29

177 8 0
                                    

Bugh!!

Bugh!!

Bugh!!

Seakan belum puas melihat orang didepannya yang sudah sekarat, bahkan menggerakkan jarinya saja sudah sulit tetapi Gentala masih terus menghujaninya dengan injakan, membuat orang itu muntah darah berulangkali. Terakhir tanpa ampun Gentala menginjak kepala orang itu hingga menimbulkan bunyi retakan.

Disudut ruangan seorang perempuan tidak berhenti menangis melihat pemandangan didepan matanya. Perempuan itu semakin ketakutan ketika Gentala berjalan menghampirinya. Mulutnya yang ditutup kain dengan tangan dan kaki terikat membuat perempuan itu tidak bisa berteriak atau bahkan melarikan diri.

Gentala berjongkok didepan perempuan itu dan mengusap lembut air mata yang terus mengalir dari pelupuk mata perempuan itu dengan pisau lipat yang sudah penuh darah. "Jangan takut Ca, gue nggak akan bikin lo kayak dia"

Bukan ketenangan yang Carisa dapatkan tapi justru ketakutan yang semakin menjadi-jadi, apalagi melihat senyum Gentala yang seperti pembunuh siap menghabisinya. Carisa menggeleng kuat dan terus bergumam. Gentala membuka kain yang menutup mulut Carisa untuk mendengar apa yang Carisa ingin ucapkan.

"Gue mohon maafin gue. Lepasin gue" lirih Carisa ditengah ketakutannya.

Gentala tertawa mendengar permohonan Carisa, seolah itu adalah permohonan yang lucu. "Apa lo bilang? Lepas?"

Gentala mencekram kuat rambut Carisa dan menariknya kuat hingga membuat kepala perempuan itu mendongak keatas. "Lo lupa, gue pernah kasih lo kesempatan buat pergi. Tapi lo justru milih buat bunuh diri ditangan gue!" Gentala meletakkan ujung pisau lipatnya di ujung mata Carisa dan menggerakkannya pelan hingga membentuk goresan sampai dagu. Setelah puas dengan lukisan singkatnya Gentala tersenyum dan menepis kasar kepala Carisa hingga perempuan itu terbentur tembok disampingnya.

Gentala berdiri dan menginjak kuat perut Carisa tidak peduli Carisa yang sudah menjerit kesakitan. "Jangan khawatir Ca, gue bakal bikin lo mati tanpa ngerasain sakit!"

Gentala tersenyum kecut melihat Carisa. Setelah puas melihat raut kesakitan dan ketakutan Carisa, Gentala berbalik menghampiri Elenio yang sejak tadi berdiri bersandar didekat pintu dengan tangan bersidekap memperhatikan apapun yang dilakukan Gentala.

Sejak kejadian sore itu, Elenio langsung membereskan anak-anak Galaxi. Lelaki itu membuat Bagas dan teman-temannya setidaknya harus dirawat dua minggu di rumah sakit, tetapi Elenio membiarkan satu orang yang sudah memukul Gula selamat, karena tahu Gentala sendiri yang akan menghabisinya jadi Elenio lebih memilih menyeret orang itu ke markas pribadinya, sekaligus menyeret Carisa yang berusaha kabur ke luar kota malam itu.

Gentala melipat piasu lipatnya dan memasukkannya di hoodie hitamnya. Dengan kedua tangannya yang masih di dalam saku hoodie Gentala menatap Elenio didepannya. "Lo tau kan El gimana repotnya berurusan sama polisi?"

Elenio menyunggingkan senyumnya dan mengangguk pelan. Elenio paham apa yang dimaksut Gentala. "Buat semuanya seperti kecelakaan" lanjut Gentala sebelum melangkah keluar dari ruangan itu.

"Apa cewek lo baik-baik aja"

Gentala menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Elenio dengan menaikkan satu alisnya. "Lo masih inget batas kan El?"

TOXIC GENTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang