14

9 2 0
                                    

Sepertinya memang hanya malam yang bisa menjadi teman Mir saat ini. Ia hanya memandang ke langit dengan tatapan sayu, sembari memegang gaun biru yang dulu pernah ia berikan pada Byla. Mir tahu apa yang dirasakan Byla, ia tahu gadis itu juga mencintainya dan ia juga tahu ada sesuatu yang disembunyikan oleh kakaknya. Namun semuanya memilih untuk terdiam, sama seperti malam yang tetap sunyi meski manusia tidak pernah berhenti beraktifitas. Suara langkah kaki mengagetkan Mir dan membuatnya menengok kebelakang, dilihatnya Lauren berjalan mendekatinya dan duduk disampingnya.

"Kau ingin tahu apa yang sebenarnya aku takutkan," kata Lauren.

"Sebenarnya ya," balas Mir dengan nada dingin.

"Bawalah Byla pergi dari pesta besok malam, ambil Byla dari Mike dan kau akan tahu apa yang akan terjadi," Lauren memegangi tangan Mir dan membuat adiknya menengok kepadanya, "Aku tidak ingin siapapun terluka, baik kau, Byla atau Mike."

"Satu – satunya yang terluka disini adalah Byla," mata Mir menerawang jauh, "Aku menyakitinya semenjak kecil, suka memakinya dan mengacuhkannya padahal aku tahu dia sangat mencintaiku. Kini, saat datang kesempatan untuk kita bersatu takdir justru menguji kita. Aku yakin, Byla adalah takdirku, dia akan kembali padaku sejauh apapun kakinya melangkah menjauh. Tuhan tetap akan menyatukan kita."

"Kenapa kau begitu mencintai Byla?" tanya Lauren.

"Dia menghiasi hidupku, memberiku sebuah cita – cita dan alasan untuk tetap hidup," jawab Mir.

Mir tersenyum kepada Lauren dan kembali menatap langit.

"Aku adalah malam serta Byla adalah siang. Aku dingin sedang dia menghangatkan, aku membutuhkannya dan mungkin dia tidak membutuhkanku," lanjut Mir yang kembali menatap langit dengan senyumnya.

@@@@@

Byla terdiam dihadapan cermin besar yang menampilkan dirinya dalam balutan gaun mewah berwarna merah menyala.

"Bagus kan," kata Mike yang memeluk Byla dari belakang, "Kau terlihat semakin cantik."

Mulut Byla sama sekali tidak bisa terbuka dan membalas ucapan Mike. Ia merasa jijik melihat dirinya dalam balutan gaun itu, bukan karena gaunnya tidak pantas atau tidak bagus, gaun itu sangat bagus dan mewah. Gaun yang selalu menjadi impiannya ketika masih kecil, seharusnya ia senang ketika impiannya terwujud. Namun kini ia bersedih, menginggat gaun Mir yang ia campakkan, padahal ia paham benar Mir menghabiskan banyak waktu untuknya hanya untuk membuat gaun itu untuknya.

"Ada apa?" tanya Mike melepas pelukannya dan berdiri didepan Byla, memegangi pipinya yang gembul dan menatap kedalam mata Byla yang tidak mau memandangnya, "Kau tidak suka gaunnya?"

Byla masih terdiam.

"Atau kau mulai ragu dengan perasaanmu padaku?" tanya Mike yang membuat hati Byla berdesir khawatir, "Kau mulai mencintai Mir?"

Otak Byla berputar dengan cepat, ia menyiapkan berbagai jawaban yang sayangnya tidak ada satupun yang bisa keluar untuk ia sampaikan.

"Kau mau meninggalkanku?" tanya Mike lagi yang kini berjalan menjauh dari Byla dan duduk di sofa panjang dibelakang cermin, "Jika itu terjadi, aku akan membawa Mir kedalam kematian."

"Apa yang kau katakan?" Byla panik mendengar perkataan Mike, ia melangkah sembari mengangkat roknya.

"Kita telah bersama selama lebih dari setengah tahun, dan kau tidak tahu aku yang sebenarnya," kata Mike yang mengacuhkan pertanyaan Byla.

"Aku memang tidak tahu siapa kau yang sebenarnya tapi aku berusaha menyanyangimu," balas Byla.

"Jadi selama ini kau tidak menyanyangiku," Mike menatap tajam pada Byla.

It Is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang