Fiat terpaksa mengikuti langkah kaki Leo yang memaksa dirinya untuk masuk kedalam salah satu tempat makan termewah di Bangkok. Sejujurnya dia sudah menolak,bahkan meronta disetiap tarikan tangan yang dibuat oleh Leo,namun kekuatan laki-laki itu tiada banding. Terlebih raut wajah yang ditunjukkan oleh laki-laki tersebut jauh dari kata biasa saja. Penuh amarah dengan tatapan dinginnya yang menusuk.
"Leo,tanganku sungguh sakit". Ringis Fiat,yang berhasil menghentikkan langkah lebar milik kekasihnya itu. Meski berulang kali dirinya menolak status tersebut,tapi tetap saja Fiat selalu terjebak dalam hubungan yang sama.
Leo berbalik untuk melihat kearah Fiat yang tertunduk seraya menarik tangannya dari genggaman tangan laki-laki itu. "Apapun yang terjadi,kau harus tetap bersamaku. Berada disampingku,dan jangan pernah berfikir untuk pergi meninggalkanku". Ucap Leo dalam satu tarikan nafas.
Fiat lantas mengangkat wajahnya. Dia layangkan tatapan bingungnya pada Leo yang entah kenapa,namun laki-laki tersebut terlihat gelisah. Bahkan Fiat bisa melihat linangan air mata dipelupuk kedua matanya.
"Leo kau-".
"Berjanjilah padaku". Potong Leo. Dia raih kedua telapak tangan Fiat dan menggenggamnya erat.
"Leo-"
"Berjanjilah!!!". Sentak Leo kasar dengan suara yang terlampau keras. Fiat terlonjak kaget. Bukan hanya pria itu,melainkan beberapa orang yang menjadi tamu ditempat tersebutpun mengalami hal yang sama,ketika mendengar sentakan Leo pada Fiat.
Fiat mengangguk terpatah. "A-ku ber-janji". Jawabnya ragu.
Rasa panik dan takut yang terus mendera dirinya perlahan sedikit berkurang,setelah mendengar jawaban Fiat. "Terima kasih. Aku sangat mencintaimu". Ucap Leo kini lembut,namun tidak bisa menghilangkan kekhawatiran yang terselip pada untaian kalimatnya. Ditariknya tubuh kecil Fiat masuk kedalam pelukan Leo. "Aku sangat mencintaimu".
Leo tahu jika ayahnyalah yang menjadi dalang hancurnya toko roti milik Fiat. Bahkan secara terang-terangan laki-laki itu menunjukkan taringnya pada Leo saat ini. Sang penguasa penerbangan tersebut,nyatanya tidak berlaku tenang dalam permainan mereka berdua kali ini. Terlebih ketika ayah kandungnya itu meminta dirinya untuk membawa Fiat makan malam bersama. Ketakutan yang dirasakan oleh Leo semakin besar,dirinya takut jika ayahnya dengan mudah memanipulasi fikiran Fiat hingga pria itu mau meninggalkan dirinya. Fiat terlalu naif dan bodoh hanya untuk kepentingan orang lain. Dia hanya harus memastikan semua organnya berjalan baik saat ini. Hingga Leo bisa mendengar,melihat bahkan membalas setiap perkataan ayahnya dengan sangat baik. Semua demi Fiat. Apapun akan dia lawan,termasuk ayahnya.
.
.
."Akhirnya kalian tiba". Seru seseorang dengan suara berat khasnya.
Fiat mengangkat wajahnya yang tertunduk,ketika mendengar suara yang tak asing ditelinganya. Suara itu mengingatkan dirinya pada seorang laki-laki paru baya yang pernah mengunjungi toko miliknya beberapa waktu lalu.
"Pa-man?". Tanya Fiat memastikan. Kedua matanya semakin melebar dengan rasa terkejutnya yang tidak bisa dia sembunyikan. "Le-leo dia-".
"Ayahku". Singkat Leo seakan mengerti keterkejutan Fiat. Genggaman tangannya pada jemari Fiat semakin mengerat,seiring dengan mendekatnya langkah kaki James kearah mereka.
Fiat terhenyak tak percaya. Orang yang dia panggil paman itu,ternyata adalah ayah kandung Leo. Seharusnya dia bisa langsung menebak hal itu dari postur tubuh keduanya yang terlihat mirip. Bahkan meskipun James sudah tidak muda lagi,namun tidak bisa menghilangkan ketampanan wajahnya yang lagi-lagi tercetak jelas pada wajah Leo. Mereka berdua sama persis. Hanya perbedaan umur saja,yang menegaskan status keduanya sebagai ayah dan anak.
James merundukkan badannya sedikit demi untuk melihat wajah Fiat yang berdiri dibelakang tubuh Leo. "Kita bertemu lagi. Fiat".
Leo menggeser tubuhnya hingga semakin menutupi Fiat dari pandangan James. Tanpa berkata apapun,dia lalu menarik tangan Fiat kearah meja berbentuk bulat dengan tiga kursi yang mengelilingi meja tersebut.
James menyeringai mendapati tingkah Leo yang menurutnya sangat kekanakkan. Dia lalu menoleh kearah Fiat dan Leo yang telah duduk diatas kursi dengan makanan diatas meja yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
"Menarik". Seringai James. Laki-laki itupun berjalan kearah meja yang sama,dan duduk diatas kursi yang kosong.
---
Apa kau mengabaikanku?
Aku berada tepat di sampingmu
Aku mencoba berteriak sekuat tenaga
Namun ini hanyalah suara hatiku(Heize - Can you see my heart)
---
"Ada apa ini?". Gumam Punn tidak mengerti. Pasalnya beberapa pelayan terlihat sibuk membereskan salah satu kamar dimansion Thutanukul yang telah lama kosong. Dan setahu dirinya,kamar tersebut adalah kamar yang memiliki larangan untuk dimasuki oleh siapapun. Bahkan oleh dirinya dan Leo sekalipun.
"Hei,berhenti!". Seru Punn kepada salah seorang pelayan wanita.
"Ya,Nona".
"Apa yang terjadi?. Kenapa kalian terlihat sibuk?".
Tundukkan kepala pelayan wanita itu tunjukkan sebelum akhirnya menjawab. "Tuan besar memerintahkan kami untuk membersihkan kamar kosong itu secepatnya". Jawab pelayan tersebut tidak menjawab semua rasa penasaran yang masih bergelayut didalam kepala wanita itu.
"Untuk siapa?". Tanya Punn lagi. Berusaha mengorek informasi yang sekiranya bisa dia dapatkan dari pelayan wanita didepannya saat ini.
"Maaf Nona,saya tidak tahu".
Aneh. Sungguh aneh. Sebenarnya kamar itu untuk siapa?. Tidak mungkin ayah mertuanya membiarkan seseorang untuk menempati kamar tersebut tanpa memiliki hubungan spesial dengannya. Apa ayah mertuanya itu sudah memiliki kekasih?. Atau akan menikah lagi?. Memang harus dirinya akui,jika James Thutanukul adalah sosok menawan ditengah usianya yang tak lagi muda. Banyak wanita yang mengharapkan cinta dari laki-laki itu. Tapi ini sungguh sangat aneh,James adalah tipe orang yang tidak mudah luluh begitu saja oleh orang lain. Dirinya harus mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya,karena ini menyangkut dengan kehidupannya dimansion mewah tersebut.
---
Suatu hari nanti aku harus kembali
Ke tempat dimana aku harus melangkah sendirian
Ini sangat menyedihkan(Heize - Can you see my heart)
-tbc-