28

173 8 0
                                    

Gerimis masih terus mengguyur wajah cantik itu. Dengan napas yang tersengal dan pandangan mata yang mulai kabur, samar terdengar suara berteriak histeris menyebutkan sebuah nama. Gadis kecil itu kembali memandangi badan jalan dimana sudah ada beberapa orang yang menangis histeris disana. Air mata kembali jatuh perlahan dari ujung mata lentiknya.

"Maaf" gumamnya sangat pelan hampir tidak ada suara yang keluar.

Dengan air mata yang masih menetes, gadis kecil itu tersenyum samar dan perlahan ia menutup matanya.

Raut ketakutan tampak tercetak jelas diwajah cantik seorang gadis kecil. Satu tetes air mata keluar dari ujung matanya. Gadis itu terus bergumam lirih hingga beberapa saat akhirnya mata lentik itu sedikit terbuka. Cahaya lampu ruangan langsung menyorot mata hazelnya. Suara-suara alat pendeteksi terdengar jelas ditelinganya dan bau khas obat begitu menyengat penciumannya.

Tidak lama dari gadis itu membuka matanya, ia harus kembali menutup matanya. Ia merasa seperti ada batu besar yang menghantamnya. Tidak begitu lama kericuhan mulai terdengar, gadis kecil itu merasa ada beberapa orang yang terdengar panik mulai mendekatinya. Bunyi alat semakin nyaring terdengar di indra pendengarannya.

Dalam kegelapan yang mulai menghampirinya gadis kecil itu masih bisa mendengar samar suara anak kecil lain menangis. Gadis kecil itu ingin sekali melihat siapa orang yang menangis, tetapi tidak bisa ia bahkan sudah tidak sanggup untuk membuka matanya kembali. Sekarang gadis kecil itu hanya ingin terus tertidur. Dalam kegelapan gadis kecil itu terus memohon, memohon agar suara tangis itu berhenti.

=====

Beberapa kali Gula mengerejapkan matanya menyesuaikan cahaya lampu diruangan itu. Gula meringis menahan pusing di kepalanya. Perlahan ia berusaha bangun tapi gerakannya terhenti saat ia merasakan ada benda dibawah telapak tangannya. Lollipop. Gula mengrenyit samar melihat lollipop rasa strawberry ditangannya.

"Woe Gula udah bangun!"

Teriakan Jazli mampu membuyarkan lamunan Gula. Gula kembali menyembunyikan lolipop dibawah selimutnya dan berusaha untuk bangun. Jazli yang melihat itu langsung berlari membantu Gula bangun.

Plak!!

"Anjing! Sakit bangsat!" teriak Jazli saat kepalanya dipukul dari belakang. Melihat pelakunya Jazli hanya tersenyum nyengir dan mundur membiarkan Gentala berada didekat Gula.

"Pegang dikit doang Gen"

Gentala menghapus bekas tangan Jazli di lengan Gula. "Najis, kena kotoran"

Jazli mengelus pelan dadanya sabar, seolah ia orang yang paling tersakiti. "Tega bener lo bos nyamain gue sama Dava. Gue kan nggak penuh dosa kayak raja buaya"

Madava melirik sinis kearah Jazli yang mulai mendekat kearahnya. "Jauh-jauh lo, jijik!"

Gentala mencekram pipi Gula pelan dan menggerakkannya kekanan dan kekiri seperti mengecek sesuatu.

"Gentala lo ngapain!" protes Gula berusaha melepaskan tangan Gentala dari pipinya. Kepalanya sangat berat, rasa pusing begitu mendominasi tetapi Gentala justru tidak menghiraukan rasa sakitnya.

"Ini berapa?" bukannya menjawab Gentala justru bertanya sambil mengacungkan dua jarinya.

Bukan hanya Gula yang mengrenyit aneh melihat Gentala tetapi juga teman-temannya.

TOXIC GENTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang