Sunset (II)

141 26 2
                                    

Matahari mulai terbit, tak pernah ketinggalan, Sunset akan pergi memanjat pohon untuk menyaksikan indahnya Sunrise pagi. Sunset begitu menyukai matahari terbit, hingga ia dapat berjam-jam menunggu di ranting pohon hanya untuk menyaksikan sang surya muncul.
"Hmmm dibanding Sunset bukankan lebih baik namaku adalah Sunrise?"celoteh Sunset sambil menyaksikan matahari terbit.

Biasanya setiap pagi Sunset akan membantu Mrs Betty untuk menyiapkan sarapan, tak lupa Sunset akan membangunkan ayahnya untuk sarapan, tetapi saat ia buka kamar ayahnya, ternyata kamar itu kosong tak ada seorang pun di sana.
"Mrs Betty!" Teriak Sunset cemas
"Apaa.. Kenapa?" MrsBetry ikut panik.
"Ayah dimana..., kenapa ia tidak ada di kamarnya??"
"Oh my God, untung saja jantungku tidak apa-apa, kau membuatku khawatir saja! Ayahmu kemarin pergi ke LA, karena apa panggilan perkerjaannya disana, mungkin ada pameran lukisan?"
"Haaa, kenapa ia tidak memberitahuku, bukankah hanya satu tahun sekali? Lusa kemarin ia sudah pergi ke LA!"
"Sudahlah ayoo sekarang kita sarapan"
Sunset pun mengikuti mrs Betty dengan perasaan kecewa. Saat ia akan menutup pintu kamar ayahnya, matanya tertuju pada sebuah benda berkilau, panjang berwarna Silver dan berkilau, tentu saja itu adalah kunci.
"Haa bukankah itu kunci semua ruangan di rumahh? Kenapa ada di sini? Apa ayah lupa membawanya?bahkan ayah tidak pernah meninggalkan kunci tersebut."
Sunset pun menuju arah kunci itu, saat tangannya bergerak akan meraih kunci tersebut. Tangannya pun terhenti. Ia merasa tidak enak mengambil barang milik ayahnya tanpa seizinnya, ditambah kunci itu hanya ayahnya yang dapat memegangnya. Sunset pun pergi dengan perasaan dilema.

Siang hari seperti biasa Sunset akan membantu Mrs Betty untuk membersihkan rumah. Tentu hal itu tidak bisa dilakukan Mrs Betty seorang diri. Meskipun rumah itu sudah tua, tetapi rumah itu sangat luas, sehingga membersihkannya membutuhkan banyak tenaga.
"Hmmmm... On my pillow...Can't get me tired.... sharing  my fragile truth...," Nyanyian Sunset sambil membersihkan lantai. Terlalu sibuk bernyanyi Sunset tak sadar akan kalungnya yang terjerat pintu ruangan dan mutiara kecil tersebut jatuh dan masuk lubang kecil di bawah pintu.
"No...please apa lagi ini? Kenapa harus masuk ruangan ini..Bagaimana aku bisa mengambilnya sementara kuncinya.." Sunset terhenti. Ia berpikir sejenak untuk memantapkan hatinya.
"Baiklah aku akan memakai kuncinya, lagi pula aku hanya akan mengambil mutiara itu, aku akan menutup mata saat memasukinya dan akan langsung keluar menguncinya dan mengembalikan kunci itu segera tanpa meninggalkan jejak"
Sunset bergegas mengambil kunci yang ada di kamar ayahnya dan langsung membuka pintu ruangan tersebut. "Krekk..." pintu terbuka, sambil menutup mata Sunset meraba-raba lantai untuk mencari mutiaranya. Ia mulai meraba sebagian lantai tak kunjung menemukan mutiara tersebut.
"Aduhhh.."teriak spontan Sunset terkena sayatan kayu.
"Kenapa ada sayatan kayu disi..." perkataan Sunset terhenti ketika ia tidak sadar ia membuka matanya. Matanya menelusuri setiap bagian dalam ruangan tersebut.
"Hanya lukisan-lukisan, mengapa ayah harus menyembunyikannya..."
Sunset berdiri dan melihat semua bagian dari lukisan-lukisan yang indah. Semuanya tampaknya berisi lukisan-Lukisan alam yang indah. Namun hanya satu yang membuat Sunset terkesima, lukisan seorang wanita yang sangat cantik, sungguh lukisan itu membuat Sunset berdebar jantungnya.
"Siapa dia? Mengapa di lukisan tersebut tertulis my sun yang berarti matahariku?apakah ayahku sedang jatuh cinta? Yang pasti itu bukan diriku"

Siapakah gadis tersebut, apakah Bryan sedang mencintai gadis lain?

Gone For Love || TaeroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang