6

234 19 0
                                    

Mario terbangun di sofa ruang tengah apartemennya. Terlihat banyak sampah bungkus rokok, camilan, dan beberapa botol minuman keras yang berserakan di sekelilingnya. Membuat apartemen itu yang semula cantik jadi mengerikan. Di tambah kondisi dimana tidak ada satupun gorden jendela yang terbuka membuat kesan apartemen itu seperti gudang dan rumah hantu.

Udara yang pengap. Gelap. Dan bau alkohol yang menyerbak keseluruhan ruangan menjadikan ruangan itu benar benar bau.

Daniel sudah bangun dari tidurnya, tapi dia tidak bisa bergerak sama sekali, karena tangan dan kaki yang masih terikat membuatnya tak bisa banyak bergerak. Bukan karena hal lain jelas karena tali yang digunakan untuk mengikatnya adalah tali tambang yang besar dan ikatan mati yang kuat.

Sudah habis di pukuli dan disiksa tanpa makan dan minum, membuat Daniel hanya pasrah akan keadaannya sekarang. Tak lama pintu ruangan terbuka menampilkan Mario dengan tubuh Shirtless nya, dengan wajah yang kentara bahwa dia sedang frustasi.

Mereka terdiam membisu, Daniel hanya berani menatap dengan tubuh yang gemetar, dan Mario yang menatap maut ke arah Daniel yang tergeletak tak bertenaga. Daniel diam tidak mau bicara. Jangan kan bicara bernapas saja ia sudah takut apalagi bicara.

"Kau bisa bangun?." Satu kalimat itu terucap dari mulut Mario yang sedari tadi diam di depan pintu. Daniel menggeleng.

Helaan nafas kasar Mario hempaskan. "Ck! Menyusahkan." Sembari ia membuka ikatan tali pada tangan Daniel dan juga kakinya dengan kasar. Daniel hanya mampu meringis pelan.

Mario menatap Daniel datar dan dingin seperti biasanya. Daniel hanya mampu menunduk takut, dan berusaha untuk duduk, walau sangat perlahan. "Bisa berdiri tidak?." Mario masih menatap datar Daniel. Daniel yang tak tau pasti apakah ia bisa berdiri atau tidak hanya menggeleng lalu mengangguk yang mana hal itu membuat Mario geram.

Menggeram sedikit, tak ayal membuat bulu kuduk Daniel meremang. Semakinlah Daniel menunduk dalam karena takut akan perilaku kasar yang bisa saja Mario lakukan padanya. Tanpa perasaan Mario menarik paksa kedua pergelangan tangan Daniel yang masih memar yang tentu saja itu membuat rasa sakit di pergelangan tangan dan kakinya sangat sangat sakit dan linu. Meringis Daniel, karena hanya itu yang bisa Daniel lakukan.

Menatap melas mata Mario. Daniel berusaha tersenyum "b-bisa kak... Daniel bisa b-berdiri." Dengan senyum getirnya ia berucap demikian. Tak lupa dengan suara seraknya karena tidak menerima cairan selama 3 hari membuat suaranya sangat serak dan bergetar. Hal ini jelas membuat siapa saja teriris melihat ia yang sudah di siksa oleh suami nya sendiri secara brutal masih dapat tersenyum manis walau getir kepada seseorang yang jelas pelaku dari semua rasa sakit yang ia rasakan. Tapi sayang orang yang ia beri senyuman hanya menatapnya dingin dan menusuk membuat nyalinya seketika menciut untuk tersenyum. Ia pun menunduk. Merasa takut sekaligus canggung.

Karena jujur saja jaraknya tadi ia benar benar sangat dekat dengan sang suami, yang mana tak munafik bahwa jantungnya sedikit berdebar menatap mata tajam nan dingin milik suaminya itu. Mungkin ini memang terdengar gila, tapi itulah yang di rasakan Daniel saat itu sebelum perasaan takut menyelimuti seluruh tubuhnya.

Kini Mario sudah beranjak pergi dari hadapannya dan berdiri di depan pintu seperti tadi. "Mandilah kau bau busuk seperti mayat."

BLAM

Pintu kamar itu pun di tutup dengan kasar oleh Mario. Daniel terlonjak jelas. Krena takut Mario akan marah maka ia pun keluar kamar secara tertatih. Mau bagaimanapun kakinya masih sakit dan juga seluruh tubuhnya yang benar benar terasa remuk.

Dia sampai di depan kamarnya. Yang mana ia benar benar terkejut melihat keadaan apartemen yang semula cantik jadi benar benar mengerikan, dia perlahan menatap Mario yang sedang menenggak sebotol wine di ruang tengah dengan tv yang menyala menayangkan blue film seorang perempuan dan seorang laki-laki yang melakukan adegan panas yang kasar dengan volume suara yang tinggi. Yang mana itu membuat Daniel sangat risih mendengar suara teriakan dan sahutan sahutan gila dari tv tersebut.

FERITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang