Sudut Kehidupan

903 176 114
                                    

Hari menuju pagi ketika sang mentari tanpa malu-malu mulai menunjukkan diri nya kembali setelah cukup tertidur. Datang untuk membantu makhluk hidup menjalani hidup, menjadi saksi perubahan waktu di alam semesta ini. Cahaya nya menembus masuk ke dalam bangunan tua yang ditempati oleh Sunghoon beserta Sunoo. Pantulan nya perlahan bergerak menyentuh setengah wajah Sunoo hingga si empu merasakan hangat di sisi wajah nya.

Merasa terusik, Sunoo segera membuka mata nya. Kedua mata indah itu mengerjap beberapa kali karena masih menyesuaikan cahaya yang masuk, terang sekali. Kepala nya langsung ia tolehkan ke belakang dan terlihat Sunghoon yang masih tertidur dalam posisi duduk.

Sunoo mengernyit, ia terbangun untuk duduk. Helaan nafas terdengar, berasal dari Sunoo. Ia menatap bingung Sunghoon yang tidur dengan posisi duduk dan bersandar di dinding.

"Semalaman dia tidur dalam posisi seperti itu, apa tidak sakit?" Monolog Sunoo bertanya-tanya.

Sunoo mengangkat kedua bahu nya acuh, itu hak Sunghoon juga sih ingin tidur dalam posisi apa. Tetapi saat itu juga Sunoo tersadar, tubuhnya tertutup kain hitam walaupun tidak semua. Tangan itu bergerak untuk menggenggam nya. Sunoo mendongak kembali, melihat Sunghoon yang ternyata hanya menggunakan baju berbahan kain tipis semalaman.

Secara tak sengaja, mata Sunoo juga melirik ke arah pedang milik Sunghoon yang berada di dekat tubuhnya. Kerutan di dahi Sunoo semakin nampak terlihat. Ia dilanda kebingungan.

Ia ingin bertanya pada Sunghoon, tetapi sudah terbayangkan bagaimana respon dari laki-laki itu. Jadi rasanya percuma saja menyimpan rasa penasaran nya itu. Jawaban nya hanya akan dibalas dengan keterdiaman semata.

Sunoo akhirnya bangkit dengan membawa jubah dan pedang milik Sunghoon. Ia mendekati laki-laki yang masih tertidur itu. Duduk di sebelah Sunghoon hampir tak ada jarak sembari bersandar pada dinding yang lumayan dingin.

Jika semalam Sunghoon menatap Sunoo yang tertidur, kini gantian laki-laki secerah matahari itu yang menggantikan tugas Sunghoon. Mengamati dengan teliti wajah Sunghoon dari samping. Hidungnya yang mancung, beserta rahang yang tajam dan tegas. Belum lagi postur tubuh Sunghoon yang tinggi dan begitu kuat. Begitu tampan dan Sunoo sangat mengakui nya.

"Huftt..." Sunoo sedikit membuang nafasnya karena suhu pagi ini memang terasa dingin terkena kulitnya.

Sebenarnya tak ada niatan untuk membuat Sunghoon terbangun, tetapi sepertinya Sunoo memang sedikit berisik. Ah bukan, Sunghoon memang tipe orang yang sigap dan waspada. Suara sekecil apapun, bahaya atau tidak, telinga nya akan menangkap nya dengan pasti.

Jadi, mata tajam dan penuh kewaspadaan itu terbuka. Langsung saja kepala itu menoleh menatap Sunoo yang juga dibalas tatapan panik dari empu nya.

"A-ah Sunghoon maafkan aku! Aku tidak bermaksud berisik hingga membuat mu bangun..."

Sunghoon pikir ada apa.

Jadi laki-laki itu hanya mengangguk sebagai jawaban dan langsung berdiri. Tanpa meregangkan otot, tanpa menguap, tubuh itu seperti selalu baik-baik saja di setiap keadaan.

Melihat Sunghoon yang berdiri membuat Sunoo juga menyusul nya. Berdiri agak kesusahan karena kedua tangannya masih membawa jubah dan pedang milik Sunghoon.

"Huh! Berdiri saja susah, sepertinya aku harus menurunkan berat badan ku." Gumam Sunoo yang masih bisa di dengar oleh Sunghoon.

Mendengar gumaman aneh tadi membuat Sunghoon langsung melihat tubuh Sunoo dari atas hingga ke bawah.

Sudah kecil.

Mau dikecil kan seperti apa lagi?

Sunghoon hanya menggeleng kecil, tak berniat mengatakan apapun karena jujur saja dirinya memang malas.

Heaven Of White || Sunsun (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang