Reason to live

1.5K 86 7
                                    


Andai saja ada kata latihan dalam hal cinta
Akankah kita berbeda?
Waktu ataupun tempat dimana aku menemuimu
Jika semuanya berbeda, apakah kita akan dipersatukan?
Kau, mengapa begini, dalam masa-masaku yang tak dewasa itu

(Lim jae hyun - If there was practice in love)

---

"Sudah kukatakan jangan membantahku!". Gertakan keras suara seseorang terdengar menggema disebuah ruangan yang berukuran sangat luas. Kedua matanya menatap nyalang pada seseorang yang lebih kecil darinya.

"Leo,aku hanya-".

"Hanya apa?!!". Sentak Leo kasar. Membuat pria yang merenggut takut dihadapan laki-laki itu terlonjak kaget. "Apa kau berniat untuk berselingkuh dariku?. Iya?!".

Fiat menggelengkan kepalanya cepat. "Tidak. Tidak Leo. Tidak sama sekali". Elak Fiat berulang. "Tidak seperti itu".

Leo berdecih. Dia mencengkeram wajah kecil Fiat dengan jemari tangannya. "Kau memang brengsek!!". Maki Leo kasar. Dia dorong tubuh Fiat kuat hingga membentur tembok dibelakang pria itu. Dia abaikan ringis kesakitan dari Fiat,karena membentur tembok tersebut keras. Bahkan kini laki-laki bertubuh jangkung itu menyimpan telapak tangannya pada batang leher Fiat. "Aku benar-benar akan membunuhmu kali ini". Desisnya.

Fiat menangis. Dia menatap Leo dengan tatapan penuh permohonan. Sungguh dirinya sangat takut pada Leo. Dia sangat takut pada kekasihnya tersebut. "Tidak Leo. Tidak. Percaya padaku".

Leo seakan tuli. Dia mengeratkan jemarinya pada leher Fiat. Menekan bagn itu kuat,hingga membuat Fiat kesulitan bernafas. Wajah pria tersebut sepenuhnya telah memerah karena stok udara untuknya bernafas telah habis. Kedua tangannya mencoba untuk melepaskan cekikan tangan Leo pada leher miliknya. Samar dalam penglihatannya,dia melihat wajah Leo yang kini diselimuti oleh amarah. Laki-laki yang selama enam bulan ini menjadi kekasihnya itu,tampak sangat bernafsu untuk mencekik lehernya. Hingga diujung kesadarannya,Leo melepaskan cekikan tangannya. Membiarkan tubuh lemah Fiat terjatuh keatas lantai. Fiat terbatuk dengan nafas yang tidak beraturan. Pria itu ribut meraup udara untuknya bernafas. Tanpa sadar tubuhnya beringsut mundur,melesak kearah tembok saat melihat Leo merendahkan tubuhnya dan berjongkok tepat didepan wajahnya yang masih tergolek lemah diatas lantai.

"Fiat,maaf aku tidak bermaksud-".

Leo tidak melanjutkan ucapannya yang sarat akan rasa bersalah. Dia memegang kedua pundak Fiat,dan membantu pria itu untuk duduk bersandar pada tembok dibelakangnya.

"Maafkan aku". Sesal Leo. Dia menangkup wajah Fiat dengan kedua tangannya. Mengarahkan wajah pria itu untuk melihat wajah miliknya. Namun tetap saja Fiat menolak untuk melihat kearahnya. Pria itu masih bersikeras untuk menunduk dengan isak tangis yang mulai terdengar.

Hatinya tercubit sakit melihat Fiat lagi-lagi menangis karena dirinya. Terlebih dadaya teremas sesak saat kekasih yang dicintainya tersebut menolakuntuk menatapnya. Dia telah membuat Fiat takut padanya untuk kesekian kali.

Leo mendekatkan wajahnya kearah wajah Fiat. Dia merunduk untuk melihat kedua mata Fiat. Jemari tangannya menghapus air mata yang membasahi wajah pria itu lembut. "Kumohon maafkan aku". Mohon Leo. Dia menarik tubuh Fiat dan membawanya masuk kedalam pelukan milik laki-laki tersebut. Mengucapkan kata maaf berulang kali yang dibalas tangisan yang lebih keras oleh Fiat.

Leo sangat mencintai Fiat. Itulah kenyataannya. Fiat dalah hidup kedua setelah kehidupan dirinya yang hancur. Hanya Fiat yang dijadikan alasan untuknya bisa bernafas sampai detik ini. Kehilangan Fiat sama saja Leo kehilangan nafasnya untuk hidup. Sungguh dia sangat mencintai Fiat. Teramat sangat mencintai pria berwajah cantik tersebut.

Tumbuh didalam keluarga yang selalu menuntut kesempurnaan,membuat Leo sesak. Segala apapun haruslah sesuai keinginan kedua orang tuanya. Tidak pernah Leo diberikan pilihan untuk memilih. Hidupnya telah diatur sejak kehadiran laki-laki itu didunia. Bahkan setiap langkah dari kedua kaki miliknya telah diukur dan diarahkan pada setiap tempat yang mereka kehendaki. Membuat Leo tumbuh menjadi sosok yang dingin dan tidak tersentuh. Tidak ada seorangpun yang bisa mendekati laki-laki tersebut. Termasuk kedua orang tuanya sekalipun. Leo terlalu banyak menelan kekecewaan tentang sikap kedua orang tuanya. Tidak pernah dia merasakan kasih sayang yang seharusnya mereka berikan padanya sejak dirinya kecil. Dia selalu dituntut melakukan kewajiban sebagai seorang anak untuk berbakti,tanpa diberikan hak untuk merasakan kasih sayang.

Sampai hari dimana kedua orang tuanya bertengkar hebat dan memutuskan untuk bercerai. Leo dengan tangisan khas anak kecilnya memohon bahkan bersujud dibawah kaki ayah dan ibu kandungnya untuk tidak berpisah. Namun,hanya sentakan yang dia dapat disertai tarikan tangan ayahnya yang menyuruhnya untuk bangkit,dan menariknya paksa mengikuti langkah lebar kakinya. Leo dipaksa untuk ikut dan hiduo bersama kepala keluarga Thutanukul itu. Mengabaikan rengekan anaknya yang ribut memanggil wanita dengan sebutan ibu berulang kali. Dunia Leo telah runtuh sejak itu. Dia tidak memiliki dunia lagi.

"Ah,maafkan aku. Aku tidak sengaja". Ucap seorang pria membungkukkan badannya sebagai permintaan maaf,karena telah menabrak seseorang didepannya. Pria itu terlalu asik dengan ponsel yang ada ditangannya hingga tidak memperhatikan jalan.

Tidak ada jawaban atas permintaan maaf pria tersebut. Membuatnya mengangkat wajah miliknya untuk melihat kearah orang yang tidak sengaja dia tabrak. Kedua matanya membelalak lebar saat melihat sosok yang sering dibicarakan oleh teman-teman satu jurusan diuniversitas tempatnya belajar. Leo. Sosok dingin Leo telah menjadi rahasia umum. Leo dengan wajah tampan dan tubuh yang sempurna miliknya sudah dijadikan simbol seorang laki-laki idaman. Terlahir dari keluarga kaya raya dengan limpahan harta yang tidak ada habisnya,menjadi nilai plus kekaguman semua orang terhadap Leo.

"Sekali lagi maafkan aku". Ucapnya membungkukkan badannya sekali lagi,sebelum menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal dan tersenyum lebar menampilkan barisan giginya yang putih dan bersih. Dia merasa canggung karena untuk kedua kalinya permintaan maaf yang dia ucapkan tidak digubris oleh laki-laki yang sama. Leo.

"Siapa namamu?".

"Eh,a-apa?". Kaget. Jelas saja. Pria itu tidak menyangka Leo akan menanyakan namanya. Yang dia dengar,bahkan laki-laki itu tidak memperdulikan orang-orang disekitarnya. Dan sekarang Leo tengah menunggu dirinya menyebutkan nama.

"Fiat. Namaku Fiat". Sebut pria tersebut riang. Dia ulurkan telapak tangannya kearah Leo. Bermaksud untuk mengenalkan dirinya. Namun dia harus menarik uluran tangan miliknya lagi,saat Leo sama sekali tidak menyambutnya. Membuat Fiat tersenyum canggung dan mengalihkan wajahnya kearah lain.

Langkah kaki yang terdengar menyadarkan Fiat,jika ternyata Leo telah berbalik dan berjalan meninggalkan dirinya. Kedua matanya menangkap punggung Leo dari belakang. "Senang berkenalan denganmu". Gumam Fiat pada dirinya sendiri.

Awal pertemuan keduanya menjadi titik awal yang baru untuk kehidupan Leo. Dia tidak menyangka masih bisa bertemu dengan orang yang dengan mudahnya memamerkan cengiran begitu lebar pada orang lain. Membuat hati miliknya terusik dan mendesak dirinya untuk menanyakan nama pria tersebut.

Fiat. Nama yang menjadi sumber kehidupan baru Leo. Memenjarakan Leo pada rasa cinta yang selalu membuat dirinya takut.

---

Jika aku meminta untuk kembali lagi ke masa-masa itu
Apakah itu terdengar gila?
Apakah aku terdengar tak waras?
Aku bisa menjadi lebih baik lagi dan tak akan membuatmu menangis

(Lim jae hyun - If there was practice in love)

-tbc-



Afraid of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang