19£

20.3K 1.8K 36
                                    

Sebelum baca vote dulu yaaa

Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Suara ketikan laptop terdengar samar. Lampu yang sengaja diredupkan dan lilin aroma terapi dengan wangi Lavender menyeruk lembut diarea sekeliling ruang kamar.

Sarah tengah membalas beberapa email yang masuk dan memeriksa laporan pemasukan keuangan butik pribadinya. Ternyata tanpa ia duga, keuntungan dari dua cabang butiknya yang sudah jarang ia urus. Tiga bulan terakhir ini sedang sangatlah menguntungkan.

Menghabiskan waktu untuk bekerja membuat Sarah merasa sedikit terhibur dari masalah disekelilingnya. Selepas mengecek semua pekerjaan, ia melihat beberapa rumah sederhana dalam sebuah website.

Selain Rumah Sarah juga mencari referensi beberapa apartemen untuk perbandingan. Ia berniat untuk membeli, antisipasi saja, untuk tempat kabur jika memang diperlukan nantinya. Mana berani ia pulang ke rumah keluarga Widyanto jika minggat dari kediaman Aldebaran.

Di saat Sarah mulai tenggelam dalam potret bangunan-bangunan. Sebuah panggilan muncul dan mengusik konsentrasinya. Nama yang tertera dalam panggilan tersebut membuat Sarah mengesampingkan kegiatan awalnya dan segera menggeser icon hijau.

Pengacara keluarga Widyanto menelepon dirinya. Dijam kerja begini.

"Halo selamat siang, nona Sarah. Maaf mengganggu waktunya." Suara dari sebrang terdengar lugas dan formal. Itu suara Fantu Pramana, pengacara sekaligus teman kecil Sarah dulu. Bergulirnya waktu kedepan membuat banyak perubahan yang terjadi termasuk hubungannya dengan pria so formal itu.

"Langsung aja," sahut Sarah dingin. Sarah selalu malas berinteraksi dengan orang bawahan Papanya meski dulu ia memilik hingga yang baik sekalipun.

Terdengar helaan nafas pendek dari sebrang. "Kenzo Aldebaran baru saja ditangkap polisi karena kasus tawuran." Sarah segera bangkit, matanya mencari kunci mobil pribadinya.

"Saya akan ke kantor polisi sekarang," ujar Sarah sembari melangkah keluar kamar dengan tergesah. Menuruni tangga dengan ponsel yang masih menempel ditelinga.

"Tidak perlu, kasus Tuan Kenzo sudah saya bereskan. Saya hanya ingin menyampaikan pesan, bahwa Tuan Linggara ingin bertemu dengan anda secepatnya."

Mendengar itu langkah Sarah berhenti diujung tangga. Tahu apa yang akan terjadi membuat Sarah memejamkan mata untuk sesaat. Ia kembali melangkah keluar tanpa pamit pada siapapun.

"Fantu ..." panggil Sarah. Yang disebrang tidak merespon, sepertinya terlalu kaget kala mendengar Sarah memanggilnya dengan suara lirih.

"Tolong anterin Kenzo pulang, suruh dia istirahat. Bisakan saya minta tolong itu, sebagai teman?"

"Maaf tapi Tuan Linggara menyuruh saya membawa Tuan Kenzo ke kediaman Widyanto."

Mendengar itu membuat Sarah berdecak. Ia tidak ingin Kenzo terlibat dengan keluarganya disaat seperti ini. Lebih tepatnya belum saatnya. Karena Sarah yakin betul Papanya secara perlahan mulai menaruh harapan bahwa Kenzo bisa menjadi penerus bagi keluarga Widyanto.

Yang artinya Kenzo harus serba menonjol bahkan sempurna.

Namun jika Linggara sudah mendapati bahwa cucu keduanya tipikal pemberontak seperti ini jelas kedepannya akan membuat Kenzo kesulitan. Ambisi dan obsesi Papanya terhadap kekuasaan bahkan lebih besar darinya. Sarah tidak mau putra keduanya itu merasa terbebani setelah semua yang ia lakukan dimasa lalu.

Perfect MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang