Happy Reading
▼・ᴥ・▼
𝗠alam harinya, di kediaman Marcus kondisinya selalu tampak sama. Hening, diam, tanpa ada yang berbicara kecuali jika sang ayah sudah memulai pembicaraan. Kini, Marcus duduk tepat disebelah sang ibu yang fokus pada laptopnya—mengurus pekerjaan dari kantor. Marcus melirik sang ayah was-was. Apakah ini waktu yang tepat untuk mengatakannya?. Okei, Marcus akan memulainya.
“Ayah..” lirih Marcus yang otomatis membuat fokus ayah, ibu dan kakaknya tertuju padanya.
“Ada apa nak?.” bukan sang ayah yang menjawab, melainkan sang ibu. Dirinya semakin gugup ketika mata elang ayahnya melirik tajam ke arah Marcus.
“Eum.. Begini, Marcus ingin meminta izin kepada kalian semua.” ucap Marcus.
“Jika itu tidak ada kaitannya dengan pendidikanmu, lebih baik tidak usah.” sinis sang ayah.
Marcus kembali terdiam, menimang perkataan sang ayah, “Begini.. Ayah, Marcus meminta izin untuk ke depannya di tempat les Marcus akan ada tambahan jam. Yang sebelumnya pulang pukul 7 malam, sekarang diperpanjang hingga pukul 9-10 malam.” dusta Marcus. Ia tak bisa berpikir jernih antara perkataan sang ayah dengan syarat yang Rei tawarkan. Menurut Marcus ini jalan satu-satunya agar bisa mengikuti geng motor yang Rei maksud. Walaupun dengan berbohong, tentu saja.
“Loh? Kok malem banget sih, Mar.” heran sang kakak—Dhelta.
“Eum.. Kata guru lesnya sih diadakan jam tambahan soalnya beberapa bulan lagi Marcus kan ada ujian. Jadi, boleh apa tidak, yah?.”
Sang ayah menatap Marcus sebentar, “Kenapa diberitahukannya mendadak? Biasanya kalau ada apapun, pasti guru lesmu akan menghubungi ayah.”
“Kalau soal itu Marcus tidak tahu, yah. Tapi, guru les Marcus memberi pesan ini agar disampaikan pada ayah.” jawab Marcus yang tak henti-hentinya berdusta.
“Baiklah. Jika ini diadakan untuk sekolahmu, tak apa. Tapi, Ayah akan memberi jam pulang padamu, maksimal pukul setengah sebelas kau harus sudah ada di rumah, dan jangan lupa belajar lagi setelahnya.”
“Yah, apakah itu tidak memberatkan Marcus?. Apakah perlu belajar lagi hingga tengah malam? Itu pasti membuat Marcus lelah nantinya.” protes ibu Marcus.
“Marcus tidak akan kelelahan. Menuntut ilmu tak mengenal kata lelah, bukankah begitu Marcus?.” tanya ayahnya pada Marcus.
Marcus hanya bisa mengangguk. Ayahnya selalu seperti itu, mengedepankan ilmu daripada kesehatan anaknya. Marcus tahu, ilmu itu penting tapi bukankah kondisi anak lebih penting dari segalanya?.
“Iya ayah.” lirih Marcus.
KAMU SEDANG MEMBACA
BASTARD GIRL (ft.Blackvelvet)
De Todo"𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐢𝐭𝐮 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐚𝐣𝐢𝐧𝐠𝐚𝐧, 𝐜𝐮𝐦𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐭𝐮𝐭𝐮𝐩𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐦𝐮𝐤𝐚 𝐩𝐨𝐥𝐨𝐬 𝐝𝐨𝐚𝐧𝐠" -ʙʟᴀᴄᴋᴠᴇʟᴠᴇᴛ 𝟸ᴋ𝟸𝟸