Pagi ini Daniel berniat membuatkan suami nya sarapan. Walau sudah sering ia mendapat tatapan sinis atau kata kata menusuk dari suaminya setiap kali ia membuatkan makanan untuk suaminya tapi itu tak membuatnya berhenti melakukan rutinitas itu. Dan kini hatinya terasa tersayat lagi saat melihat piring semalam yang berisi masakannya kembali di buang.
Hidup selama tiga bulan lebih seperti ini sudah biasa bagi nya. Tapi entah kenapa pagi ini terasa sangat dingin bahkan mungkin lebih dingin dari biasanya. Apalagi di tambah kini sang suami dengan raut wajah yang terlihat lebih mengerikan dari biasanya, menatap nya dengan tajam seolah olah akan melahap Daniel kapan saja.
Mereka bertatapan dengan sebatas meja makan di hadapan mereka. Daniel yang baru saja menyelesaikan masakan pagi ini bersusah payah menelan Saliva nya saat mereka bertatapan langsung. Sungguh tatapan itu benar benar tidak bersahabat sama sekali pagi ini. Walaupun memang setiap saat tidak ada pandangan hangat, tapi tidak terkesan seburuk ini.
Dengan degup jantung yang berpacu cepat Daniel tetap menyapa Mario. "P-pagi kak.. sarapannya udah si--"
"Ini semua salah mu." Nada dingin itu terlontar dengan mata yang menusuk tajam menatap Daniel.
Daniel gugup saat ini, 'apa yang ku lakukan?' itulah pikiran yang terlintas sesaat setelah kalimat itu terucap.
"Ap--"
"Jika saja kau tidak hadir saat itu... ini semua tidak akan terjadi sialan!." Mario berteriak di akhir kalimatnya, seraya mendekat ke arah Daniel dengan di iringi nafas amarah. Sekali hentak kini leher Daniel sudah berada tepat di kedua tangan Mario. Meremasnya dengan kuat sampai Daniel hampir kehilangan seluruh pasokan udara pada paru-paru nya.
"Ini semua salah mu BRENGSEK!!."
"Kau tau.. orang yg berbuat harus berani menerima resiko bukan?." Lontar Mario sinis tepat di samping telinga Daniel, dengan keadaan kedua tangan Mario yang masih mencekal kuat leher Daniel.
Dengan tak berperasaan Mario menarik rambut Daniel kuat menuju ke sebuah ruangan yang entah kapan itu ada di bagian bawah rumah. Ya. Ruang bawah tanah.
Daniel tidak pernah tahu di rumah ini memiliki ruang bawah tanah. Meringis kesakitan, padahal baru saja ia mendapat pasokan udara tapi kini ia harus kembali menahan rasa denyut sakit di kepalanya.
Padahal wajahnya saja masih terasa sedikit berdenyut tapi kini kembali mendapat hantaman mentah dari Mario setelah ia membanting kuat tubuh Daniel ke lantai keras nan dingin di ruangan itu.
"Kau penyebabnya sialan!!."
"Kau yang membuat nya mati!!."
"Kau benar benar manusia tidak berguna!."
Mario membabi buta Daniel dengan kalimat kalimat negatif dan pukulan pukulan kuat pada Daniel. Yang kala itu Daniel masih shock akibat serangan yang bertubi-tubi dan mengagetkan membuat ia hanya dapat pasrah.
"K-kak kumohon.. hen..tikan... Ini s-sakit.." dengan darah yang mengalir dari mulutnya dan kesadaran yang agak menipis Daniel memohon pada Mario. Tapi Mario adalah Mario dia benar benar tidak mendengar kalimat permohonan dari Daniel sama sekali. Tapi justru malah semakin gencar memukul dan menendang bagian bagian tubuh Daniel dengan brutal.
"Uhuk.. kak~~ aku.. min-minta maaf.. uhuk." Dan kesadaran Daniel pun lenyap seketika di saat kedua kalinya ia memuntahkan darah dari mulutnya dan dua tendangan mutlak dari Mario pada perutnya.
Melihat sang pasangan sah babak belur, bukannya merasa menyesal atau sedih Mario malah tampak senyum bahagia bak seorang pembunuh tanpa hati yang baru saja mendapatkan mangsa baru.
"Menarik."
Satu kalimat terlontar sebagai penutup perilaku keji yang Mario lakukan di bawah tanah sebelum ia menggeret Daniel kembali ke atas tanpa perasaan. Mario menarik kembali kepala Daniel seperti ia adalah kantong sampah yang akan di buang.
KAMU SEDANG MEMBACA
FERITA
RandomKetika Daniel yang berniat membalas Budi dengan menuruti semua keinginan sang penolong dengan cara dinikahkan dengan anaknya dan memberikan cucu pada sang tuan penolong. Tapi malah berujung dengan malapetaka. Ya.. Daniel adalah orang yang spesial...