Lewat perdebatan kecil seperti dua hari lalu, akhirnya Yeji ikut kembali bersama Hyunjin ke kantor milik Minhyuk.
Tepat, hari ini juga hari terakhir mereka di Jakarta. Jadi tak tega Hyunjin melarang Yeji di kesempatan terakhirnya menikmati suasana jalan Ibu Kota.
"Biasa ya, sayang. Tunggu disini, siang nanti kita makan di Cafe yang kamu suka." Yeji menyalimi tangan Hyunjin, kemudian sang wira mencium kening sang istri.
"Iya, Jin. Gak udah gitu, ah. Malu." Yeji menyeringai, sambil terkekeh tersipu.
"Gapapa dong, sesekali." Hyunjin tak lama pergi, menyisakan punggung kekarnya yang memasuki salah satu ruangan.
Yeji melirik kanan juga kiri, membuka ponselnya menghubungi Yeonjun sambil bersandar pada dinding kantor.
"Nyari aku, ya?"
Mendongak, Yeji terkejut. "Eh, Yeonjun! Bikin kaget aja." Reflek memukul pelan lengannya, terkekeh.
"Hahaha maaf kebiasaan."
Menunduk, ikut tertawa kecil. "Haha."
"Ya udah, ikut aku." Yeonjun berjalan ke arah luar gedung kantor, Yeji membuntuti sesekali melirik sekitar.
"Kita kemana, Jun?" Tanyanya.
"Ke Cafe biasa. Tau, kan?"
Masih ikut melangkah, Yeji bergeming. Maksud Cafe biasa itu, bukannya tempat makan yang Yeji suka di Jakarta?
Cuma mengangguk penuh tanya, ternyata begitu sampai tebakan Yeji benar.
Yeonjun masih ingat tempat makan kesukaannya—tempatnya sama dengan yang tadi Hyunjin ajak.
Tanpa berbincang keduanya menyinggahi satu meja bundar dengan dua kursi berhadapan seperti kemarin.
"Kamu... masih inget Cafe ini?" Tanya Yeji penuh ragu, melirik Yeonjun yang semu tersenyum—entah bermaksud apa.
"Tau lah, aku gak akan pernah lupa."
Mengulum bibir, pandangannya mengelebur—seakan melihat kenangan lama bersama pemuda ini.
Yeji tak tau, apa dia harus mengabari Hyunjin kalau dia sudah berada di tempat makan yang dia janjikan tadi?
Tapi... Yeji bersama Yeonjun.
"Yeji, aku mau cerita." Yeonjun mematikan rasa sunyi, yang kebetulan sempat menemani keseganan diantara mereka.
Tanpa disadari, justru ucapan Yeonjun semakin membuat keduanya segan. Tapi tak apa, Yeonjun bisa kendalikan itu.
Karena Yeji cuma mengangguk, Yeonjun kembali bicara.
"Maaf, aku gak mau ikut campur antara kamu dan Hyunjin. Tapi cuma mau tanya, apa alasan kamu ninggalin aku?"
Mata yang terpandang kini menunduk, Yeji memaling wajah ketika Yeonjun bertanya sambil meliriknya tanpa luput.
Yeji menebak. Apakah tujuan Yeonjun menemuinya hanya untuk mengingat masa lalu? Atau menanyakan hal seputar itu?
Ah, seharusnya Yeji lebih pandai memutuskan ajakan ini.
Jika benar tujuannya hanya untuk itu, dia akan menolak—takut hubungannya bersama Hyunjin bermasalah.
Jujur saja, Yeji sebenarnya mengaku salah atas masalah ini. Bahkan kini, bibirnya samar bergetar menahan hati yang mencelos dingin.
"Apa cuma karena kamu gak aku ijinin pergi ke Bandung?"
Yeji diam lagi. Takut salah menjawab dan berakhir Yeonjun dikecewakannya lagi.
"Yeji? Kamu paham?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DIANTARA
Fanfic[Ministrory] [Selesai] [Versi lain dari POLIGAMI] Layaknya ilmu sosial. Mencintaimu perlu memahami bagaimana hubungan, persamaan dan perbedaan antarruang asmara yang kita punya. Sejalin dengan sejalan, bersatu dengan berdampingan menuju puncak kemen...