Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
! Jangan lupa vote ☆ Thank you !
━━━━━━━ ⋆。 ゚☁︎。 ⋆。 ゚☾ ゚。 ⋆ ━━━━━━━
Just by looking at you I smile without even knowing
When I see myself like that It's so amazing
.
.
.
.
Hari ini kelas Kumon Ryujin dibatalkan karena sang tutor yang tiba-tiba cuti sakit—atau lebih tepatnya tidak datang, dan semua beranggapan bahwa beliau sakit—sehingga sisa waktu 30 menit sebelum diperbolehkan pulang ia habiskan dengan cara njajan batagor dan es jeruk di warung samping gedung kursus.
Benar-benar sempurna.
Kedamaian sesaat tersebut hilang dengan datangnya seorang anak laki-laki dengan senyuman playboy. Huh, merusak tatanan dunia saja! "Sendirian neng, mau abang temenin ga? Ahayyy~" Gombalan Hyunjin memang tidak tahu tempat dan waktu, karena bapak-bapak pemilik warung langsung memberi bombastic side eye. Padahal suka-suka dia lah mau nge-gombalin pacar sendiri.
"Apaan heh! Mulut lo jablay banget!" Protes Ryujin. Tiba-tiba ia melirik Hyunjin dengan tatapan penuh curiga. "BTW, kamu kok bisa kesini? kamu kan lagi try out... Bolos ya?" Tuduhnya. "Enak aja! TO-nya dimajuin, ayy~ Emang boleh nuduh pacarnya tukang bolos?" Balas Hyunjin, dengan ekspresi 'pinter bat gweh' yang tonjok-able banget.
Harus diakui, walaupun mulut dan attitudenya ga lolos quality control, tapi otak cowok itu encer sekali. Pernah, saat ujian kenaikan kelas, Hyunjin tetap masuk 5 besar walaupun malamnya nggak belajar sama sekali.
Tanpa disadari Ryujin sedang terlena-terbuai-terpukau mati-matian dengan penampilan Hyunjin sekarang. Maklum, berapa minggu ini nggak ketemu sama sekali. Rambut Hyunjin yang dipotong cepak (hasil razia rambut) baru saja di cat abu-abu tertiup angin sepoi-sepoi,
Tangan yang selalu nyaman digenggam walaupun berbagai bekas luka menghiasi telapak tangan Hyunjin yang kasar akibat terlalu lama memegang kuas cat,
Berbagai jenis cincin nongkrong di hampir semua jemari, dan diantara semua itu, ada dua cincin yang selalu ia pakai. Satu di jari kelingking kiri dan satu di jari telunjuk kanan,
Satu adalah cincin pemberian sang bunda. Dan satu lagi pemberian Ryujin.
.
.
.
.
As each day passes
My feelings for you grow deeper
.
.
.
.
20 Maret 2017
Setelah 3 tahun berturut-turut ulang tahun minim perayaan (alasannya sih malu, udah gede kok masih pesta) akhirnya di ulang tahunnya ke 17 ini Hyunjin mengalah dan membiarkan sang bunda menggelar pesta.
Nggak, ini bukan pesta ultah dengan potong kue, tiup lilin, dan bagi kado. Hyunjin udah gede, sungguh tidak pantas.
Maka pesta yang dimaksud adalah mengundang kawan-kawannya untuk nobar dan makan malam sederhana.
Tamu sudah pulang, layar tancap sudah digulung, dan makanan sudah masuk ke lambung, namun Ryujin tiba-tiba diajak si tuan rumah ke kamarnya. Memang keduanya belum muhrim, tapi kan tidak ada niatan untuk tidak-tidak ya wak.
Kamar tidur yang berukuran sedang itu diisi dengan perabot minimalis, entah memang pilihan gaya atau karena Hyunjin yang dasarnya malas bersih-bersih.
"Wih, kek galeri seni aja kak!" Komentar Ryujin saat melihat dinding kamar Hyunjin yang terisi berbagai karya seni.
Darah seni memang mengalir deras di keluarga ini, terlebih Hyunjin; entah memahat, melukis, menari, menyanyi, semua ditebas habis olehnya.
"Hehe... makasih Ryujin." Jawab Hyunjin kikuk, ia mempersilahkan Ryujin untuk duduk.
"Jadi kakak ngajak aku kesini ngapain? Room tour doang?" Tanya Ryujin.
"Kado gue mana?" Tanya Hyunjin balik. Ekspresinya menunjukkan mata memelas dan mulutnya cemberut ala-ala bocil, yang membuat Ryujin ingin menyentil pankreas Hyunjin, tapi karena kawannya ini sedang ultah jadi di sabar-sabarin aja.
Gadis itu menyerahkan paper bag berisi paket yang nampaknya dibungkus last minute dan menyerahkannya pada Hyunjin. Setelah dibuka isinya adalah satu set cat air plus beserta kuas, dan sebuah buku sketsa. Nampak sekali bahwa hadiah tersebut baru ia beli, terbukti dengan stiker harga Gramedia yang masih tertempel. Namun di dasar paper bag ada sebuah kotak kayu kecil. "Ini apa?" Tanya Hyunjin, namun mulutnya ternganga begitu membuka kotaknya. Di dalam kotak tersebut tersimpan sebuah cincin perak sederhana. Diambilnya cincin tersebut dan hebatnya, cincin itu masuk dengan sempurna di jari kelingking kiri Hyunjin.
"Aku kemarin tanya ke kak Yeji ukuran cincin kakak seberapa. Terus aku minta tolong bunda untuk temenin beli. Suka nggak? Suka ya!" Pertanyaan Ryujin langsung dijawab dengan kecupan singkat di dahi, membuatnya salting bukan main.
Ya, kita simpulkan bahwa Hyunjin suka dengan hadiahnya.
Kembali ke masa kini, dua sejoli itu masih menghabiskan waktu di warung. "Kamu dijemput?" Tanya Hyunjin yang dijawab dengan gelengan. "Bareng?" "Boleh!"
Percakapan selesai dan keduanya kembali ke dunianya masing-masing. Hyujin yang sedang scrolling Instagram, dan Ryujin yang melamun sambil memainkan cincin-cincin di jemari sang pacar.
Ternyata nggak salah Ryujin memilih cincin itu.
.
.
.
.
Every moment I breathe under the same sky, with you
Like and love aren't enough
To express this beautiful feeling
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.