3. Dia Hanya Sekedar Masalalu

2.9K 157 3
                                    

"Karena aku orang pertama yang telah mencoba Istrimu Kak"

"APA MAKSUDMU!!"geram Jefran mencengkram baju Genta, sedangkan yang dicengkram justru tersenyum mengejek.

"Dia tidak bilang kalau dia sudah tidak perawan? Haruskahku ceritakan pengalaman pertama kami saat---"

BUGH...
BUGH....
BUGH....

"BERENGSEK!!"

Jefran membabi buta memukuli Genta. Pekerja yang tak sengaja melihat pertengkaran mereka saat akan meminta tuan mudanya turun untuk sarapan menjerit saat melihat anak tiri majikannya memukuli tuan mudanya tanpa ampun.

Pekerja itu berlari ke bawah untuk mengadukan apa yang dia lihat pada tuan besarnya yang sudah ada dimeja makan.

Ayah Genta langsung menaiki tangga menuju kamar sang anak begitu mendapat mengaduan dari pembantunya.

"JEFRAN CUKUP!!" teriaknya sambil melerai anak tirinya yang terus memukuli anaknya yang sudah tak berdaya.

"Cih.. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Bagaimana bisa anda membela pemerkosa ini?" decih Jefran menatap jijik ke arah dua pria dihadapannya.

"Sebenarnya saya ingin membunuhnya, tetapi mengingat ada Istri yang harus saya jaga dan tak bisa saya tinggal ke penjara, saya jadi mengurungkan niat saya. tetapi-- Saya ingatkan, jangan biarkan anak anda muncul dihadapan saya ataupun Selli," kata Jefran sebelum membalikkan badannya untuk segera pergi dari hadapan dua pria yang paling dia benci dihadapannya.

"HAHAHA...SELLI AKAN JADI MILIKKU BAGAIMANAPUN CARANYA."

Emosi Jefran kembali memuncak saat mendengar perkataan Adiknya. dia berbalik badan dan hendak kembali memukul Genta sebelum Ayah Genta menghentikannya.

"Cukup!.."
"Berhentilah kumohon, jangan buat kekacauan dirumahku. Pergilah Jefran..." ucapnya seolah mengusir Jefran.

Jefran tersenyum miring mendengar perkataan Suami Almarhummah Ibunya itu. "Baiklah jika itu yang anda mau. Saya tak akan buat kekacauan di rumah anda, tetapi saya akan langsung membunuh putra anda jika sampai muncul dihadapan saya ataupun Istri saya," peringat Jefran sebelum meninggalkan kamar Genta.

Ayah Genta menghela napas lega saat Jefran sudah keluar, lalu dia berbalik menatap anaknya yang sudah penuh dengan luka lebam bekas pukulan.

"mengapa kamu mengatakannya Genta?" tanya Aron, Ayah Genta menghampiri anaknya.

"Selli bukan milik Kakak," cicit pelan Genta yang masih tidak terima jika gadis yang dahulu telah menolaknya di depan umum sekaligus satu-satunya gadis yang dia lecehkan ternyata sudah menikah dengan seorang yang sangat membenci keluarganya seumur hidupnya.

Genta mengerti jika tak ada anak yang mau Ibunya menikah lagi setelah cerai dengan Ayahnya. Namun apakah itu kesalahan Genta yang lahir sebagai Adik beda Ayah dengan Jefran? Apakah salah Ayahnya karena menikahi janda yang sudah memiliki anak? Genta ingat jelas bagaimana Kakaknya itu menunjukkan kebenciannya secara terang-terangan hingga membuat tubuhnya bergetar ketakutan saat berhadapan dengannya.

Sekarang Genta tak mau lagi takut pada pria yang berjarak delapan tahun lebih tua darinya itu, apa yang seharusnya jadi miliknya harus tetap jadi miliknya sampai akhir. Meski tak ada yang mendukungnya sama sekali.

Aron hanya bisa menghela napas, untuk saat ini percuma saja jika dia berusaha membujuk anaknya yang tengah dilanda emosi dan tak bisa berpikir dengan kepala dingin. Yang terpenting sekarang adalah mengobati luka Genta.

"Bik," panggil Aron yang tahu jika pembantunya sedari tadi berdiri di luar samping pintu kamar.

Dengan cepat perempuan itu menghadap Aron saat merasa terpanggil.
"Iya tuan?"

Untuk kedua Kalinya [Unpublish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang