21

173 11 0
                                    

"GULA!!" pekik Karina panik.

Tanpa berfikir panjang reflek Karina langsung berlari kearah Gula dan mendorong Gula. Seketika keduanya terpental ke pinggir jalan sebelum mobil itu benar-benar menabrak keduanya.

=====

Tirai ruang IGD terbuka pelan. Lelaki dengan wajah manis tersenyum kearah Gula dan Karina yang tengah mengobrol.

"Kalian udah baikan?" tanya lelaki itu saat melihat wajah Gula dan Karina tidak sepucat saat ia membawa keduanya ke Rumah Sakit.

Gula dan Karina mengangguk kompak. "Makasih ya Gas udah nolongin kita dan maaf jadi ngrepotin karena harus bawa kita kesini" ujar Gula.

Lelaki yang diketahui bernama Bagas itu tersenyum sekali lagi. "Nggak apa-apa, namanya manusia memang harus saling tolong menolong bukan?"

Gula dan Karina hanya tersenyum menanggapi ucapan Bagas. Mereka beruntung karena bertemu orang baik seperti Bagas. Beberapa saat lalu saat saat Gula dan Karina terjatuh karena hampir tertabrak mobil kebetulan Bagas juga sedang keluar dari mini market itu dan dengan cepat Bagas menolong mereka. Awalnya Gula dan Karina menolak dibawa ke IGD tapi karena kaki Karina tiba-tiba sakit digerakkan dan Gula juga mendapatkan luka lecet-lecet di tangannya akhirnya Bagas memaksa mereka untuk ke Rumah Sakit.

"Oh iya semua urusan Rumah Sakit udah selesai, mau gue anter pulang sekarang?" tawar Bagas. Sejak tadi Bagas memang berniat untuk sekalian mengantar keduanya pulang, ia tidak tega meninggalkan kedua gadis itu.

"Lo nganter Karina aja Gas, gue udah ada yang jemput kok" jawab Gula. Memang Gula sudah menghubungi Gentala untuk menjemputnya di Rumah Sakit.

Karina melirik Gula yang duduk disampingnya, ia kaget karena tiba-tiba memberikan keputusan sepihak tanpa memberitahunya. Pasalnya tadi Gula mengatakan setuju untuk sekalian diantar Bagas saat lelaki itu menawarkan tumpangan.

"Ng-nggak usah, gue juga pulang sendiri aja nanti gue cari taxi didepan. Lagian gue juga harus ambil motor" serobot Karina.

Karina meremas tangan Gula yang sedang menahan tawa melihat Karina yang tiba-tiba salah tingkah. Karina melirik sinis kearah Gula. Karina tidak tahu jika Gula akan mengerjainya dengan membiarkan ia pulang berdua dengan Bagas. Bukan Karina tidak suka tetapi ia masih benar-benar malu karena tadi saat Karina memuji Bagas secara frontal mengatakan Bagas itu manis seperti permen kiss lelaki itu mendengarnya dan justru merespon akan membelikan Karina permen kiss sebanyak-banyaknya. Tentu saja Karina langsung malu tujuh turunan.

"Nggak apa-apa, gue anter sekalian aja. Lagian lo mau kaki lo makin sakit karena cari taxi?"

Karina melihat kakinya yang terbalut tensocrap. Dokter bilang ia hanya terkilir tapi ia tetap harus banyak mengistirahatkan kakinya selama dua tiga hari jika tidak ingin semakin sakit dan bengkak.

"Nggak ngrepotin?" tanya Karina ragu, ia tidak mau semakin merepotkan Bagas padahal bukan lelaki itu yang mencelakai mereka.

"Santai Kar, gue nggak ngerasa direpotin kok" Bagas tersenyum manis kearah Karina yang mampu membuat Karina mengangguk dengan sedikit salah tingkah.

=====

Setelah sepakat untuk Karina pulang bersama Bagas, Gula memilih untuk menunggu jemputannya diruang tunggu yang tidak begitu jauh dari IGD.

"La, lo nggak apa-apa kita tinggal?"

"Nggak apa-apa Kar, lo duluan aja sama Bagas"

Karina mengangguk pelan dan keduanya berpamitan lebih dulu. Bagas kemudian mendorong kursi roda Karina sampai parkiran mobil. Tidak begitu lama dari Karina dan Bagas pergi, Gentala datang dengan tatapan tajam.

"Lama banget sih, sampai kumisan gue nungguin lo!" gerutu Gula, padahal Gentala tidak terlalu lama juga datangnya.

Gentala tidak menanggapi ucapan Gula, ia menarik tangan Gula yang luka. "Aww sakit Gentala!" pekik Gula.

"Udah gue bilang kalo naik motor sama gue aja nggak usah sama temen lo!"

Gula menaikkan satu alisnya. "Khawatir?"

"Nggak!" Gentala menepis tangan Gula.

"Enggak tapi ngomel-ngomel"

"Gue nggak mau aja sampai mami tau dan jual organ-organ gue!" Gentala tentu masih ingat dengan ancaman Rania jika sampai Gula kenapa-kenapa. Padahal tidak tahu saja jika Gula memang sering terluka karena ulah Gentala.

Gula merotasikan matanya malas lalu berjalan lebih dulu meninggalkan Gentala. Baru dua langkah Gula berjalan, Gentala menahan lengan Gula. "Selain tangan lo, pantat lo juga luka?"

Gula mengerutkan keningnya bingung. "Maksut lo?"

"Pantat lo bocor" ucap Gentala santai.

Gula membulatkan matanya dan buru-buru melihat kebelakang. Benar saja celana putihnya sudah ada bercak kemerahan. Gula benar-benar lupa jika ini tanggal-tanggal ia kedatangan tamu bulanan.

"Gentala gimana dong, gue nggak bawa pembalut" panik Gula dan langsung berbalik membelakangi Gentala. Menarik Gentala untuk menutupi bagian belakangnya.

"Gentala beliin gue pembalut sama celana" rengek Gula.

"Ogah! Beli aja sendiri!" tolak Gentala.

"Gentala beliin! Ini gue nggak bisa pulang kalo kayak gini!"

"Yaudah tidur aja lo disini"

"Gentala!" kesal Gula. Tetapi sesaat tiba-tiba Gula menemukan ide bagus. Gula menarik Gentala untuk berjalan dibelakangnya.

"Lo ngapain sih La, ribet banget!" protes Gentala yang ditarik-tarik tangannya.

"Siapa suruh nggak mau beliin gue pembalut sama celana. Jadi lo harus jalan dibelakang gue, tutupin pantat gue!" Gula mulai berjalan dengan memegangi tangan Gentala agar tetap dibelakangnya.

Baru beberapa langkah Gentala langsung menghembuskan napas kasar. Dicengkramnya lengan Gula lalu menggendongnya ala bridal style.

"Gentala lo ngapain? Turunin gue!" pekik Gula kaget karena tiba-tiba Gentala menggendongnya.

"Diem atau gue tinggal!" ancam Gentala.

Gula melihat kearah kanan kirinya dan sudah banyak pasang mata yang memperhatikan mereka dengan tatapan aneh. Sebenarnya Gula bukan orang yang peduli dengan pandangan orang tetapi karena ini benar-benar ditempat umum Gula merasa risih. Gula menghembuskan napas kesal lalu menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Gentala. Berbeda dengan Gula yang sudah ingin segera sampai parkiran Gentala justru terlihat berjalan santai dan tidak memperdulikan sekitarnya.

"Gentala bisa cepet nggak sih jalannya, gue risih dilihatin!" protes Gula. Gentala hanya mengedikkan bahunya acuh.

"La, nanti di mobil lo harus beridiri. Gue nggak mau mobil gue kotor gara-gara darah lo" ujar Gentala tiba-tiba.

Gula mendongak menatap Gentala. "Nggak! Masa gue berdiri. Terus apa gunanya gue nyuruh lo jemput" protes Gula.

"Salah lo sendiri kenapa bocor"

"Gue kan nggak tau Gentala, kalo mau keluar sore ini"

"Emang nggak bisa lo suruh keluar nanti?"

"Lo pikir keran air!" sewot Gula dan disambut kekehan Gentala.

Dari arah yang tidak jauh Bagas melihat Gula dan Gentala. Matanya menatap tajam keduanya. Sesaat lalu setelah membantu Karina duduk di mobil, Bagas berniat mengembalikan kursi roda milik Rumah Sakit. Dan tepat saat Bagas hendak kembali ke parkiran ia tidak sengaja melihat Gentala dan Gula. Bagas tersenyum kecut melihatnya.

"Jadi ini yang buat lo mau bunuh mereka"

=====










Bagas muncul disaat yang tepat

Jangan lupa vote

TOXIC GENTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang