Diary Bryan (I)

139 27 5
                                    

Bryan, namaku Bryan.Buku baru yang berisi perjalanan selama 10 tahun ke depan di tempat yang membosankan. Hari ini adalah hari yang paling menyebalkan selama 13 tahun aku hidup. Bahkan lebih menyebalkan dibandingkan hukuman orang tuaku. Tinggal di tempat terpencil seperti ini, bukankan akan keren jika aku tetap tinggal di New York. Benar New Zealand tempat dengan pemandangan yang indah dan memanjakan mata, tapi hanya rumput dan pohon yang terus kulihat sepanjang perjalananku dengan mengendarai mobil tua yang juga membosankan ini.
"Lihatlah udaranya sungguh segar di sini, mungkin kau akan betah tinggal dengan nenekmu di sini selagi ayah dan ibu sibuk di New York" ucap ibuku yang mencoba menghiburku.
"Tidak ada gedung tinggi, hanya orang-orang desa yang membosankan! Mungkin aku akan mencoba kabur selagi ayah dan ibu kembali besok"ucapku yang sedang kesal.

Pindah dari New York yang modern ke tempat yang hanya dikelilingi oleh pohon dan gunung, yang benar saja? Lebih baik aku tinggal di asrama daripada tempat membosankan seperti ini. Tidak ada apa-apa disini, tidak ada toko buku, toko roti dan tempat favoriteku yaitu tempat teater. Mungkin hanya butuh 6 jam aku betah tinggal di tempat seperti ini.

Dua jam perjalanan akhirnya sampai di rumah tua tempat wanita tua yang tidak lain adalah nenekku. Yupp selama 10 tahun ke depan aku akan tinggal dengan nenekku. Aku tidak membencinya hanya saja apa yang ia lakukan selama ini yang aku lihat sungguh membosankan. Aku turun dari mobil dan mengambil harta sekaligus jiwaku, yaitu sebuah kanvas dan kuasnya. Dari dulu aku sungguh menyukai lukisan, aku bisa menghabiskan hari-hariku hanya di depan kanvas dan melukis. Satu hal yang membuatku patuh untuk tinggal dengan nenekku di New Zealand ialah aku dapat melukis pemandangan yang indah itu setiap hari. Menurutku tidak ada yang lebih menyenangkan dibanding melukis.

Pukul 16.00 sore hari, ayah dan ibuku langsung pergi kembali ke New York dengan alasan pekerjaannya. Nenekku kembali pada apa yang selalu ia lakukan, yaitu merajut. Lalu bagaimana dengan diriku? Hanya satu yang dapat kulakukan yaitu melukis. Aku keluar untuk mencari view yang bagus untuk lukisanku. Aku terus berjalan dan tak sadar bahwa aku sudah terlalu jauh pergi dari rumah. Seharusnya dari awal aku menandai jalan yang aku lewati. Lihatlah bahkan tidak sampai satu hari aku sudah hilang, apa ku teruskan kabur saja?

Aku mencoba berbalik jalan dan mengingat jalan yang tadi aku lewati. Dari kejauhan tampak bangunan kastil yang Classic, aku merubah langkahku menuju kastil tersebut.
"Ketemu, aku akan melukis kasti itu"ucapku sambil berlari.
Semakin aku mendekati kastil itu, semakin takjub pula akan keindahannya. Kastil tua yang tampak tidak berpenghuni, tetapi sungguh terawat bersih dan rapi. "Brukkk" aku tersandung batu saat berlari. Kemeja putih dan pitaku kotor terkena tanah yang basah. Sambil membersihkan bajuku mataku menelusuri setiap celah dari kastil itu. Mataku melebar tidak percaya dengan apa yang aku lihat.
"Seorang gadis?" Ucapku terkejut.
Gadis yang ada di jendelanya terkejut dengan teriakanku. Kami berdua langsung saling bertatapan. Hanya beberapa detik kami bertatapan ia langsung pergi masuk meninggalkan jendelanya.
"Tu-Tunggu?" Ucapku spontan memhentikan gadis tersebut.
Kakiku terasa ingin mengejar gadis itu, hanya beberapa detik aku melihatnya, melihat matanya yang bening bagai kaca, kulitnya yang putih berseri. Rasanya aku melihat seorang peri di negeri dongeng. "Cantik" hanya kata itu yang terbesit di pikiranku.

"Husstt, apa yang kau lakukan di sana, lari lah sebelum kau dikejar hantu wanita"teriak suara dari belakangku.
"Hantu? Apa yang kau katakan" aku berjalan mengarah ke sumber suara.
Terlihat Seorang bocah laki-laki seumuranku,
"Gabriel, itu namaku" ucapnya sambil menaiki sepeda kecilnya.
"Bryan, namaku Bryan" ucapku membalas.
"Wahh apa yang kau lakukan di sana, apa kau tak tau kasti itu berhantu, kastil itu tempat tinggal seorang bangsawan laki-laki sendiri, tetapi seringkali aku melihat gadis muda ada di dalamnya setiap aku melewati kastil ini"ucapnya dengan serius.
"Sorry, mungkin ia benar seorang gadis asli, mungkin itu putri bangsawan tersebut?" Ucapku menenangkan bocah tersebut.
"Ahhh, kau pasti bukan orang sini ya, mari ku ceritakan, bangsawan tersebut kata orang-orang sekitar tidak punya anak, ditambah bangsawan itu juga sering sekali keluar dan meninggalkan rumahnya tanpa orang sekalipun. Tapi sering sekali ada gadis berkeliaran dan sering terdengar musik piano, sudahlah yang penting kau sudah ku ingatkan, lebih baik kau bermain bersama ku di tempat lain, untuk sekarang aku harus segera kembali, ibuku mencari ku,sampai jumpa" ucapnya sambil bersepeda meninggalkan ku.
"Tu-tunggu bisakah kau mengantarku ke rumahku? Sebenarnya aku tersesat sekarang"ucapku teriak mengejar

Gone For Love || TaeroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang