Dunia itu berputar pada porosnya. Dimana kita pergi pasti akan kembali. Tidak ada kata tersesat sebenarnya,karena nyatanya hanya waktu yang belum tepat. Rotasi itu ibarat kita jatuh cinta. Kepada yang mencintai pasti harus dicintai. Yang mencintai pasti harus memahami yang dicintai. Jika tidak,apakah pantas disebut mencintai apabila tidak bisa memahami?
Di bawah bentangan langit gelap,Ember duduk di bangku halaman asrama. Menikmati semilir dinginnya angin malam,hari ini bulan tidak menampakkan dirinya,mungkin karena langit sedikit mendung,jika edisi galau dalam cerita,langit mendung menggambarkan suasana hati Ember.
Tidak ada yang menarik perhatiannya di bangku kayu yang ia duduki itu. Suasana sepi karena ini sudah malam. Entahlah,kali ini Ember ingin sendiri. Ia hanya berulang kali menghela napasnya.
"Apakah jatuh cinta itu sulit?" Monolognya dengan kaki yang seolah-olah mengukir permukaan tanah yang ia pijak. Memang benar sih,ini adalah kali pertama baginya untuk menyukai seseorang. Tapi kenapa harus seperti ini? Ingatlah Ember dulu adalah kutu buku dan salah satu siswi jenius di sekolahnya,ia tidak ada waktu hanya untuk sekedar menyukai lawan jenisnya.
Sambil memandang langit yang gelap itu,Ember berucap,"Ayah,Bunda,Ember kangen kalian"
Sakit? Itu yang Ember rasakan. Entah apa yang terjadi di sana,Ember harap Ayah dan Bundanya selalu sehat.
Bangku kayu yang ia duduki tiba-tiba sedikit bergerak,oh ternyata ada seseorang yang duduk di samping kanannya. Ember buru-buru menoleh ke kiri lalu mengusap sisa air mata di pipinya. Saat menoleh ke kanan,ia menjumpai seorang lelaki yang mengenakan bawahan jeans dipadukan dengan kaos putih oblong. Terkesan sederhana tetapi terlihat mewah jika dia yang memakainya.
"Kamu? Ngapain di sini?" Ember sedikit terkejut dengan kedatangan tiba-tiba lelaki itu.
"Nggak ada bulan ya? Lagi mendung kayaknya" Balas lelaki tersebut yang melihat ke arah langit.
"Nggak nyambung sama soalnya" Oh ayolah,Ember tanya apa dia jawab apa.
Lelaki itu mengalihkan pandangannya ke Ember,ia sedikit tertawa,"Emang nggak boleh ya gue duduk di sini? Kalo nggak boleh gue mau pindah" Lelaki itu hendak berdiri namun pergelangan tangannya di tahan oleh Ember. Hening beberapa saat,sadar akan perlakuannya,Ember segera melepas genggaman tangannya itu.
"Kamu boleh duduk sini" Ucap Ember yang diawali deheman. Lelaki itu pun kembali duduk dan ia terlihat sedikit menahan tawanya karena perlakuan Ember.
"Lo lucu" Ember menoleh cepat dengan tatapan yang mengisyaratkan kalimat 'maksudnya?'
"Lo lucu aja kalo salting"
Ceburkan Ember ke danau sekarang juga!! Pipinya terasa panas karena sindiran lelaki itu,dan jangan lupakan irama jantungnya yang tak bisa kompromi itu.
Ember berdehem lagi untuk menetralisir kegugupannya. Oh ayolah siapa sih yang nggak gugup jika diposisi Ember?
"Udara dingin ya" Ember berusaha mengalihkan topik pembicaraan,ia juga menggosok telapak tangannya agar aktingnya berjalan mulus.
"Gue nggak bawa jaket tadi" Ucap lelaki itu,yah dia kan hanya mengenakan kaos putih oblong.
"Lo kedinginan banget?" Ember mengangguk.
"Lo mending masuk aja" Yah,Ember berniat mengusirnya dari sini,kok malah ia yang disuruh masuk!
"Nggak,aku mau di sini"
"Lo keras kepala" Lelaki itu mencari cara agar Ember tidak kedinginan lagi. Lalu ia mendekat ke arah Ember dan memeluk Ember dari samping. Ember sontak terkejut ia menoleh ke lelaki itu dengan mata yang sedikit melotot.

KAMU SEDANG MEMBACA
Memory is True Light : Eternal Story'✓
Fantasi[COMPLETED] Sebuah ketidaksengajaan yang berujung kemalangan membawa mereka ke dimensi lain. Mereka harus menuntaskan sebuah misi agar bisa kembali ke dunia asal. Namun, dalam perjalanan menuntaskan misi, mereka harus terjebak dalam pilihan sulit y...