BANDUNG 6.

354 20 2
                                    

Bulan berjalan beriringan bersama Rangga. Dari kemarin, Rangga memang mendekati Bulan. Alasannya, karena ia rindu dengan tingkah gadis pendek di sampingnya saat ini. Rangga baru saja balik dari luar kota bersama keluarganya. Tiga hari tidak mendengar celotehan Bulan, membuat telinganya merasa kosong.

Mereka baru saja sampai disekolah. Mereka tidak sengaja bertemu di parkiran. Bulan menceritakan banyak hal kepada Rangga, termasuk tentang sepupunya dan Devino. Bulan memang suka bercerita. Tidak hanya pada Rangga, tapi pada Gloria dan Anggi pun ia ceritakan. Hanya saja untuk masalah dua orang yang baru datang ke kehidupannya ini, belum ia ceritakan kepada dua teman ceweknya.

"Ntar Rangga main ke rumah Bulan deh. Mau liat sepupu Bulan itu. Kalau cantik, Rangga mau gebet." ucap Rangga dengan senyum tengilnya.

"Dia judes tau. Suka marah. Bulan ajak main, dia malah sibuk sama hp nya." ucap Bulan.

"Oh iya. Kemarin Bulan makan coklat enaaaaaaak banget. Tapi, harganya mahal. Pantesan enak."

Keriputan muncul di antara alis Rangga. "Makan dimana ?" tanya nya.

"Orofi cafe." balas Bulan.

"Sama siapa ?"

"Kakak jahat."

Rangga berfikir sejenak siapa yang Bulan maksud. Bulan tidak pernah menyebutkan panggilan itu sebelumnya. Orofi cafe merupakan tempat makanan yang mewah dan mahal. Bahkan Rangga bisa dikatakan belum mampu membawa Bulan ke sana untuk sekedar meminum jus. Rangga juga belum melihat Bulan dekat dengan siapapun. Mungkin tiga hari di tinggal olehnya, Bulan tengah dekat dengan seseorang tapi Bulan tidak mengatakannya.

Ada rasa tidak enak dihatinya. Ada yang mengganjal yang membuat dada nya terasa sedikit sesak. Mungkin saja Gloria atau Anggi yang membawa Bulan ke sana. Tapi, apa kata Bulan tadi ? Kakak jahat ? Itu bukan panggilan Bulan buat kedua temannya itu.

Rangga berhenti. Melihat Rangga yang menghentikan langkahnya membuat Bulan ikut berhenti dan menatap Rangga dengan tatapan bertanya.

Rangga melihat lurus ke depan. "Bulan lagi deket sama orang ?" Setelah itu Rangga meneguk salivanya .

"Bulan kan emang deket sama semua orang."

Mata Rangga beralih menatap bola mata coklat terang itu. Tatapan polos dan bingung ia temukan. "Ada cowok lain selain Rangga yang deket sama Bulan ?" Rangga menatap lekat bola mata Bulan. Rangga yakin Bulan pasti akan jujur.

"Saya !" Devino datang merangkul posesif pinggang Bulan dan menariknya sedikit ke belakang lalu memepetkan nya ke tubuh  Devino.

Mata Devino bergerak melirik Rangga lalu turun melihat Bulan yang kebingungan.

"Bahkan saya lebih dekat dengannya di banding anda."

"Tapi Bulan belum tau nama kakak. Jadi, belum bisa di bilang kalau kita deket." ucapan polos Bulan membuat Devino meremas pinggang Bulan membuat Bulan meringis.

"Silahkan duluan." Setelah mendengar itu, Rangga memandangi Bulan sebentar lalu pergi dengan langkah yang berat.

Devino mengikuti Bulan dari tempat parkiran tadi. Mulai ia berjalan beriringan dengan Rangga sampai Bulan bercerita semua hal kepada Rangga, Devino mendengarkannya dari belakang. Devino tau ada sesuatu yang disembunyikan Rangga. 

"Kok Rangga nya di suruh duluan sih ? Bulan mau jalan sama Rangga, kelasnya sebelahan kok,"

Devino membungkukkan badannya, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Bulan. Tangannya tidak lepas dari pinggang Bulan. Bulan hanya melihat Devino dari ujung ekor matanya. Devino meneliti wajah Bulan dari samping. Memperhatikan setiap incinya dari dekat. Tangan Devino meletakkan sehelai rambut Bulan di belakang telinga Bulan.

BANDUNG 02.00 PM  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang