444-X65

22.9K 1.9K 44
                                    

Sebelum baca vote dulu yaaa

Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Lorong bangsal rawat rumah sakit sudah sepenuhnya sepi karena jam besuk pasien sudah berakhir sejak satu jam lalu. Lorong panjang dengan nama bangsal yang berbeda dibelai oleh derap langkah tegas pria paruh baya dengan setelan jas rapih.

Jam tangan yang melingkar dilengan diangkat dengan elegan. Mata elangnya menatap jarum jam, sementara tangan yang satunya lagi ia gunakan menggandeng seorang wanita.

Wanita dengan dress hitam polos sederhana itu mengikuti langkah Jonathan dengan tenang. Sampai di ruang rawat Milan, Jonathan masuk tanpa permisi membuat satu orang yang terjaga disana cukup terkejut.

"Kenzo? Gimana keadaan Milan?" Pertanyaan itu menjadi hal yang pertama yang ditanyakan oleh Jonathan.

Kenzo berusaha mencerna keadaan yang tengah terjadi. Pikirannya terpecah karena ada sosok asing yang ikut datang bersama Ayahnya.

"Siapa dia, yah?" Kenzo bertanya balik dengan nada kurang bersahabat.

Bisa-bisanya Ayahnya menggenggam tangan wanita lain dengan mesra.

Jonathan melirik kesamping. "Teman, Ayah."

"Perlu banget pegangan tangan?"

Dahi Jonathan berkerut, nampak tak senang. "Kamu mengalihkan pembicaraan, Ayah tadi nanya gimana kondisi Kakak kamu," ujar Jonathan.

"Emang kita bisa ngobrol kalo ada orang asing, yang tiba-tiba Ayah gandeng masuk ke ruang rawat anaknya sendiri." Kenzo menujukan ketidaksukaan secara gamblang.

"Kayanya mending aku tunggu di luar dulu, Mas. Kalian mungkin perlu bicara berdua." Wanita yang sedari tadi diam, berbisik ditelinga Jonathan. Tangan lentik wanita itu bermain cantik mengusap bahu Jonathan sensual.

Kenzo semakin dibuat tak senang.

"Terimakasih, Kemuning," balas Jonathan lembut. Mata coklat wanita bernama Kemuning itu melirik sekilas pada Kenzo sembari melayangkan senyum lembut.

"Jadi sekarang kita bisa bahas keadaan Kakak kamu?" tanyanya Jonathan kelewat santai meski tahu ekspresi yang ditampilkan Kenzo ketara penuh permusuhan.

"Dokter bilang Kak Milan terlalu memforsir tubuhnya, pikiran juga cukup stres. Untuk beberapa hari kedepan dokter meminta Kak Milan untuk dirawat dulu," papar Kenzo setengah hati.

Jonathan mengangguk, ia menghampiri tubuh putra pertamanya yang terbaring. "Kalo nanti Milan butuh sesuatu langsung bilang sama Ayah aja," pesan Jonathan.

"Iya."

Kenzo memalingkan wajah. "Tadi itu siapa? Wanita simpanan Ayah? Bunda tahu kelakuan Ayah yang kaya gini?"

Jonathan mengusap dahi Milan. Ia diam untuk beberapa saat. "Tahu," sahut Jonathan.

Mendengar jawaban itu darah Kenzo berdesir panas.

"Berengsek!" tekan Kenzo, tangannya terkepal kuat.

Jonathan menghela nafas, terkekeh pelan setelah mendengar umpatan putranya. "Bunda kamu kayanya baik-baik aja, sekalipun tahu. Mungkin karena dia, juga punya simpanan," tuduh Jonathan.

"Sejak kapan?"

Jonathan berbalik, kini sepenuhnya menghadap kearah Kenzo. "Udah lama, mungkin sebelum Milan lahir—"

Kenzo melayangkan pukulan keras pada pipi sebelah kanan sang Ayah tanpa pikir panjang.

"Bunda, kurang apa sampai Ayah selingkuh?"

Jonathan menoleh kesamping sembari meringis kecil. Ia menekan ujung bibirnya yang sobek. Ternyata Kenzo tidak main-main.

"Jadi gini hasil didikan Bunda kamu?" Jonathan tertawa lirih, jelas tengah mencemooh.

"Kamu mengecewakan, Kenzo."

Kenzo kehilangan kata-kata. Kakinya tanpa sadar mengambil langkah mundur.

"Bunda kamu itu, bisanya bertindak semaunya. Persis seperti kamu, liar!" ujar Jonathan menekan setiap kata-katanya.

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Pagi hari saat matahari sudah mulai tinggi mata Milan terbuka. Menampilkan netra hitam legam yang sendu dan teduh.

"Sudah bangun?" Suara lembut menyeruk membuat hati Milan terasa tenang. Itu suara Bundanya, namun dugaan itu segera sirna kala wanita dengan rambut coklat terang menampakkan wajahnya.

"Anda siapa?" tanya Milan dengan suara serak. Kemuning Larassati, wanita itu tersenyum kecil sembari menyodorkan segelas air pada Milan yang sudah diberi sedotan.

"Diminum dulu." Milan menurut, ia menyedot dan meneguk air yang disedorkan oleh wanita yang tampak asing baginya itu.

Kemuning menarik kembali gelas saat Milan mendorong kecil gelas tersebut. "Tante, temen Ayah kamu, kebetulan Bunda kamu katanya engga bisa jagain kamu. Jadi tante dimintai tolong,"

Itu semua bohong. Sarah bahkan belum tahu kondisi putra pertamanya.

Gurat kekecewaan tidak bisa Milan sembunyikan. Ia memalingkan wajah setelah mendengar perkataan itu.

"Maaf kalo kehadiran tante bikin kamu kurang nyaman, tapi untuk kedepannya kalo kamu butuh apa-apa kasih tahu tante, ya?" Nada lemah lembut dan penuh kasih sayang seperti itu sangatlah didambakan oleh Milan keluar dari mulut Bundanya.

Namun entah kenapa saat wanita asing itu dengan berani tiba-tiba membelai rambutnya pun. Milan tidak merasa keberatan. "Milan harus cepat sembuh ya, nak."

Dan tanpa Milan sadari saat ia tengah menikmati usapan yang membuai hati itu. Dari celah pintu ruangan ada seorang ibu yang patah hati.

Bundanya, seseorang yang ia harapkan saat membuka mata. Kini memundurkan langkah dengan hati yang hancur dan beranjak pergi tanpa berniat untuk kembali.

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Spam komen 'next' di sini 👉

Berikan tanggapan terbaik kamu sesuai suasana hati setelah membaca chapter ini (😁☹😡😍) di sini 👉

Tinggalkan komentar yang lain juga untuk memberi semangat!

Follow Instagram:
rbilqisasiah








Perfect MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang