Bara mengerjapkan mata ketika cahaya pagi menembus kamar tidurnya. Dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka, tanganya merba-raba nakas untuk mencari ponselnya. Ia mengecek waktu di ponselnya dan ternyata sudah menunjukan pukul 6 pagi.
Kemarin Bara tidak pulang ke rumah karena moodnya sedang buruk, jika ia pulang moodnya akan semakin hancur. Karena di rumah Bara tidak bisa memiliki kebebasan, apapun tindakanya harus ada persetujuan dari Gavin. Gavin selalu memaksanya untuk belajar, tak jarang kepalanya rasanya ingin pecah.
Bicara soal kemarin, Bara teringat satu hal. Ia tiba-tiba teringat Ara yang sedang ia kurung semalaman di gudang. Tadinya ia akan membebaskan Ara ketika sudah malam, niatnya agar gadis itu jera, tapi ia malah ketiduran.
Buru-buru ia mencari kontak gadis itu dan menelponya, namun tidak ada jawaban dari Ara. Ia baru teringat ponsel gadis itu ia lempar ke dinding sampai hancur.
"Arghh!! kenapa gue bisa lupa!"
Bara langsung berangkat sekolah pagi-pagi, beruntungnya jalanan masih lenggang. Hal pertama yang ia tuju adalah gudang belakang sekolah. Sekolahan terlihat masih sepi.
Ketika hendak mendobrak pintunya, ternyata sudah tidak terkunci. Di gudang sudah tidak ada Ara, tapi Bara masih melihat kepingan ponsel gadis itu.
Bara menunggu di depan pintu kelas Ara, tapi sampai bel masuk, Bara tidak menemukan keberadaan Ara.
"Kamu nungguin siapa Bar?"
"Ara."
Dalam hati, Tara menggeram kesal. Awas saja, jika gadis itu pulang akan ia jambak rambutnya sampai botak.
"Aku boleh nanya sesuatu nggak?"
"Apa?"
"Kalo misal kamu punya pacar, dan ternyata pacar kamu itu pembunuh, apa yang bakal kamu lakuin?"
Bara menatap Tara dengan tajam, seolah Tara sedang mengatakan kalo Ara ini pembunuh.
"Kenapa lo nanya kayak gitu?!" ucap Bara terdengar dingin.
Tara tersenyum. "Sekarang kan banyak banget cewek yang pura-pura kalem tapi sifatnya kriminal," ucap Tara tidak tau malu. Kalimat yang ia lontarkan lebih cocok menggambarkan dirinya.
"Jangan mudah percaya sama orang yang sifatnya tertutup Bar, itu malah bahaya. Mending yang terang-terangan kayak aku."
"Terus gue harus percaya sama lo gitu?" ucap Bara terdengar mengejek.
Tara gelagapan. "Ya nggak juga sih, intinya yang terlihat baik itu belum tentu baik."
Perkataan Tara sukses membuat Bara ingin mengetahui lebih jelas siapa Ara sebenarnya. Bara hanya tau rumah Ara tanpa tau keluarga Ara seperti apa.
***
Dengan santainya Roki duduk diantara Feli dan Glen. Glen menggeram kesal karena merasa terganggu.
"Fel, spill skincare lo dong, pengen punya muka kinclong kayak lo juga."
"Air wudhu!"
"Gaya lo, solat aja nggak pernah."
"Ya kan gue nonis pe'ak!"
"Yok bisa yok. Asyhadu an-la ilaha__"
Tak!!
"Adohh!!"
Feli menjitak kepala Roki. "Nih orang banyak dosa perlu diceburin ke laut."
"Sia, jangan dijitak." Glen memperingati.
Roki kira Glen berada dipihaknya. "Harusnya tadi dijedotin ke meja sekalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANANDITASWARA [TERBIT]
Acak"Mau apa kamu?" "Kamu hanya anak pembawa sial, jangan coba-coba cari perhatian di depan saya, karena saya tidak peduli" "APA KAMU BELUM CUKUP MERENGGUT MARISA DARI SAYA?, DAN SEKARANG KAMU MAU MENGOTORI RUMAH INI DENGAN KELAKUANMU" "Gadis licik sep...