabat – sahabatku. Aku berimajinasi, akan ada laki – laki yang mencintaiku dan menerimaku apa adanya. Semua imajinasi itu terwujud, tapi hilang hanya dalam satu hari."

"Maafkan aku," kata Saphire, "Aku bersalah kepadamu."

"Kau pikir kata maaf bisa sepenuhnya menyembuhkan lukaku!" seru Byla sembari bangkit berdiri dari ayunan, "Kau bilang semua orang mencintaiku, nyatanya semuanya membenciku!! Aku menyanyangimu, tapi kau memakiku dan menyuruhmu pergi. Dan asal kau tahu saja Mir tidak pernah mencintaiku, dia bersama wanita lain yang lebih cantik dan ramping!!"

"Byla, tenangkan dirimu," Saphire memegangi tangan Byla dan berusaha memeluknya ketika Byla menepis tangannya dengan kasar.

"Aku mencintai Mir, sama sepertimu," kata Byla, "Hanya bedanya, kau bisa bersamanya sedangkan aku tidak. Aku terikat perjanjian yang berhubungan dengan hidup dan mati, yang jika dilanggar salah satu dari kami akan mati atau bahkan orang – orang disekeliling kami. Kau tidak tahu tentang hal ini kan."

Saphire menggelengkan kepalanya dan meneteskan airmata penyesalan dihdapan Byla.

"Aku menderita, tidak bisa bersama dengan orang yang aku cintai," lanjut Byla, "Sedang kau bebas memilih, tapi kenapa kau masih saja menyalahkanku dan memakiku."

Byla tidak sanggup meneruskan kata – katanya dan hanya membiarkan airmatanya jatuh membasahi pipinya.

"Maafkan aku," kata Byla, "Aku terlalu emosi."

Saphire memeluk tubuh gembul Byla dan mengelus – ngelus punggungnya.

"Maafkan aku juga," kata Saphire, "Kau seharusnya membagi kesusahanmu kepada kami, agar semuanya tidak meledak seperti ini. Kami sahabatmu bukan."

"Hei!!" seru Samuel, membuat Byla dan Saphire melepas pelukannya, "Kalian tidak mau melihat pertunjukkan dramanya?"

Saphire tidak menjawab, sebagai gantinya ia mendekati Samuel dengan kecepatan tinggi dan mencubit pipinya sampai Samuel mengaduh kesakitan.

"Apa kau tidak lihat kami sedang mencoba untuk saling memaafkan?" geram Saphire.

"Ah.. yang namanya bersahabat pasti pernah bertengkar kan," balas Samuel sembari memegangi pipinya.

"Itu benar," Byla menghapus airmatanya, "Ayo kita melihat pertunjukkan dramanya. Dan lupakan Mir!!!"

"Kau benar – benar akan melupakannya?" tanya Samuel.

Byla terdiam, ia tidak berani memandang mata kedua temannya dan terus saja berjalan menuju taksi, menyimpan jawaban yang hanya ia ketahui.

@@@@@

"Pertunjukkan yang hebat," komentar Saphire begitu memasuki rumah.

Byla tersenyum puas dan masih mengingat – ingat pertunjukkan yang begitu menakjubkan.

"Aku juga ingin main digedung itu," kata Samuel, "Di panggung yang mewah dengan kostum yang bagus."

"Kita pasti bisa bermain di gedung itu, tenang saja," sambung Byla, "Bahkan kita akan membuat yang lebih megah."

Byla membalikkan badannya dan melihat Mir berdiri didepannya, seketika itu juga ia langsung terdiam. Membisu dan hanya bisa melihat kemata Mir yang terlihat sayu.

"Aku harus bicara denganmu," Mir menarik tangan Byla keluar dari rumah.

"Hei, jangan menarik – narikku seperti ini!!" teriak Byla yang tidak bisa melawan kekuatan Mir.

"Aku tidak bisa membiarkanmu salah paham," Mir masih saja menarik tangan Byla sampai sebuah lampu dari mobil menyinari keduanya.

"Apa yang kau lakukan??" tanya Mike yang keluar dari mobil, "Kau menarik – narik Bylaku."

"Bylamu!!" seru Mir, "Dia bukan milikmu!!"

"Mir!!" bentak Lauren.

"Kenapa??" Mir melotot kepada kakaknya, "Apakah semuanya sudah buta dengan harta yang ditawarkan oleh laki – laki ini sehingga tidak ada yang mau mengerti apa yang aku rasakan."

Byla menatap heran kepada Mir yang menunjuk Mike.

"Harta apa?" tanya Byla, "Aku tidak pernah mencintai seseorang hanya karena harta."

"Tapi kau tidak mau jujur pada dirimu sendiri!! Aku mengorbankan seluruh hidupku hanya untukmu!! Hanya untuk mengejar cintamu, aku mewujudkan cita – cita semasa kecilmu dan itu tidak ada artinya bagimu," Mir mengacak rambutnya dan membuang muka, enggan menatap Byla.

"Sudah hentikan," sela Jack yang menarik Byla dan mendekatkannya kepada Mike, "Byla sudah menjadi kekasih Mike dan mereka akan mengumumkan hubungan mereka besok malam di pesta ulang tahun Laura. Aku harap, kau tidak mengacaukannya Mir."

"Ayo Byla, ada yang mau aku tunjukkan padamu," Mike membukakan pintu mobil setelah menerima kunci dari Jack.

Hati Byla serasa ingin retak saat itu juga, ia lelah berada dalam keadaan seperti ini. Terkekang oleh sangkar besi yang tidak bisa ia tembus. Haruskah ia terus mengacuhkan Mir, laki – laki yang ia cintai dan menerima nasib hidup bersama Mike dengan cinta yang palsu.

Tapi pada akhirnya, Byla melangkah memasuki mobil, ia tidak kuasa melihat tatapan Lauren yang menyuruhnya untuk segera bergegas. Mike terlihat sekali tersenyum dengan puas mendapatkan apa yang dia inginkan. Sementara Mir hanya bisa melampiaskan kemarahannya dengan menendang pot bunga dihadapannya dan Byla tahu, berapa pun pot bunga yang ditendang oleh Mir tidak akan sanggup mengganti rasa sakit yang ada didalam hati Mir. Byla hanya bisa terdiam, membiarkan dirinya pergi disamping Mike meski hatinya selalu dan selalu hanya ada disisi Mir.

It Is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang