15. SORE DAN JINGGA

245 32 5
                                    

Gadis itu sudah berada dalam pelukan wanita manis berambut panjang yang terkepang ke samping setelah datang tiba-tiba dengan keadaan berantakan.

Isabella, bibi tetangga yang disebutkan (Y/n), segera membawa gadis itu duduk di ruang tamu. Sembari mengelus surai berantakan gadis kesayangannya, ia dengan tenang mendengar semua penjelasan Erein.

Hatinya sakit sekali setelah polisi muda itu selesai menjelaskan semuanya. Tak bisa ia pungkiri bahwa perasaan marah sudah mengisi relung hatinya, tak menyangka bahwa gadis itu akan mengalami hal seburuk itu.

"Jika ibu meminta, saya akan mengurus masalah ini dan akan mencari semua pelakunya sampai dapat." Erein membuka suara setelah lama hanya memperhatikan interaksi kedua perempuan di depannya.

"Kumohon.. Kumohon urus sampai tuntas masalah gadis ini." akhirnya, Isabella membuka mulutnya setelah sekian lama bungkam, menahan lelehan air mata agar tidak jatuh.

"Baiklah saya akan mengurusnya. Saya pamit." Erein pergi tanpa ucapan apapun lagi dari Isabella. Ia paham, wanita itu terpukul melihat keadaan gadis itu. Terlihat dari tatapan matanya, dia seperti ibu yang sangat sendu saat anaknya mendapat hal buruk.

Tak lama setelah polisi muda itu pergi. Seorang pemuda datang memasuki rumah dengan tatapan lelah setelah mengurus sesuatu di perpustakaan sekolah.

"Ibu, aku pulang--" perkataan Ray terhenti saat melihat gadis yang ia cintai terlihat menangis dalam dekapan ibunya.

Dengan cepat dia berjongkok di depan kedua wanita yang sangat ia cintai. Tak bisa menyembunyikan wajah khawatirnya, ia menanyakan penyebab gadisnya menjadi seperti ini.

Setelah mendengar semua yang dijelaskan oleh ibunya. Hatinya terasa teriris-iris. Ia bahkan sempat menyalahkan dirinya sendiri, kenapa ia lebih mementingkan perpustakaan daripada menjaga dan menemani orang yang ia cintai.

Kini, ia menggantikan ibunya untuk memeluk dan menenangkan gadis yang ia cintai sementara ibunya menyiapkan makan malam.

"Ray.. Aku kotor." hati pemuda itu semakin sakit mendengar ucapan (Y/n) setelah sekian lama gadis itu tak mengeluarkan suara apapun selain isakan.

"Tidak, sayang. Kau tetap bersih." Ray mengecup pucuk kepala gadisnya.

"Tapi Ray.. Aku--" ucapan (Y/n) terputus dengan Ray yang membungkam lembut mulutnya.

"sssssttt... Mau bilang apapun aku tidak akan menerima yang kau ucapkan." dengan masih mempertahankan kelembutannya, Ray melepas bungkaman dan mengelus pipi (Y/n).

"Hal buruk yang ada di pikiranmu tidak terpikir sedikitpun olehku. Kau tetap gadisku yang bersih dan cantik," ucapnya menghibur.

"Aku tetap menganggapmu wanita paling cantik sedunia. Tidak ada yang bisa mengalahkanmu," ucap Ray. Ia mencoba semaksimal mungkin menghibur (Y/n). Ia tidak mau gadisnya trauma. Ia tidak suka melihat (Y/n) yang murung dan tidak ceria lagi.

Tawa kecil yang terdengar memilukan terdengar oleh telinga Ray, "Sejak kapan kekasihku menjadi tukang gombal?" gadis itu mendongak. Menatap wajah kekasih yang ia cintai dengan senyum lembut terukir di bibirnya.

"Aku akan menjadi apapun agar kekasihku bahagia." Ray menundukkan wajahnya. Menyentuhkan dahinya yang terhalang oleh poni kemudian dengan lembut mengecup bibir (Y/n).

"Hei! Nanti dimarahi ibumu!" ucap (Y/n) kesal namun masih melirihkan suaranya.

"Ibu tidak akan tahu, ibu sedang sibuk di dapur."

Malam itu. Entah kenapa hati (Y/n) kembali senang dan seakan semua kejadian yang ia alami tak menjadi beban hati lagi baginya. Itu karena Ray. Ia menjadi tenang, sangat menyenangkan mendengar semua kalimat yang Ray ucapkan. Selagi orang yang ia cintai menerima dirinya apa adanya. Tak ada apapun lagi yang ia harapkan dan tak ada apapun lagi yang ia takutkan.

MY PERVERT HUSBAND, NORMAN.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang