2

269 21 0
                                    

Pagi ini kini Daniel hadapi dengan senyuman yang sangat terpaksa. Siapa yang tidak terpaksa jika harus melihat orang yang kau cintai kini sedang tertawa bahagia dengan seseorang yang tak seharusnya ada di rumah tanggamu.

Daniel keluar dari dapur dan duduk di kursi meja makan di bagian ujung kanan dengan diam, namun naas sang pemilik mata elang bernama lengkap Mario Dirgantara ini menyadari itu. Tatapan bahagia itu kini berubah dingin. Daniel menyadari itu, tapi dia pilih abai.

"Apa yang kau lakukan disini?."

"Makan." Balasnya santai tanpa menoleh sedikitpun.

"Siapa yang izinkan?." Daniel pun menoleh. "Aku tidak perlu izin mu bukan?."

"Pergi." Dingin. Ya itu intonasinya.

"Kenapa harus aku?. Dia saja tidak pergi kenapa aku harus pergi?." Entah setan apa yang merasukinya membuat Daniel berani menjawab perkataan sang suami dengan tidak sopan seperti itu. Wanita yang menggunakan kemeja tipis itu pun tampak terkejut tidak suka dengan kalimat yang terlontar dari mulut Daniel.

Tanpa banyak bicara Mario pun bangkit dari kursinya, "Apa kau bilang tadi?. Ku bilang pergi maka pergilah." Kini mereka saling menatap satu sama lain, Mario dengan tatapan tajam tak suka nya, dan Daniel dengan tatapan berani dan seolah-olah menantang orang dihadapannya kini, terlihat jelas perbedaan tinggi mereka. Tapi tak menjadi alasan Daniel untuk gentar, ya. Dia sudah berjanji.

FLASHBACK

3.10 pagi dini hari.

Daniel terbangun dari tidurnya karena merasa haus, maka dari itu ia pun keluar kamar dan turun menuju dapur untuk mengambil sebotol air. Padahal sebotol air yang tadi malam saja belum dia minum tapi dia malah mengambil lagi botol minum yang lain.

Setelah tandas satu botol air mineral itu, ia pun menatap nakas meja yang terdapat satu botol mineral utuh yang kemarin ia ambil belum terminum barang setetes pun.

"Aishh bodohnya aku." Di tepuk nya kepalanya itu karena ia merasa sangat bodoh. Hahaha menggemaskan.

Iseng iseng ia pun membuka ponselnya yang ternyata sisa baterai ponselnya tinggal 10%, buru buru ia men-charge ponselnya itu.

Tapi tak sengaja ia melihat pesan dari Kevin, dengan santai ia pun membuka pesan itu.

message from:
Kevin (kulkas berjalan)

Cobalah sedikit berani.
Aku tahu kau mampu melawannya.
Jangan biarkan dirimu menjadi orang yang lemah, sudah cukup 'dia' saja yang pernah melakukan itu, jangan ada orang lain lagi, jangan jadi korban lagi. Aku tahu kita memang tidak dekat, tapi jangan lupakan aku yang berada di sisi ranjang rumah sakit mu sepanjang malam. Aku tidak mau hal itu terjadi lagi padamu. Aku tahu ini akan terdengar mengerikan, bahwa jujur senyumanmu lebih indah dari bunga Lilac favorit ku, jadi cobalah untuk berani kali ini, ku yakin kau bisa. Jika kau butuh rumah, maka datanglah padaku. Mengerti. Aku hanya ingin menjadi teman yang baik untukmu itu saja tidak lebih. Selamat malam.

Begitulah isi pesan yang di berikan oleh Kevin kepada Daniel 10 menit setelah mereka bertelepon malam itu. Tak sadar satu tetes air mata tanpa permisi jatuh di pipi Daniel. Ia tak menyangka bahwa masih ada 'manusia' di dunia ini yang mau peduli padanya.

Maka malam itu pun ia berjanji akan berani, melawan suaminya. Tidak ada lagi 'hal itu' yang akan terjadi lagi.

Maka terjadi lah kejadian ini, dimana kedua mata nyalang itu saling menatap. "Kau benar-benar ya." Desis Mario

"Kenapa?. Siapa dia sampai kau sangat membelanya?."

"Dia.. dia kekasih ku. Lalu?."

DEG

FERITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang