Mata Diara terpejam begitu saja. Tubuh mungil gadis berambut ikal panjang yang kedinginan itu mulai terasa hangat. Tangannya mencoba meremas jaket musim dingin coklat yang dipakai Yeja. Cengkeramannya semakin kuat seolah tak rela jika laki-laki idamannya itu melepasnya. Pikiran Diara kosong, hanya tangki hatinya yang terisi penuh dengan cinta yang selama ini ia dambakan. Semua begitu tiba-tiba, bahkan mimpi-mimpinya tak pernah sampai kesana. Disaat hatinya telah mencoba menghapus semua tentang Yeja, hanya dalam satu malam, kepingan hati itu tersusun kembali, sempurna.
Di bawah lampu Namsan Tower yang terus berganti warna, dua insan tanpa status hubungan itu bagai saling melepas rindu. Malam dingin kala itu seperti tak ada artinya. Hanya tergambar kerinduan yang terus mereka coba lampiaskan sampai sebuah cahaya terang menyergap, mengganggu kehangatan malam itu.
"Ja, salju! Salju turun!" ucap Diara kaget.
Diara menarik tubuhnya, mengkode Yeja agar segera tersadar. Butiran salju satu demi satu mulai menghujani tubuh mereka. Terdengar sorak dari pengunjung lain yang juga menyambut kehadiran salju malam itu. Yeja mengadahkan kepalanya ke arah datangnya salju, langit hitam seketika berubah menjadi hamparan kristal putih.
"Di, ini salju pertama aku! Ini pertama kalinya aku liat salju." Bibir Yeja tersenyum lebar seperti sedang menyambut apa yang selama ini ia nantikan. Tangannya tak bisa berhenti menangkap salju bagai anak kecil yang kegirangan. Sementara Diara hanya bisa tertegun melihat kembali senyum Yeja yang selama ini ia rindukan. "Mengapa senyum itu tidak pernah ada untuknya?" pikir Diara.
"Ja, coba deh kamu perhatiin bentuk saljunya, persis kayak yang ada di gambar-gambar loh." Diara menunjuk salju yang jatuh ke tangan Yeja.
"Eh, iya bener, Di. Keren banget!" timpal Yeja dengan begitu bersemangat.
Binar mata Yeja bagai sebuah simbol kebahagiaan yang tengah ia rasakan bersama salju pertamanya. Tak ia rasakan dinginnya suhu dibawah -8O celcius telah membuat tangan dan wajah memerah. Salju turun semakin deras semakin disambut oleh tawa bahagia Diara dan Yeja yang disibukkan dengan salju yang mulai menumpuk. Bagai tak ada dinding diantara keduanya, mereka bahu membahu membentuk bola-bola salju demi bisa membuat boneka salju raksasa. Namun, Yeja berulang kali menggosok-gosokan dan meniup kedua tangannya.
"Kamu kedinginan kan, Ja?" Diara paham betul tanda-tanda jika seseorang sudah mulai kedinginan. Ia melepas syal yang melilit lehernya, mengalungkan syal rajut coklat itu pada leher Yeja. "Pake ya, Ja, biar kamu bisa sedikit lebih hangat" pinta Diara.
"Kamu gimana, Di?" Suara Yeja mulai bergetar.
"Aku ngga apa-apa. Udah biasa kali. Oh, iya, kamu bawa janggab ngga, eh maksudnya sarung tangan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
In Seoul We Met
RomanceTentang dua manusia yang jatuh cinta dalam diam. Mereka terpisah akibat ketidakpastian. Namun, takdir membawa mereka bertemu kembali setelah sekian lama. Tiap sudut Kota Seoul jadi saksi bahwa cinta mereka masih ada walau telah sepuluh tahun tak per...