16

156 13 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam dan Gula masih setia berada di apartemen Gentala. Sejak pulang sekolah tadi Gula sudah menunggu Gentala, Gula merasa khawatir jika terjadi sesuatu dengan Gentala. Karena Gentala tidak juga kunjung pulang akhirnya Gula memutuskan untuk pulang ke rumah.

Gula kaget saat melihat Gentala hanya berdiri didepan pintu apartemennya dengar seragam yang masih basah karena memang diluar hujan deras. Gula menghembuskan napas pelan, berulangkali Gula meyakinkan dalam hatinya tidak masalah apa yang akan Gentala lakukan padanya yang terpenting ia lega melihat Gentala baik-baik saja.

"Ngapain berdiri, masuk. Ganti baju lo"

Gentala tidak merespon ucapan Gula, ia menarik paksa Gula sampai dikamar mandi apartemennya. Gentala membanting kepala Gula diwastafel dan mengucurkan air tepat diwajah Gula. Gula terengah karena kesulitan bernapas, pelipisnya mengeluarkan darah segar akibat benturan di wastafel.

"Gue pengen hancurin muka lo!" pekik Gentala yang sudah dipenuhi emsoi.

Gula hanya menangis dalam diam menahan semua rasa sakitnya. Gentala semakin menekan wajah Gula seolah kepala Gula hanya sebuah boneka yang bisa diperbaiki.

Gentala menarik rambut Gula dan mendorong tubuh Gula hingga terbentur dinding. "Kenapa harus lo yang punya mata itu!"

Plak!!

"Brengsek!" Gentala memukul dinding tepat disamping Gula. Ia mencekram pipi Gula kuat. Gentala menatap tajam manik mata hazel milik Gula yang sudah basah dengan air mata.

"Gue pastiin lo nggak akan pernah lepas dari gue La!"

Gentala menepis kasar wajah Gula dan pergi meninggalkan Gula dari apartemennya. Badan Gula meluruh, dipeluk kedua kakinya dan dengan perlahan badannya mundur hingga meringkuk dibawah wastafel. Gula tenggelamkan wajahnya diantara lipatan tangannya.

"Kak Arka" lirih Gula.

Gula menangis menumpahkan segala lelahnya disana. Tangis yang hanya mampu didengar olehnya. Tangis yang entah kapan akan berakhir. Gula sadar dirinya sangatlah bodoh dan munafik memilih untuk tetap mebiarkan segala rasa sakitnya dan berharap suatu hari nanti Gentala akan berubah.

Tanpa Gula tahu seseorang sudah berdiri dibalik pintu kamar Gentala. Sesaat lalu setelah kepergian Gentala seseorang itu datang diapartemen Gentala, melihat pintu apartemen Gentala yang tidak tertutup rapat ia langsung masuk memastikan jika tidak terjadi sesuatu yang buruk didalam apartemen itu. Tetapi orang itu mendapati suara tangis yang samar-samar terdengar dan menghentikan langkahnya tidak ingin kedatangannya diketahui Gula.

Orang itu mengepalkan kedua tangannya dan tersenyum kecut. "Lo terlalu kuat atau terlalu bodoh La?"

=====

Gentala memarkirkan mobilnya disebuah bangunan dua lantai. Bangunan itu merupakan sebuah kos bebas yang terbilang cukup bagus. Gentala berjalan menuju salah satu kamar yang sebelumnya pernah ia kunjungi. Belum sempat Gentala mengetuk pintu, seseorang dari dalam kamar sudah lebih dulu membukanya, ia tersenyum lebar menyambut kedatangan Gentala.

"Gue tau lo pasti dateng"

"Lo emang pandai ngasih hadiah Ca"

Gentala langsung menarik tubuh Carisa dan membawanya masuk kedalam kamar kos Carisa. Carisa sudah sangat pasrah saat Gentala sudah mendorongnya dikasur dan mulai menciumi bibir dan badannya. Tubuh mungil Carisa memang sangat sexy dan menggoda Gentala tidak mungkin menyianyiakannya begitu saja. Gentala mulai melepaskan satu persatu pakaian Carisa dan gadis itu sama sekali tidak ada penolakan jusrtu menikmati setiap ciuman dari Gentala. Setelah itu hanya ada suara keenakan yang keluar dari mulut Carisa.

TOXIC GENTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang