Memori Semangkuk Bakso

2 0 4
                                    



Bayangkan saja dulu, jika kau telah mencintai seseorang begitu lama, tak ada nama lain selain namanya. Di saat hatimu hampir menyerah, ia datang. Tatapan matanya menyiratkan harapan, tapi ternyata hatinya tidak. Tak akan pernah bisa kau menghindar, bukan? Benar, cinta membuat kita tak mampu melihat kenyataan. Lebih tepatnya kita menolak untuk menerima kenyataan.


Deg! Deg! Deg! Deg! Sejak bertemu Yeja, jantung Diara seperti tidak punya kesempatan untuk berdetak normal. Tentu saja Diara tidak pernah berada di posisi ini, bersama dengan seseorang yang dicintainya dalam satu kamar. Pikiran Diara merambat kemana-mana saat posisi Yeja sudah berada tepat di depannya yang terduduk di kursi meja rias. Tangan itu tak jua dilepaskan.


"YEJA? APA-APAAN?!" Suara Diara bergetar.


Diara berusaha melepas tangannya dari genggaman Yeja. Namun, genggaman itu lebih kuat dari dugaannya.


"Yeja, please?"


Yeja melepas genggamannya. "Di luar masih turun salju, tunggu di sini sebentar sambil temenin aku makan bakso." ujar Yeja sambil berjalan mengambil bungkusan plastik berisi bakso.


"Huuff, makan bakso ternyata!" gumam Diara. "Eh, ngga usah, Ja. Aku pulang aja, kan tadi udah bilang aku ngga makan." Diara berusaha menolak tawaran Yeja karena yang ia inginkan sekarang hanyalah menangis sendirian di kamarnya.


"Ini bakso buat kamu. Di luar dingin banget, Di, kalo ngga makan bisa masuk angin nanti." Yeja menyodorkan semangkuk bakso pada Diara.


"Aku kira kamu beli Cuma 1?"


"Aku beli dua porsi kok."


Semangkuk bakso hangat malam itu terasa lebih nikmat. Walau tanpa sambal atau kecap, bakso itu terasa seperti bakso pertama yang pernah Diara makan. Tak pernah terbayang oleh Diara bisa menikmati bakso berdua bersama laki-laki yang dulu selalu dingin padanya. Jika saja dulu Yeja juga membalas perasaan Diara, mungkin sudah ada ribuan bakso yang mereka makan bersama.


Setidaknya, perkataan Yeja ada benarnya. Sepertinya semesta memang memberi kesempatan pada Diara agar bisa berlama-lama bersama Yeja. Tapi itu terlalu jahat jika pada akhirnya hanya Diara seorang yang menanggung rasa sakitnya. Sesaat Diara ingin melupakan semua itu. Bukankah ini doa yang pernah ia bisikan pada langit, bisa bertemu kembali dengan Yeja dan menghabiskan waktu bersama. Obrolan tentang masa lalu mereka mewarnai makan malam pertama mereka saat itu.


"Di, inget ngga waktu di kantin SMP 4 dulu ada bakso yang enak banget?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

In Seoul We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang