CHAPTER 12

2.4K 279 3
                                    

"AAAAAA!!!"

Bruk!!!

"Aw!"

Karina sukses terperanjat kaget begitu membuka matanya, ia langsung mendapati wajah tenang milik Jeno yang berjarak begitu dekat dengan wajahnya.

Dan saat Karina ingin menggerakkan tubuhnya, Karina merasakan ada sebuah tangan kekar yang melingkar di pinggang rampingnya, saat itulah Karina baru menyadari kalau Jeno tengah memeluk tubuhnya.

Boneka milik Karina yang semalam diletakan di antara dirinya dengan Jeno mendadak hilang entah kemana.

Hal tersebut yang membuat Karina secara spontan mendorong tubuh Jeno menggunakan kakinya hingga Jeno terjatuh dari atas tempat tidur dengan kepala yang lebih dulu menghantam siku nakas.

"Akh! Punggungku! Kepalaku!" Jeno memekik kesakitan.

"Kau gila, Karina! Kau menendang tubuhku dengan sangat kuat!" Jeno masih belum bangkit dari posisi terlentangnya karena sibuk meringis kesakitan pada punggungnya juga belakang kepalanya.

"Kenapa kau memelukku?! Bukankah ada bonekaku di tengah kita sebagai pembatas?!" Tanya Karina sembari mencari-cari ke mana hilangnya boneka kesayangannya itu yang ternyata ia temukan di lantai.

"Aku rasa tulang punggungku patah, rasanya sakit sekali!"

"Kepalaku juga!"

"Terserah kau saja."

"Aku serius, Karina! Ini rasanya sakit sekali!"

"Ya sudah nikmati saja. Anggap itu sebagai pembalasan dari ku karena perlakuanmu waktu itu." Karina turun dari atas ranjang untuk mengambil boneka miliknya.

Namun tidak ada tanda-tanda Jeno bangkit dari posisi terlentangnya ataupun suara Jeno yang meringis kesakitan, yang ada hanya ada keheningan.

"Jeno?"

"..."

"Lee Jeno?!"

"Jangan buat aku menjadi panik, Jeno?"

Karina lantas menghampiri Jeno.

"Ya tuhan, Jeno! Bangun! Buka matamu!"

Rencana awal Karina untuk mengajak Jeno berolahraga pagi dengan berlari mengelilingi komplek, gagal sudah.

***

"Terima kasih, Renjun. Karena telah membantuku untuk membawa Jeno ke Rumah Sakit." Karina berujar setelah menaruh segelas minuman dingin beserta kudapan ke atas meja, lantas ia duduk di hadapan Renjun.

"Lagi pula kenapa Jeno bisa terjatuh seperti itu di pagi hari? Jangan bilang kalau kalian tidur bersama semalam? Lalu kalian berpelukan? Atau jangan-jangan kalian melakukan---"

"Tidak!"

"Tentu saja tidak, idiot!"

Karina dan Jeno kompak menyela ucapan Renjun dengan tidak membenarkannya.

Otak Renjun benar-benar telah penuh akan noda, dan Jeno tidak suka itu.

"Terserah kalian saja."

"Beruntung karena Jeno tidak mengalami cidera yang sangat serius pada punggungnya, hanya saja dokter bilang untuk beberapa hari ini Jeno harus memakai kursi roda agar cidera ringan pada punggungnya tidak semakin parah." Jelas Renjun, ia mengambil camilan yang ada di meja lalu memasukannya ke dalam mulut.

"Ya sudah, kalau kau punya urusan yang lebih penting kau bisa pulang." Ujar Jeno.

Renjun yang mulutnya masih penuh dengan kudapan sontak menoleh pada Jeno dengan menautkan alisnya.

Stay With Me : Karina Jeno ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang