"Tara sayang, papa berangkat dulu ya? nanti sekolahnya dianter sama pak Ujang."
"Papa ke luar kota nggak ngajak Tara sih?"
"Papa kan kerja sayang, lagian kamu juga harus sekolah."
"Yaudah, kalo pulang papa harus bawain Tara banyak oleh-oleh."
"Iya, apa sih yang nggak buat anak kesayangan papa."
Tara memeluk Yudha. "Maksih pa." Yudha tersenyum dan mengelus lembut rambut anaknya.
Ara ingin ada di posisi Tara, selalu diperhatikan oleh Yudha, beda denganya yang seperti anak tiri. Beberapa kali Ara menyuarakan haknya, tapi Yudha tidak pernah mendengarnya, Yudha seolah menutu telinganya.
"Pa, Ara juga pengen peluk papa, sebentar aja kok." Ara mencoba untuk memberikan senyum terbaiknya untuk sang papa.
"Dengar Ara! saya hanya peduli dengan Tara! dia kebanggaan saya! lalu apa kemampuanmu yang bisa buat saya bangga? tidak ada!! selain pembunuh, kamu hanya beban keluarga!!"
"Pernah nggak sih? papa mikirin kondisi Ara yang terus-terusan papa caci maki, kalo bisa milih Ara pengen gantiin posisi mama, biar Ara aja dulu yang tertabrak, biar papa gak kehilangan mama. Di sana Ara pasti seneng lihatnya."
"CUKUP! OMONG KOSONG! SAYA BARU BISA TENANG KETIKA KAMU PERGI!!"
"Papa berangkat aja, biar Ara aku yang urus. Dari dulu dia emang bikin kesel orang." Yudha mengagguk, kemudian memasuki mobil yang sudah terparkir di halaman.
"Dahh! hati-hati pa!" Tara melambaikan tangan. Tara menatap sengit Ara.
"What?!" Tara mendapatkan pesan dari grup nyinyir yang memberitakan Bara dan Brian yang dipanggil BK, mereka memang selalu menjadi topik pembicaraan, khususnya dikalangan kaum hawa.
Tara murka ketika video yang dikirim di grup memperlihatkan perkelahian mereka karena Ara, baginya Ara adalah makhluk yang harus dihindari.
"lo ada hubungan apa sama Bara?!"
"kenapa tanya itu?"
"Gue suka sama Bara bitch! cuma gue yang pantes buat dia!! lo udah ngrebut Bara! gara-gara lo, Bara harus masuk BK!! lo pengaruh buruk buat Bara!!"
Kenapa harus bersaing dengan Tara, ketakutan terbesar Ara adalah Bara meninggalkanya. Mamanya telah meninggalkanya, jangan cintanya juga.
"Kamu bukan siapa-siapanya, aku ngerebut dari mananya Tar?"
"Lo Bodoh banget! kalo emang dia cinta lo, ngapain Bara harus nyembuyiin statusnya? ya karena dia malu punya cewek gila kayak lo! sok-sok nyakitin diri nggak jelas! mau cari perhatian gitu?! biar dapet perhatian?! cara lo menjijikan!!"
Ara teringat ucapan Bara yang menganggapnya hanya sebagai pelampiasan kemarahanya. Kenapa harus ada kesamaan antara Bara dan Tara, sama-sama menyakitinya.
"Kamu bisa bilang gitu karena kamu nggak ada di posisi aku Tar, terserah kamu mau bilang apa."
Tara hanya bisa menilai dari sudut pandangnya saja. Tara hanya tau rasanya mendapat kasih sayang dari banyak orang, terutama papa, tapi apakah Tara bisa setegar Ara yang setiap hari batinya selalu di remukan.
Ara mengalah, memikirkan kesakitanya hanya akan membuatnya menjadi gadis lemah. Ia harus segera berangkat sekolah, lebih tepatnya melihat Bara.
***
"Papa sekolahin kamu bukan buat jadi berandalan seperti dia!memalukan!!" Gavin menunjuk wajah Brian.
"Kamu itu anak papa satu-satunya, penerus perusahaan, Belajar! belajar! dan belajar!, kamu harus jadi yang terbaik."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANANDITASWARA [TERBIT]
Acak"Mau apa kamu?" "Kamu hanya anak pembawa sial, jangan coba-coba cari perhatian di depan saya, karena saya tidak peduli" "APA KAMU BELUM CUKUP MERENGGUT MARISA DARI SAYA?, DAN SEKARANG KAMU MAU MENGOTORI RUMAH INI DENGAN KELAKUANMU" "Gadis licik sep...