Biarkan dunia ini berjalan menuju waktu yang ditentukan. Asalkan itu bersamamu aku tak masalah,meskipun harus hidup sebentar.
Di bawah bentangan langit cerah yang sinar sang mentari sangat menyilaukan mata, terlihat dua sosok masih duduk santai di salah satu bangku penjual bakso.
"Mau nggak?" Sosok di sampingnya itu menggeleng. Ia cukup asing dengan makanan yang bernama 'bakso' itu.
"Ini enak loh, jarang-jarang di dunia Lo ada olahan daging, setiap hari makan sayur terus, untung gue nggak jadi herbivora" Ia kemudian melanjutkan acar makannya.
"Sa" Yang dipanggil tidak menyahut.
"Aghasa!" Aghasa menolehkan wajahnya ke arah yang memanggilnya.
"Apa sih, Lo lanjutin aja makan Lo" Jengah juga Aghasa lama-lama dengan gadis itu.
"Udah selesai tau" Ucapnya sambil menunjuk mangkok yang tidak berisi bakso lagi. Aghasa mendengus, ia lalu melihat ke arah jalanan yang terdapat lalu lalang kendaraan.
"Lo kok bisa ke sini? Lo emang nggak papa? Terus mau ngapain ke sini? Lo-" Sontak mendengar rentetan kalimat tanya itu, Aghasa membungkam mulut gadis yang bernama Via dengan jari telunjuknya yang ditempelkan tepat di bibir gadis itu.
"Lo nggak seharusnya tanya begituan di sini" Lalu Aghasa menarik tangan Via menjauh dari gerobak penjual bakso itu, tapi sebelumnya gadis itu membayar dahulu baksonya.
"Gue sama Fardan udah bebas sekarang" Ucap Aghasa yang tiba-tiba saat keduanya berjalan di sebuah kompleks yang lumayan sepi.
"Maksudnya?" Aghasa menghentikan langkahnya diikuti Via.
"Gue sama Fardan udah bebas dari dunia dulu dan sekarang akan menetap di sini" Via membulatkan matanya ia bahkan menutup mulutnya yang terbuka dengan telapak tangan.
"Lo beneran?" Aghasa mengangguk. Lalu tanpa sengaja Via memeluk lelaki yang lebih tinggi darinya itu.
"Gue seneng banget mendengarnya" Masih diposisi sama Via berucap demikian. Tanpa diketahui gadis itu, Aghasa tersenyum kecil tanpa membalas pelukan Via.
"Lo nggak malu kan, meluk gue sembarangan di pinggir jalan?" Sontak Via mendorong tubuh Aghasa, untung saja Aghasa dapat menjaga keseimbangan tubuhnya hingga ia tidak mendarat mulus di aspal jalan.
Via menggaruk tengkuknya, ia sangat malu sekarang. Wajahnya yang sangat merah padam itu dan ekspresinya yang sangat menggemaskan membuat Aghasa tertawa.
"Lo lucu banget tau nggak" Aghasa tertawa hingga memegangi perutnya. Membuat Via mencubit geram lengan lelaki itu.
"Sakit tau" Via melenggang pergi meninggalkan Aghasa.
"Lo nggak tanya alasan gue ke sini?" Bisa Aghasa lihat, Via sedang mengalihkan perhatian. Gadis itu sama sekali tak menolehkan kepalanya ke Aghasa.
"Nemenin Fardan kan? Udah tau gue mah"
"Wrong answer" Via tak menyahuti lagi.
"Gue ke sini...because of you. I want to be with you forever" Via menghentikan langkahnya ia melihat raut wajah Aghasa yang serius mengatakan itu. Ia bahkan tak menemukan cela kebohongan di sana.
"Lo bercanda kan?"
"Apa wajah gue kurang serius? I love you Via, forever. How about you?" Via berpikir sebentar, otaknya seketika terasa konslet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory is True Light : Eternal Story'✓
Fantasia[COMPLETED] Sebuah ketidaksengajaan yang berujung kemalangan membawa mereka ke dimensi lain. Mereka harus menuntaskan sebuah misi agar bisa kembali ke dunia asal. Namun, dalam perjalanan menuntaskan misi, mereka harus terjebak dalam pilihan sulit y...