Akankah akhir cerita ini semulus jalanan beraspal atau setajam duri mawar?
Di bawah terik sang Surya yang anggun, terlihat bayangan dua sosok yang berjalan beriringan di atas hijaunya rerumputan padang. Semilir angin mengayunkan helai rambut mereka hingga terlihat sedikit berantakan. Tanpa ada perbincangan antar keduanya hanya melangkah tak tentu arahnya.
"Dari tadi mondar-mandir, nggak salah jalan emang?" Gadis bergaun putih lengkap dengan bando di kepalanya mendumel karena tak kunjung sampai dan kakinya mulai sedikit pegal.
Lelaki yang berjalan di sampingnya itu akhirnya berhenti, "Udah di sini aja" Jawab lelaki itu sambil duduk di tanah yang dilapisi rerumputan.
"Beneran di sini? Ini tempat yang awal kita lewati loh, kok nggak daritadi aja sih!" Gerak sang gadis yang dengan berat hati duduk di samping lelaki berkaos putih itu.
"Ember" Gadis anggun itu adalah Ember yang tadi pagi sudah disuruh bersiap-siap oleh lelaki berkaos putih yang tak lain adalah Fardan. Katanya ia akan diajak di pasar malam atau wahana lainnya, tapi apa kenyataannya, ia diajak di Padang rumput? Bahkan daritadi hanya muter-muter tidak jelas!
"Lo nggak suka?" Tanya Fardan yang melihat Ember duduk dengan kaki ditekuk dan kepala yang menunduk.
"Bukan gitu, ya nggak sesuai ekspektasi aja" Bibir Ember mengerucut lucu, terlihat bahwa ia sangat sebal.
Fardan mengambil setangkai ilalang di sampingnya, lalu menyelipkannya di sela-sela rambut Ember yang membuat sang oknum tersentak.
"Jangan marah lagi, gue emang nggak bisa ngajak Lo ke pasar malam atau apalah itu, tapi gue akan berusaha ngebahagiain Lo dengan cara gue sendiri" Fardan berucap tak lupa dengan senyum indah, menawan, anggun, dan tampannya.
Ingatkan Ember untuk lari terbirit-birit dari sini sekarang juga!!! Pipinya terasa panas, semu merah merambat di pipinya dan jangan lupakan jantung ember mungkin akan beralih ke perut karena ritmenya yang tak karuan.
Fardan sedikit tertawa melihat ekspresi Ember yang menurutnya berlebihan, lalu ia mencubit sedikit pipi Ember yang bersemu itu.
"Segitunya kalo baper" Goda Fardan membuat Ember mendelik lalu memalingkan wajahnya.
Fardan tertawa, "Udah tau,nggak usah disembunyiin gitu" Ember lalu memukul pelan pundak Fardan.
"Nggak tau ah" Lalu ia duduk seperti sedia kala.
"Suka Apel nggak?"
"Nggak"
"Jawab jujur, kalo nggak Lo bakal gue suruh ngerangkum buku lagi" Lagi dan lagi Fardan membuat Ember kesal setengah mati.
"Suka pantai?"
"Ya" Jawab Ember sekenanya, karena ia cukup malas sekarang.
"Bunga?"
"Ya"
"Pasar malam?"
"Ya"
"Apel?"
"Ya"
"Anggur?"
"Ya"
"Gue?"
"Ya"
Bunga? Iya, Pasar malam? Iya, Apel? Iya, Anggur? Iya, Gue?......
Ember menoleh ke Fardan, lalu menggeleng ribut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Memory is True Light : Eternal Story'✓
Fantasy[COMPLETED] Sebuah ketidaksengajaan yang berujung kemalangan membawa mereka ke dimensi lain. Mereka harus menuntaskan sebuah misi agar bisa kembali ke dunia asal. Namun, dalam perjalanan menuntaskan misi, mereka harus terjebak dalam pilihan sulit y...