20. Punishment

33 12 1
                                    

Nggak ada sekalipun niat gue untuk menyerah, karena nyatanya gue mau berjuang bahkan nyawa menjadi taruhannya. -Fardana Bouville Agnamar













Seminggu sudah sejak kejadian Fardan yang menyatakan perasaannya tempo lalu. Sampai sekarang, Ember tak pernah melihat kehadiran lelaki itu. Ember juga tidak peduli,kalau tidak ada Fardan kan berarti tidak ada latihan. Ah,Ember rasanya menemukan surga tersendiri sekarang.

"Woy! Mentang-mentang ujiannya diundur Lo enak-enakan masih rebahan" Via kini berdiri di samping Ember dengan berkacak pinggang. Gadis itu sudah bersiap-siap untuk melakukan pelatihan mandiri.

Ember mengacungkan jari telunjuk ke atas, "Satu menit lagi" Lalu tanpa basa-basi Via menarik tubuh Ember untuk duduk lalu menyeret gadis itu masuk ke dalam kamar mandi.

"Lo! Lo! Apaan sih!" Berontak Ember.

"1 menit itu 1 jam buat Lo" Via kemudian menutup pintu kamar mandi dan berjalan keluar dari arah asrama.

Sepanjang perjalanan, Via berlari kecil sambil bersenandung ria. Sesekali ia menyapa teman asramanya yang kebetulan lewat.


"Hai La"


"Hi Vi"


Terlihat seorang gadis yang kesulitan membawa tumpukan buku di tangannya. Via buru-buru membantu gadis berkaca mata itu.

"Sini gue bantu Ra" Gadis yang bernama Rara itu tersenyum dan mengucapkan terimakasih kepada Via.


Setelah Via meletakkan buku itu di meja yang Rara maksud,Via melanjutkan perjalanannya menuju ke belakang asrama guna latihan mandiri.


"Hai Ca"


"Hai Naya"


"Hai_" Senyum indah itu seketika luntur kala Via baru saja mau menyapa seseorang yang selalu membuatnya sebal.

'Hai ubin kayu' Batinnya dalam hati.


"Hai" Aghasa membalasnya dengan sapaan yang terkesan datar,tak lupa wajahnya pun dingin, tapi meskipun begitu sontak membuat Via terkejut bukan main.

"Ikut gue" Via yang mematung itu akhirnya diseret paksa oleh Aghasa.

Disinilah mereka sekarang, di perpustakaan tepatnya di bangku kayu dengan tumpukan buku di depannya.

"Lo nggak bercanda kan? Kan yang jadi proctor gue itu si Fardan, bukan Lo" Via mendengus sebal dengan kehadiran Aghasa yang menyuruhnya merangkum tumpukan buku tebal di depannya itu.

"Sekarang proctor Lo itu gue, gue pengganti Fardan" Via melotot, terkejut kawan.

"Nggak..nggak gue nggak mau. Enak aja main ganti-ganti Lo" Bantah Via dengan menyilangkan tangannya.

"Terserah Lo,keputusan udah nggak bisa diganggu gugat" Ingin sekali Via mencakar wajah ubin kayu itu.

Via lalu membuka buku pada tumpukan paling atas, melihat betapa tebalnya buku itu membuat Via meringis.


'Siapa coba yang mau baca buku ini,tebalnya ngalahin buku hutang di warung' Batinnya.


"Emm. Gue panggil Ember dulu ya,ya masak gue sendiri yang latihan" Ucap Via dengan wajah yang memelas.

"Nggak perlu,gue udah nyuruh Kak Agra buat manggil Ember" Wajah Via kusut lagi deh.

"Arhhg!! Lo itu sebenarnya punya dendam apasih sama gue? Kok setiap kali gue ketemu Lo bawaannya selalu sial,heran deh" Via geram sekarang bahkan wajah gadis itu sudah memerah.

Memory is True Light : Eternal Story'✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang