Harusnya Bara senang dengan kembalinya Rayna setelah dua tahun gadis itu menghilang tanpa kabar. Bara sempat dibuat seperti orang gila ketika Rayna tiba-tiba pergi, dan sekarang Rayna-Nya kembali.
Tapi tiba-tiba bayangan Ara muncul di otaknya. Bagaimana Ara yang menangis karena bentakanya, Ara yang ketakutan karena hukumanya, dan bagaimana Ara yang tersenyum karena sedikit perhatian yang ia berikan.
"Bara, kamu mikirin apa?"
Lamunan Bara seketika buyar ketika mendengar suara yang ia rindukan.
"Nggak ada."
"Tadi kata tante Liana kamu habis dari danau Kenangan ya?"
"Iya."
Rayna menampilkan senyum manisnya. "Ternyata kamu nggak lupain aku. Lain kali kita kesana ya? aku rindu tempat itu."
"Aku usahain."
Rayna cemberut. "Bara, kamu kok terkesan cuek sih sama aku."
Bara menatap wajah Rayna, terlihat kesedihan di mata gadis itu.
"Itu perasaan kamu aja Ray."
"Enggak Bara, aku tau persis kamu. Dulu kamu perhatian banget sama aku. Kamu selalu bicara manis ke aku, tapi sekarang tatapan kamu aja bahkan terkesan dingin."
Bara meraup wajahnya. "Terus aku harus gimana?"
"Kamu berubah Bara, aku nggak suka kamu yang sekarang."
"Kamu yang buat berubah aku Ray! kamu tiba-tiba pergi ninggalin aku dan itu bikin aku gila! Sekarang kamu tiba-tiba kembali lagi, mau apa?! mau bikin aku makin gila?!"
Mata Rayna berkaca-kaca, tidak menyangkan Bara membentaknya.
"Kamu nggak lihat gimana terpuruknya aku ketika kamu ninggalin aku gitu aja! Kenapa kamu tega ninggalin aku tanpa kabar Ray?! apa kamu udah bosen sama aku?!"
Rayna menggeleng. "Enggak Bara, ada alasan tersendiri kenapa aku pergi tanpa ngabarin kamu."
"Alesan apa sampe nggak ngabarin aku?! Sekarang aku udah nggak peduli lagi, kamu bisa pergi dari sini dan dari hidup aku Ray!"
Rayna menyeka air matanya yang semakin deras. Bara begitu marah atas kepergianya yang tanpa kabar.
"Aku sakit Bara," ucap Rayna begitu lirih.
Deg!
"Aku terkena leukimia. Aku pergi bukan buat ninggalin kamu, aku pergi buat menjalani pengobatan di Singapura, karena dokter di sini waktu itu nggak sanggup."
Bara mematung di tempat, tanganya yang sedari tadi terkepal karena menahan emosi perlahan mengendur.
"Aku nggak kasih tau kamu karena aku nggak mau buat kamu kepikiran."
Wajah Rayna memang berbeda, telihat pucat. "Aku bakal pergi dari hidup kamu, aku sangat sadar diri sekarang aku udah nggak pantes sama kamu, aku cuma gadis penyakitan yang bisanya nyusahin."
Rayna hendak melangkah pergi, namun tanganya langsung ditarik. Ya! Bara memeluk Rayna begitu erat, seakan melarang Rayna untuk pergi.
"Tetap di sini Ray."
"Maaf udah bentak kamu."
Bukanya merasa tenang, gadis itu malah semakin menumpahkan air matanya. Ia sangat merindukan Baranya. Ia kira ia tidak bisa bertemu Bara lagi, namun takdiri dengan baik hati memberi kesempatan kepadanya untuk bertemu Bara, bahkan bisa merasakan dekapan Bara.
Bara menekan tengkuk Rayna untuk memperdalam pelukanya. Tangisan Rayna sangat memilukan di telinga Bara.
"Kenapa malah tambah nangis? hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANANDITASWARA [TERBIT]
Altele"Mau apa kamu?" "Kamu hanya anak pembawa sial, jangan coba-coba cari perhatian di depan saya, karena saya tidak peduli" "APA KAMU BELUM CUKUP MERENGGUT MARISA DARI SAYA?, DAN SEKARANG KAMU MAU MENGOTORI RUMAH INI DENGAN KELAKUANMU" "Gadis licik sep...